"Doctor, when can I start biking again," demikian saya bertanya kepada dokter bedah tulangku di Salvation Army Grace Hospital kemarin dulu. Ya, seperti juga Kang Heru TAMU yang rindu melihat mojang Priangan berkebaya, saya juga sudah rindu naik sepeda :-). "You can start today as long as you're not doing marathon," gitu jawab beliau. Pucuk dicinta ulam tiba, tak sabar rasanya saya mengeluarkan sepeda dari basement rumah, tempat mangkalnya selama musim dingin lalu dan yang dengan setia menunggu majikannya yang baru mengalami kemalangan kakinya :-). Jadi sore itu juga saya berkeliling di suatu trail dekat rumah kami, naik sepeda berdua Cecilia. Trailnya lumayan, ada tanjakan turunan dan pakai masuk hutan (hutanan alias tidak lebat) sehingga jarak hampir 10 km sudah cukup untuk menguji bahwa kakiku mestinya mampu dipakai mendayung ke kantor.
Sambil mengayuh sepeda saya menikmati kicauan burung-burung yang sedang berceloteh, mungkin sedang menceritakan tetangganya :-) seperti saya lakukan kemarin. Segala macam jenis burung sudah mulai keluar, juga "hewan" di atas segala hewan bernama homo-sapiens. "Spring has sprung," kata Ter Kus yang masih pengangguran sehingga jadi merenung tidak karu-karuan :-). Sebetulnya di negeri kutub ini ya belum juga sebab pohon-pohon, kecuali bunga tulip, masih belum mengentas daunnya tuh. Namun suhu sudah menghangat dan mencapai 10C hari itu. Orang-orang yang kami temui di jalan hampir semuanya tersenyum karena cerahnya suhu sore itu dan sudah lamanya mereka terkurung di rumah. Dari orang yang menjalankan anjing, oma-opa yang jalan kaki, anak-anak yang bermain inline skate, sampai kepada pengemudi sepeda lainnya, semuanya ramah dan tidak ada yang cembetut atau moring-moring. Spring indeed has sprung in people's hearts.
Di jalanan mendaki saya berusaha untuk memberikan beban sama kepada kedua kakiku tetapi tetap berlaku sopan ke si kanan, just in case. Jadi kaki kiri sengaja saya berikan beban berat dan yang kanan sedikit dimanja. Berkat doa- doa Anda semua yang manjur, tidak kedengaran bunyi "jeletok" dari kaki kananku. Mana doanya tidak mau manjur, wong kalau diperhatikan intensi Doa Rosario P-Net, isinya sudah lebih panjang dari isi Doa Rosario itu sendiri. Kalau tidak percaya, ukur berapa cm panjang intensi dan berapa cm cara berdoa Rosario di buku Madah Bakti atau Puji Syukur. Tidak salah lagi, si Mas Awi ini tidak berani untuk memendekkannya karena kebutuhan akan 'love and belonging'-nya besar sekali alias tidak mau mengecewakan banyak warga P-Net yang telah meminta didoakannya ujud-ujud itu :-).
Lamunan dilanjutkan, tetapi tidak kali ini, melainkan di serial yang berikutnya. Ya, semoga saya benar-benar sudah mampu lagi bersepeda ke kantor, terutama mendaki jembatan Highway 401, tantanganku dalam bersepeda, sehingga tayangan serial ini yang terhenti selama musim dingin lalu dapat dimulai lagi. Soalnya kaki saya masih bengkak makanya saya check-up ke dokter bedah tulang itu :-). Sampai berjumpa kembali. Salam dari Toronto kepada para penggemar bersepeda termasuk ayah Harris de Mello yang semoga juga sudah sembuh dan mulai bersepeda lagi :-).