Lamunan Bersepeda LXIX

Hari pertama atau tepatnya pertama kali saya mengayuh sepeda di musim panas hari ini, yang resmi dimulai hari Minggu lalu. Suhu memang sudah memanas dan diramalkan akan mencapai 29C, tetapi yang namanya ramalan cuaca, dengan komputer yang paling raksasa di dunia pun, ramalannya masih ngaco. Kata koran 'sunny with cloudy period', tetapi tepatnya 'cloudy with rainy period' sebab air dari langit menetes terus sepanjang perjalananku ke kantor. Ada untungnya (selalu :-)), sebab tanpa matahari, mengayuh di suhu sekitar 20C di pagi hari ini tidak menyebabkanku bermandi keringat ketika sampai di kantor.

Lamunan tentu dimulai atau dipicu dengan beberapa tayangan P-Net, sumber bahan tulisanku :-). Kata Oom Frans P3K yang profesinya dukun dan sekarang rupanya mulai meramal juga, maklum perlu sangu ekstra karena gajinya dalam rupiah :-), Bang Jeha tetap akan melamun bersepeda sampai berumur 100 tahun. Ada benarnya :-). Ayah saya almarhum, masih terus mengenjot sepeda ke pasar setiap hari, berbelanja sayur mayur sampai ia berumur 70 tahun. Kalau saja ia tidak amblas beberapa tahun lalu terkena kanker thyroid, tentu ia masih menemani saya bersepeda :-). Berita sangat menarik yang diporwerd seseorang dan dikomentari beberapa warga Net ini tak lain mengenai Oom Willem. Konon ia menganjurkan Cindo yang masih di luar batang karena kabur waktu terjadi peristiwa bulan Mei lalu di Jakarta, agar segera balik ke melayu dan mulai membangun kembali negeri antah berantakan. Dalam hati kubertanya, "Kalau yang kembali itu, suatu ketika dijarah lagi, dibakar toko/usahanya, diperkosa anak perempuannya, dibunuh suaminya, bagaimana perasaan si Oom yach?" Kalau ia tidak mempunyai apa yang namanya 'guilt feeling' ia bukan manusia. "Lho Mas, saya percaya si Oom mendapat tekanan dari si Bibi untuk membuat pengumuman semacam itu," kata sementara anak bijak di Net ini. Ada benarnya sebab per japri saya diberitahu bahwa belum lama ini PT Astra di Jl. Haji Juanda kena dilempari dan pecah kacanya. Memang susah kalau ada yang berkata, "Elu ngga mau bikin maklumat panggilin temen-temen elu, enti giliran bakar-bakaran gelombang kedue, gue jamin rume elu nyang gue bakar pertame kali." :-(

"Eh Bang Jeha, jangan ngecap mulu, ente sendiri gimane, prosmotsiin orang ke Kanade, ntar kalu dibablas ape disusain, ente ngga 'guilt feeling'?," kata anak lain yang cukup pinter :-). Ngga Mas, aku selalu atau sering kasih 'disclaimer' kog. Kanada bukannya surga dan yang namanya manusia rasialis ada dimana-mana. Hanya, disini ada yang namanya hukum dan begini dongeng yang kulamunkan tadi. Hari Minggu kemarin, seorang temanku, kulitnya ireng tapi mata memang agak sipit, mengadu."Koh jusni, ude denger belon owe digebukkin?," kata doi. Aku kaget sebab memang belum mendengar. "Dimana?" Ia menyebut suatu toko penyewaan video. Anak Malang yang sebetulnya lebih tua sekhalei dariku namun karena sopan memanggil daku abang :-) memang sedang malang. Ia berada di tempat yang salah di waktu yang keliru. Seorang rasialis yang sedang mabuk menggebuki dan menendangnya sebelum polisi sempat datang dan menangkap si 'racist'. Ia memperlihatkan batang hidungnya yang retak ditonjok dan beberapa foto anggota tubuhnya yang bengkak dan memar ditendangi. Satu foto tidak jelas bagiku meski aku sedikit menduga. "Ini apaan koh?," tanyaku. Sambil menyengir ia berkata, "Itu lan ciauw." (Yang ngga ngerti tanya Mas Noordin ahli bahasa Mandarin :-)). Jadi buah salaknya juga bengkak terkena tendangan si orang gila. Semoga ia sekuat Yo opor-rames Riono yang per japri sering mengirimkan daku 'joke' porno karena tahu Bang Jeha pengarang stensilan yang sudah insap :-). Yah, Cak Riono kita waktu sedang mendalang, pernah dijambret buah salaknya oleh den mas Eko Rahardjo :-) sehingga sampai sekarang ia THP terhadap den mas kesayangan warga P-Net ini.

Kembali ke cerita temanku, bedanya digebuki manusia rasialis yang tak perlu sedang mabuk di Indo dengan di Toronto, si racist langsung ditangkap dan dituntut (charged) oleh polisi. Ada tiga tuntutannya, mabuk di muka umum, 'assault' atau menggebuki orang, rasialis sebab doi sempat berkata kepada sang wong Malang yang sedang malang, "F... you, go back to where you belong." Si rasialis harus berurusan dengan polisi dan hukum serta temanku mendapatkan formulir dari Injury Compensation Board di kota ini yang akan mengganti kerugian (semacam asuransi tertimpa sial) kepadanya. Kalau ia mau, ia juga bisa mengajukan si rasialis ke pengadilan atau menuntutnya secara perdata. Hanya kuanjurkan ia memikir-mikir lagi karena ia dapat menjadi THP kalau proses pengadilan terlalu lama dan si rasialis tidak mendapat ganjaran yang "setimpal" di mata temanku.

"Is that your bike?," tanya seorang perokok cewek di muka kantor di depan rak sepeda ketika saya hendak pulang. "Yes, why, you like it?" "Oohh, so you are the owner, I have been watching your bright bike all the time," katanya berdesah kagum tapi bo'ong :-). Seperti kukatakan, sepeda bekas-baruku manyala bob warnanya. "How long do you have to ride?," tanya doi lagi. "Oh not too far, around 14 km." "Fourteen?" "Yes, one four, why?", tanyaku sebab kupikir terlalu sedikit, bukan 40 seperti diduganya. "You must like riding then," katanya menutup dialog. "You bet, good night," kataku sambil menyemplak sepeda kekagumannya :-). Dalam hati, kalau ngga senang bersepeda mana bisa tayangan serial ini mencapai angka ke 69 :-). Sampai berjumpa di LB yang ke 70, salam dari Toronto, terutama kepada anak-buah Oom Willem di P-Net :-).

Home Next Previous