Asyiknya bersepeda di musim semi, di tengah-tengah harum semerbaknya wangi melati, tanjung, cendana, magnolia, dsb. Kecuali yang terakhir, saya tak tahu nama sebenarnya dari semua bunga yang kulintasi bersama Cecilia di lamunan week-end kemarin tetapi berani sumprit wanginya seperti semua bunga itu. Yah, inilah pertama kalinya kami bersepeda berdua-dua lagi sejak musim dingin berakhir. What a long winter, baru bulan Mei kami dapat bersepeda bersama. Masih belum banyak pengendara sepeda di trail yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah kami, yang pernah kami jalani bersama Y., anak P-Net dari Chicago yang sengaja datang ke Toronto untuk melamun bersama tetapi mengaku gempor ketika bersepeda beberapa puluh km :-).
Sebulan lagi saya dan Cecilia akan ikut bike-a-thon 50 km padahal ia sama sekali belum melatih otot-ototnya. Jadi sudah sejak ia masih tetirah di Los Angeles saya imingi-imingi agar mulai berolahraga serius. Trail yang kami lalui kemarin itu hanya sekitar 20 km, tapi dengan sepeda murahanku, terasa cukup berat. Soalnya banyak jalanan yang mendaki alias tidak rata. Itulah sebetulnya kenyamanan bersepeda. Setelah lewat periode ngos-ngosan, hormon endorphine yang diproduksi secara alami sungguh membuat tubuh terasa segar, nyaman dan bahagia. Semoga Mas Noordin yang habis mengalami kemacetan 4 jam karena naiknya BBM tidak ngiri membaca LB ke 59 ini :-). Mungkin kalau jarak tujuan tidak terlalu jauh, Anda bisa mengeluarkan sepeda dan mengenjot Mas. Asal jangan lewat di depan Hero Tomang :-). Melenceng sedikit, informasi mengenai daerah-daerah rawan dan perlu dihindari kalau tidak sampai terpaksa, saya rasa bermanfaat. Di daerah tempat tinggal ibuku, yang paling gaswats adalah di perempatan By-pass (Jl. Jend. A. Yani) dengan Jl. Letjen Suprapto, sering disebut perempatan Coca-cola. Perampokan dan penodongan disana terhadap pengemudi atau penumpang kendaraan sudah mengkanker. Sering saya hindari dengan masuk ke daerah Cempaka Putih di belakang Perum Taspen.
Kembali ke lamunan :-), sampai dimana tadi. Kenikmatan bersepeda. Selain "mesinnya" tidak memakai bensin yang harganya di Toronto saat ini 51.5 sen per liter alias dua kali lebih mahal dari harga (premium) di melayu yang "hanya" Rp 1200, bersepeda sungguh menyehatkan lingkungan juga. Asap dari "knalpot" paling-paling gas H2S yang cuma seperti bau duren busuk :-) alias tidak fatal meski dihirup manusia :-). Belum ketahanan fisik meski di kantor dan di rumah seharian menghadapi komputer dan displeinya. Ditambah perasaan syukur dan berterima kasih kepada "Tukang Kebun" yang sudah memelihara kebun bernama alam raya sehingga memberikan pemandangan menyegarkan dan wewangian harum semerbak. Masih diiringi semuanya itu dengan nyanyian merdu para burung yang tidak perlu memakai Madah Bakti atau Puji Syukur dalam bermadah dan bersiul :-). Memang kenikmatan bersepeda tidak ada duanya.
Hanya lalu pikiranku kembali melayang kepada keponakanku yang baru saja dikompas. Sudah sering paman dan bibinya menyuratinya, untuk melamar visa lotere di Amrik. Tak pernah digubrisnya. Apakah ia "patriot sejati", cinta kepada tanah airnya sehingga bersedia mati digebuki kalau perlu? Saya yakin tidak juga. Hanya yang saya tahu ia anak malas. Memang tiada tempat untuk imigran yang malas di Amrik, Kanada, ataupun dimana saja di dunia. Hanyalah imigran yang rajin, tak pantang mundur dan menyerah, meski terkadang mengalami hal-hal yang menyakitkan hati, menjadi warga THP atau The Hurting People istilah saya (oke Mbak Ira :-)?), yang dapat sampai ke tahap nikmatnya bersepeda :-). Imigran yang tidak membaur dan hidup di dalam masyarakat yang eksklusif, sering juga saya lihat balik ke "kampungnya".Kalau kita wawancarai pada umumnya mereka mempunyai beberapa kisah THP. Ada saja salahnya orang Kanada ini :-). Sungguh menarik untuk mengetahui bagaimana kisah mereka yang hijrah kembali ke tanah Melayu dan sekarang mengalami semua kegilaan yang sedang terjadi. Mungkin Anda di antaranya :-). Hanya saya yakin Anda tidak akan berani bercerita secara bersemangat dan menggebu-gebunya Mas Alexander dalam menceritakan pengalaman Karismatiknya. Tiada sabar ia menanti hari esok untuk ikut merayakan Ekaristi :-). Apa kubilang, bukankah lebih baik ada orang seperti Mas Alexander itu, dibandingkan dengan yang merasa "buat ape ke gereje, ngga dapet ape-ape, paye"? :-). Salam dari Toronto, selamat melamun meski Anda tidak kebagian beli bensin dengan harga lama.