Suhu di pagi tadi sekitar 5C ketika saya mulai mengayuh sepedaku ke kantor. Lebih dingin dari Puncak Pas (yang sudah tidak sedingin jaman dahulu) di Jawa Barat, sama dengan Puncak Pangrango, atau kalau Anda belum pernah mengalaminya keluarkan seluruh isi lemari es Anda dan masuk ke dalamnya :-). Persis sama. Kata orang sini, 'a bit crisp', maksudnya tidak dingin sebab kalau dingin mereka akan bilang 'cold'. Memang sedap suhu seperti itu untuk bersepeda. Kata Cecilia pada saat melihat saya bersiap-siap, "Wah, mau ujan lho." Jawab saya, "I don't care." Ia melihat langit sebagai berawan dan mau hujan, saya melihatnya sebagai mau menjadi cerah (dan benar). Itu yang namanya optimis:-).
Nah, dimodali dengan tekad seperti itu, tanjakan pertama yang cukup panjang, yakni yang melintasi Highway 404 (bukan 401) di dekat rumah saya, masih enteng-enteng saja bagi saya. Karena masih agak pagi, belum sampai jam 7, maka jalanan masih sepi dan saya dapat bebas melamun :-). Karena santainya mengayuh, maka ketika saya memeriksa arloji saya dan sudah mencapai 15 menit, kog baru di Finch Ave. Saya periksa komputer sepeda saya dan memang benar, kecepatan saya agak rendah karena saya tidak memakai gigi (gear) terberat. Total ada 18 kombinasi gigi di sepeda saya, 6 macam di poros roda belakang, 3 macam di bagian pedalnya. Karena merasa yakin kaki saya akan kuat, saya pindahkan gigi sepedaku ke yang paling berat sehingga menjadi lebih laju. Benar saja, ketika saya tiba di kantor dan memeriksa komputer sepedaku, total waktu 40 menit, kecepatan rata-rata 18 km. Biasanya saya hanya membutuhkan 35 menit dengan kecepatan lebih tinggi sedikit. Kalau saya tiba agak terlambat, shower room di kantor hanya ada 2 sehingga terkadang harus antri. Jadi saya usahakan tiba sebelum jam 8 pagi. Ya, memang kita sering harus melakukan "adjustment" atau mengubah sesuatu, bila di dalam hidup ini kita tidak mau "terlambat".
Nah, rute pulang dari kantor selain mendaki sehingga lebih lama, juga ditempuh setelah seharian "melamun berat sebagai programmer". Mas Inggil mengira kalau programmer melamun itu tidak kerja. Itulah kerjaan kami yang sesungguhnya, melamunkan logika program yang akan kami tulis :-). Jangan dikira kerja otak tidak memakan enersi. Warga P-Net yang sedang atau baru selesai ujian tentu manggut-manggut. Indomie goreng 4 bungkus juga habis, kata Kang Heru TAMU. Balik ke urusan sepeda. Nah, dalam keadaan relatif loyo, maka tanjakan 401 terlihat lebih menantang. Eh, kog ada seorang bersepeda juga dimukaku pada saat awal tanjakan. Lho, makin lama aku makin mendekatinya. Ketika semakin dekat dan saya perhatikan, ternyata ia memakai gigi paling rendah, nyata dari kecepatan perputaran pedalnya yang seperti gangsing dan juga posisi atau bentuk rantai sepedanya yang tidak lonjong. Melihat keadaannya seperti itu saya menjadi bersemangat kembali dan berkata, "I am going to make it." Betul saja, di ujung tanjakan saya sudah mampu melewatinya dan ternyata ia masih jauh lebih muda dariku :-). Ya, terkadang bila jalanan hidup ini sukar, adanya orang yang berjalan di muka kita, membuat kita bertambah semangat kan. Kalau kamu mampu, aku pasti mampu. Kalau kamu bisa, aku pasti bisa. Semoga. Salam dari Toronto, sampai lamunan berikutnya minggu depan.