Lamunan Bersepeda LXXII

Ada 24 lampu lalulintas di trayekku bersepeda dari rumah ke kantor. Angka ini tepat, tidak ambil untung, tidak merugi juga :-). Lama merah atau hijaunya para lampu itu berkisar dari mulai 30 detik untuk persimpangan jalan kecil s/d 90 detik untuk persimpangan jalan utama. Jadi kalau nasib sedang sial dan terkena banyak lampu merah, maka lamunan menjadi lebih panjang alias lebih lama waktu ke kantor ataupun pulang ke rumah. Karena sudah seringnya saya melewati trayek ini, sekitar 2000 km per tahunnya, maka saya sudah mempunyai indera ke enam di dalam melakukan manajemen trayek :-). Tujuan utama manajemen a la Bang Jeha bersepeda ini adalah memperkecil kemungkinan daku harus stop dan melamun di depan lampu lalulintas berwarna merah. Jadi dimodali kemampuan menghitung berapa detik suatu lampu sudah menjadi hijau atau merah yang kulihat dari jauh, kecepatanku kusesuaikan. Karena sering latihan menghitung tenggang waktu menghembuskan napas di dalam CPR dulu :-), and one and two and three and four and five ... and ten ... and fifteen ... pencet hidung si boneka dan tiup mulutnya dua kali sampai dadanya melembung, maka 15 detik hitunganku mestinya akurat :-). Itulah salah satu keasyikanku bersepeda kalau Anda belum tahu. Melakukan manajemen trayek sehingga selain waktu tidak terbuang, juga enersi enjotan tidak habis amblas dimakan rem, tentu karena dibekali pengetahuan berapa lama waktu merah atau hijau lampu di tiap persimpangan di trayekku.

Edan kata Anda? Mungkin. Apakah Anda sudah lahir di sekitar tahun 68 di kota Betawi dan sekitarnya? Yah kuingat persis karena di tahun itu aku hampir-hampir mesti melapor ke Oom Petrus, bukan penembak misterius tetapi konon administrator server di pintu surga :-). Akibat terkena malaria untuk kedua kalinya, untuk yang masih ingat salah satu kisah PAB-ku, aku digilir dimandikan oleh suster-suster Carolus yang semlohay kata cak jopor Yo Riono. Nah, pada saat itu, mungkin karena dianggap sakti, ngga jadi mati, beberapa teman yang bezoek meminta nomor hwa-hwe, judi gilak yang populer sekali di saat itu. Karena kuberikan nomor yang berlain-lainan tentu saja akan ada yang kena dan semakin getol mengunjungiku di rumah sakit :-). Pokoknya, urusan minta nomor hwa-hwe saat itu memang sudah sedemikian sintingnya, sehingga sampai orang gila beneran alias seterip, dijadikan dukun peramal hwa-hwe.

Nah, sambil mengenjot sepeda pulang, saya tersenyum sendirian. Hari ini, untuk kesekian kalinya, saya ditelepon lagi oleh seorang temanku di kantor. Memang ia tidak minta nomor hwa-hwe, tapi ia meminta nasihat apakah ia harus membeli lagi setok Oom Bill Gates alias mikrosop. Mengapa ia jadi menganggap aku pakar setok, padahal selembar saham saja aku tidak punya? Karena waktu saham mikrosop masih rendah sekali, iseng, kuanjurkan ia membeli setok itu. Tidak akan dilupakannya nasihat Bang Jeha karena sejak itu sang saham melonjak pesat. Setiap kali ia berjumpa denganku di gang di kantor, ia selalu meminta nasihat "dukun setok" Anda :-). "Jusni, should I buy again M/S this time?", katanya tadi. "Sure, you will make another fortune," kataku. "Isn't it already too high and can be crashing anytime?" "What, you've got to be kidding? How could the capitalist American let Bill go down the drain? He is winning the antitrust lawsuit as you can see already. It's high indeed but it can go higher." Ia masih sangsi sebab memang setok mikrosop sedang gilak-gilaknya, lebih tinggi dari setok perusahaan tempatku mencangkul. "Okay,okay, if you're not comfortable Max (bukan nama doi :-)), buy Viagra's company stock." :-) "Really?" "Really, that company, Pfizer, is going to the sky once Viagra is sold in Asia." :-) "I see, what else should I buy?", kata doi yang memang kekecilan gajinya rupanya :-), tidak seperti Bang Jeha yang meski miskin merasa kaya dan daripada ngurusin setok mending mendongeng :-). Yah, itulah lamunanku bersepeda hari ini, di tengah teriknya musim panas dengan suhu yang rasanya mendekati 35C, namun terasa sejuk karena hati yang gembira dapat membantu si Max ber-Viagra ria :-). Salam dari Toronto.

Home Next Previous