Tidak salah kali ini, Toronto sudah masuk ke musim panas dan meski belum tanggal 29 Juni, suhu sudah mencapai 29C ketika saya mengayuh tadi sore. Bersepeda di musim panas berarti membawa air minum sebotol penuh, memakai sehelai baju kaus saja dan dua lapis celana :-), membawa saputangan atau handuk kecil untuk lap keringat, dan terkadang memakai 'sunscreen lotion'. Yang terakhir ini "penemuan baru" alias waktu saya bersepeda di Betawi, minyak kulit dengan angka penangkal matahari (SPF, sun protection factor) ini belum ditemukan sehingga kalau sampai kulit hangus, kita laburi dengan ketimun :-).
Masih ingat tayangan mini seri saya setahun lalu berjudul 'Komunitas' yang dipicu oleh buku yang baru kubaca waktu itu, 'The Different Drum' karya Scott Peck, salah satu pengarang kesayangan Bathara Wisnoe Mas Teewoel? :-). Kesimpulan rakyat, pada garis besarnya, P-Net memang merupakan suatu komunitas yang meski tidak setepat yang diidolakan Oom Scott, tetaplah suatu paguyuban sekelompok rakyat melayu. Lamunan berkisar kepada macam-macam jenis dan isi tayangan P-Net yang bermunculan berpuluhan akhir-akhir ini sehingga ada yang bertanya bagaimana seninya berlangganan milis dengan 100 email per hari :-). Ada juga yang memohon memelas untuk jangan kirim tayangan ini ogah tayangan itu sebab tidak berkenan di hati doi :-). Hehehe, Paroki-Net memang bukan kelik alias terbuka untuk umum sehingga tayangan beraneka ragam. Dari mulai woro-woro bahaya virus :-), pengumuman pertemuan, iklan kamera, komentar singkat 'setuju, akur!' atas tayangan panjang lebar, prosmotsi jadi imigran, tayangan iseng termasuk tayangan porwerd :-), sampai ke tayangan edan yang sering ditulis anak-anak berbintang Gemini di P-Net ini :-), tersedia. Memang kalau kepala sedang pusing dan mabuk seperti yang sering ditulis orang ke japriku karena segala macam krisis di Melayu, membaca tayangan P-Net bisa semakin posing, eh, bisa sembuh dari segala kepusingan. Seburuk-buruknya keadaan Anda, anak-anak kan tidak menyolong mobil, mengisap ganja dan bolos sekolah? Suami tidak menggebuki dan isteri tidak menyeleweng?
Nah, selain membaca tayangan P-Net, saya tahu banyak di antara Anda melupakan beban hidup di muka TV menonton pertandingan Piala Dunia. Good for you, kata orang sini. Kog lamunan bersepeda jadi ke soal bola? Yah, di suatu perempatan jalan, kulihat seorang berjiwa 'entrepreneur' yang sangat didambakan imigrasi Kanada, berjualan bendera. Kebetulan lampu lalulintas merah bagiku jadi lalu kuamati bendera negara-negara mana saja yang dijualnya. Pinter doi, semua negara yang ikut di dalam Piala Dunia kulihat ada. Dari mulai tim unggulan seperti Brazil dan Jerman sampai ke tim anjing-kolong :-) alias 'underdog' alias tim anak-bawang seperti Nigeria dan Norwegia ada benderanya. Ya, memang penduduk kota Toronto, bukan saja sangat toleran, tetapi para imigran dari ratusan negara di dunia yang masih cinta akan tanah air mereka. Kalau tim Itali sedang bertanding, beberapa puluh ribu orang Itali Toronto deg-deg-an dan kalau tim pujaan mereka menang, jalanan di kota ini akan hiruk pikuk dengan suara klakson mobil orang Itali yang membawa dan melambaikan bendera tiga warna mereka. Lalu aku teringat kepada tayangan yang kata Mas Arif Mr. Nosey :-) yang berpendapat, membangun negara hanya mungkin dilakukan oleh orang yang pulang atau berada di tanah airnya. Hmmm, yang pasti, merusak negaralah yang hanya mungkin dilakukan orang di dalam negara tersebut.
Kemarin dilakukan Pemilu di Irlandia Utara yang rakyatnya sepertinya sudah sadar dari "mabuk" berpuluhan tahun. Kalau tiada dukungan para imigran dari Irlandia di Amrik selama sejarah negeri itu, tentulah tidak mungkin juga telah terjadi hembusan "angin sejuk" di kawasan itu. Kalau tidak ada imigran Yahudi dan Arab Palestina di luar kedua negeri itu yang banyak membantu dengan berbagai macam cara dan usaha, tidak mungkin juga akan terbentuk negara Israel dan Palestina seperti saat ini. Mereka yang sudah tinggal lama di Kanada ini maupun di Amrik tentu maklum betapa banyaknya dan besarnya bantuan yang diberikan oleh kaum imigran kepada negeri darimana mereka berasal, bagi kesejahteraan sang tanah air. Mas,jangan ngecap tapi ngomong soal Indonesia azha deh :-). Oke oke, boleh yach ngomong bantuan buat Melayu dari imigran Kanada tanpa menyebut nama tetapi berani sumprit tidak aku buat-buat. Entah sudah berapa ribu orang di Indonesia yang dibantu oleh masyarakat Indonesia di Toronto dan Pengkuper (yang kukenal tokohnya :-)). Dari mulai proyek air minum atau air bersih di Flores, proyek admin sekolah di Sumba, proyek panti-asuhan di Malang, proyek beberapa keuskupan di Kalimantan sampai ke Proyek Pasang-Surut Palembang, rakyat Indonesia sudah pernah mencicipi sedikit 'tanda kasih' imigran Indo disini. Kuyakin masih banyak lainnya sebab memang hal di atas tidak sepatutnya diingat-ingat :-), kurang "pahalanya" nanti kata sementara orang. Memang bukan pahala atau jasa juga Mas, tetapi itu namanya usaha menjadi "distributor cinta-Nya". Kalau saja tersedia "angin sejuk" atau iklim seperti di Pilipin seusai Marcos atau di era Cory Aquino, dimana imigran Pilipin dari Amerika Utara membantu dibangunnya kembali negeri mereka, kuyakin imigran Indo non-THP :-) akan tak ragu-ragu menyingsingkan lengan baju.
Seorang Romo yang sayang bukan anggota P-Net sehingga tak kukenal, memprotes akan adanya partai Tionghoa, partai Katolik dan segala macam partai yang menurut doi "pengkotak-kotakkan" belaka. Masih ingat surat ke japriku seusai peristiwa Mei yang kutayangkan ke jalum yang ditulis oleh sahabatku, seorang intelek, mantan ketua organisasi? Sama pendapatnya dengan si Romo tersebut, yang pada dasarnya dilandasi tak lain, KETAKUTAN! Hidup berpuluhan tahun dan dibesarkan serta diasuh di dalam alam takut, memang sukar untuk dapat menjadi manusia merdeka lagi secara sepenuhnya, lepas dari segala macam ketakutan dengan berbagai nuansa. Bagaimana caranya dong Mas supaya tidak lagi hidup ketakutan di Melayu? Mulai naik sepeda dan melamun :-), kujamin Anda tidak menjadi penakut lagi. Kalau takut sepeda dijambret, pakai sepeda butut dan "kudisan" sehingga menyentuhnya saja orang jijik. Kalau kulit masih kuning, jangan memakai 'sunscreen' dan dalam waktu sebulan kulit Anda akan sudah sama warnanya dengan capres Pras yang sedang mengagumi Kezia-nya :-). Seriusan, saya juga tak tahu bagaimana untuk tidak hidup di dalam suasana takut bila tinggal di Indonesia saat-saat ini. Paling-paling Anda bisa belajar mengikuti cara Oom Frans dukun P-Net, yakni berdoa dan bernyanyi serta mungkin ditambah jampi-jampi :-). Salam dari Toronto, titip soen-nya untuk Kezia Mas Pras, pakdenya utang dulu sampai si Bibi amblas dari tanah Melayu.