Lamunan Bersepeda LXVI

"Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah Mas Teewoel agar bila ia sedang makan hamburger, ia ingat rakyat negerinya yang terpaksa harus makan tiwul. Maap Bunda, becanda, memang hobby saya becanda a.l. di Paroki-Net ini :-). Yach, lamunanku di pagi ini dimulai dengan doa 3 kali Salam Maria seperti kujanjikan kepada Mas Teewoel. Yang pertama memang benar bahwa agar Mas Teewoel selalu dapat hidup serba sederhana di dalam lingkungan yang semewah apapun seperti dilambangkan dengan tiwulnya. Doa yang kedua, agar Mas Gendeng SS pembela demokrasi atau keadilan dari sononya alias bukan karena memang sedang jaman repotmasi alias ikut-ikutan, jangan sampai bengep ditoyor rakyat di dalam perjuangannya dan bila sampai sial juga terkena toyoran orang, bengepnya lekas hilang dibasuh oleh Bundanya :-). Doa yang ketiga atau terakhir, agar Romo Wisnoe senantiasa setia kepada panggilannya menjadi imam dan memang dapat meneladani kebijakan Batara Wisnoe yang sudah dipilihnya sebagai idola, karena ia wong penggemar wayang, bukan santo-santa apalagi nama malaikat yang menjadi panduannya :-).

Mong-ngomong pakai nama malaikat, sambil melanjutkan kayuhan saya lalu jadi tersenyum mengingat seorang temanku, Gabriel, yang ketika hijrah dari katotelek masuk agama mayoritas, seperti dicontohkan si Willibrordus S. yang menjadi Wahyu S., mengganti namanya menjadi Gudrun. Seperti juga Mas Wahyu, Mas Gudrun lalu memanfaatkan fasilitas agama mayoritas alias beristeri lebih dari satu :-). "Mas, jangan sengak Mas, mengapa yang negatif yang dikoarkan," kata warga Net ini yang cinta damai dan tidak senang melihat tayangan model bengkelai kecuali punyanya Bang Jeha :-). Siapa bilang saya berkata itu negatif? Kalau memang keyakinannya bahwa ia lebih dekat ke Tuhannya dengan beristeri dua, bahwa ia menjadi lebih adil dengan mencintai 2 keluarga alias lebih dapat menyebarkan kasih-Nya, siapa saya ini yang berani berpraduga. Hanyaaa, kalau Anda tetap menganggap contoh soal saya di atas negatif, Anda ada benarnya sebab almarhumah Jeng N., mbakyune Mas Wahyu di atas, sahabat baik temanku, pemain sandiwara sekampung di Yogya dulu. Nah, Mbak N. memang menjadi THP kelas berat hanya karena iman Katolik-nya lah, ia tetap tabah hidup dimadu oleh Mas-nya yang memang dicintainya buanget-buanget.

Mong-ngomong soal iman lagi, aku tersenyum lagi-lagi membaca betapa irinya sementara warga katotelek bila mampir ke warung atau kebun orang dan melihat upacara ibadahnya asyik nian, jreng gonjreng, bukan mau ngeledek Bang Gonjreng tetapi memang asyik ke gereja sambil bertepuk tangan dan memuji-Nya diiringi orkes dan aransemen oke punya ciptaan David Susilo seniman sinting :-). Kalau Cecilia habis menyanyi masmur di koor UKI Toronto, aku suka ngeledek doski juga, yach tidak ada orang yang selamat dari ledekanku termasuk isteri sendiri, apalagi orang lain :-). Kataku, "Yang, kalau suaramu seperti Celine Dion atau Shania Twain, kurasa UKI ga cukup Misanya di dalam gedung gereja St.Joan of Arc, mungkin harus pindah ke Basilika Santo Petrus." :-) Umumnya ia hanya tersenyum tetapi sesekali ia berkomentar, "Emangnya ke Misa mau dengerin orang nyanyi, nonton konser, atau mau merayakan Ekaristi?" Ya, tak heran ia menyediakan sebagian dari waktunya untuk menjadi 'Minister of Eucharist', istilah Betawinya, tukang bagi-bagi Hosti Kudus. Tetapi sekali lagi, bila Anda merasa, Anda menjadi lebih dekat ke Dia, bukan lewat Ekaristi tetapi lewat nyanyian dan musik jreng-gonjreng, berhubung aku bukan Bapa Uskup maupun Romo Pastor beneran, silahkan wae pergi ke gereja hesbats itu, so long adieu farewell goodbye :-), kata Oom Frans yang sedang gilak menyanyi termasuk lagu-lagu dari Sound of Music :-).

"Mas, lho, nanti jadi THP dong kalau orang yang senang musik jreng-jrengan disuruh pindah gereja azha?," kata sementara warga P-Net ini yang kebutuhan akan 'love and belonging'-nya besar sekhalei. Ada betulnya. Hanya kalau Anda masih ingat kotbahnya "Romo Iwan" dari Pengkuper, bukan kwantitas tetapi kwalitas yang diperlukan disini, ketika ia berkotbah betapa banyaknya umat Katolik di Amerika Latin berbondong-bondong pindah ke gereja celupan :-), pinjam istilah wan Nawi lagi. Yach, soalnya, meski sudah dipermandikan di dalam gereja Katolik, mereka yang pindah ke gereja lain ini, sering-sering harus dicelup alias dipermandikan nyemplung-plung-plung ke suatu kolam. Ini baru permandian yang sah a la Sungai Yordan. "Mas, kog lamunan bersepeda jadi serial THP sih Mas," kata seorang lagi yang dulu di kelas hobinya ngacung tangan alias bertanya :-). Betul bin benul, soalnya ke-THP-an sedang meraja-lela dimana-mana, tampak dari tayangan yang berseliweran di P-Net.

Kalau Anda masih ingat, di serial THP-ku, saya pernah menceritakan temanku V. yang amblas dalam beberapa minggu setelah didiagnosa dokter terkena kanker lever. Seperti Anda-anda yang sedang berduka kehilangan Romo Krismanto yang tak kukenal tetapi kupercaya sudah diterima disisi-Nya, terkadang, saya juga merindukan keluar makan bersama si V. ini, ke Pizza Hut memang, bukan makan tiwul. Ia pernah menjadi anak buahku selama beberapa tahun sehingga kami cukup dekat. Ketika ia hendak keluar ke bagian marketing, memang ia meminta nasihatku karena tahu aku mencangkul hampir 9 tahun disitu. Salah satu yang kuingat kukatakan, "V., remember, most of the folks in marketing are motivated by what's called money or greed. The greedier the person, the more he/she would do to trample you. In summary, it could be a dog-eats-dog world." Nah, hampir setiap kali kami keluar makan, salah satu penyaluran senteresnya, ngobrol dengan daku, ia mengulangi selalu kata-kata ini, "jusni, how right you are, it's a dog-eats-dog world, oohh man," keluhnya. Tak heran ia terkena kanker lever karena hantaman dari segala penjuru. Siapa bilang asyik menjadi imigran? Namun, tinggal di Melayu saat ini Oom Frans, it's a wolf-eats-wolf world. Silahkan Anda pilih, mau hidup di tengah serigala atau di tengah anjing. Selamat meneruskan nyanyian Anda kepada rumput yang sedang bergoyang, salam dari Toronto.

Home Next Previous