Lamunan Bersepeda LXXI

Karena sedang cuti memang saya tidak sempat melamun sambil bersepeda ke kantor hari ini tetapi karena cuaca buruk dan hujan turun beberapa kali maka "PR" atau rencana pekerjaan rumah saya tidak terselesaikan. Pekerjaan utama kemarin adalah menebang satu pohon maple di halaman rumah yang kurang disukai sang nyonya karena tidak estetis letaknya :-). Sambil mengapaki sang pohon karena saya tidak bermodal mesin gergaji maupun si pelit ogah menyewanya :-) dalam hatiku, memang imigran harus kuat sebab yang soak harus keluar uang mengupah orang menebang. Lalu sambil beristirahat, saya menambali bagian-bagian 'drive way' di halaman rumahku yang bocel-bocel atau retak dengan suatu 'asphalt mix'. Maksud hati akan melaburinya dengan aspal (drive way sealer) hari ini tetapi itulah, cuaca alias hujan tidak mau berkompromi.

Hari Minggu lalu saya memang bersepeda berdua dengan isteriku dan sempat melamun :-). Selain sering bersepeda berdua, rekreasi kami yang lainnya adalah menjalankan dotty, anjing beagle kami. Menjalankan anjing di Toronto sini, suatu hal yang banyak manfaatnya. Pertama Anda dapat menjadi lebih sehat terutama bila Anda lari balapan dengan sang anjing :-). Kedua, bila Anda jalan berdua, Anda dapat melakukan apa yang namanya dialog atau saling berkomunikasi, antara lain membicarakan rakyat P-Net yang aneh-aneh atau melakukan 'gossiping' terhadap teman Anda yang sedang aneh kelakuannya :-). Ketiga, Anda memasyarakat, berhenti dan mengobrol bila berjumpa pejalan anjing lainnya atau membiarkan anak-anak mengelus-elus anjing Anda.

Nah, bersepeda berduaan cukup sukar untuk berdialog atau ngobrol. Hal ini hanya mungkin dilakukan bila kami jalan berendengan dan karena sempitnya trail bersepeda maka bila ada orang atau pengendara lain umumnya kami harus berpisah. Bila jalan beriringan seperti itu, terkadang kami harus menjerit atau berteriak agar supaya apa yang dikatakan seorang terdengar yang lainnya. Saya lalu teringat kepada beberapa warga Net ini yang sedang mencoba ngobrol atau berdialog, istilah kerennya berdiskusi, padahal jelas-jelas mereka sedang tidak "berjalan seiring, apalagi berendengan". Yang paling gaswats adalah mereka yang melontarkan topik agama untuk "didiskusikan" dan yang tak kalah gawatnya, para pendekar dan jagoan pembela agama, yang melayaninya :-(. Sama seperti bila pengendara sepeda yang satu berpapasan dengan yang lainnya dan yang seorang berkata, "Eh elu tau ga, sepeda gue nyang paling hesbats!" "Ape elu bilang, WC elu nyang paling bau? Ah, elu belon perne nyium kentut gue sih, apelagi kalu gue abis makan duren sepu'un," kata yang satu lagi. Yah, itulah yang terjadi bila dua manusia "berpapasan" ingin berdiskusi :-).

Karena hari masih pagi memang tidak banyak orang maupun pengendara sepeda lainnya yang kami jumpai sehingga kami dapat berendengan terus, ngobrol dan berdiskusi cukup lumayan. "Yang, nanti kita setop di kolam bebek itu yah," kataku kepada Cecilia. Ia mengangguk. Memang trail bersepeda kami di pagi itu adalah salah satu trail favorit kami sebab jaraknya tidak jauh dari rumah dan total panjangnya hanya sekitar 20 km alias sekitar sejam bersepeda. Udara di trail sejuk dan nyaman karena cukup rimbun dan aneka pohon bunga sepanjang trail memberikan aroma berlain-lainan setiap saat. Di tengah-tengah trail ada suatu kolam alam cukup luas dimana 2-3 keluarga bebek (mallard duck) berdiam. Nasib kami sedang baik karena begitu kami tiba, satu keluarga dengan para pitiknya menghampiri kami. Memang mereka jinak dan sering diberi makanan oleh para pengunjung "kebun binatang" alami ini. "Sori pren, aku ngga bawa roti untuk dikau," kataku kepada para pitik. Mengerti bahasa melayu, mereka tidak banyak cingcong dan merengek seperti Yono kalau minta sumbangan buat server P-Net-nya :-), tetapi langsung menungging dan mencari cacing di dasar kolam. Sang ortu memandangi saja dari jauh, rupanya merasa bahwa anak-anak mereka sudah cukup terdidik untuk mencari makan sendiri dan tidak perlu lagi disuapi/dibantu. Yah, itulah bedanya ortu hewani dengan ortu manusiawi yang sering, terkadang, anak sudah dewasa, masih tetap disuapi dan dicekoki :-). "Nyindir Mas?" Ngga kog, saya melamunkan "anak-anak" bernama anggota DPR dan MPR yang tidak terhormat dari negeri melayu. Mereka sedang menunggu-nunggu para "ortu" mereka memberikan suapan dan cekokan. "Duh Gusti," kata si Mote per japri, "sampai kapan bangsa ini menderita terus?" Jangan membawa-bawa Gusti sebab Ia tidak ada "urusan" dengan keserakahan dan kegilaan di melayu. Selamat melanjutkan lamunanku meski Anda tidak bersepeda, selamat meneruskan "diskusi" sampai tua dan semoga Anda tidak menjadi THP berdiskusi di "ruang angkasa" alias cyberspace seperti Paroki-Net. Salam dari Toronto.

Home Next Previous