Lamunan Bersepeda LXXIII

"Cuit cuit cuit cuit ...," bunyi seekor burung cardinal yang bertengger di pucuk pohon paling tinggi di sebuah pohon birch di sebelah rumahku. Kulihat ke atas dan warnanya memang merah menyala, kontras dengan langit biru jernih di pagi hari ini, di suhu yang masih sekitar 0C ketika saya mulai mengayuh sepedaku. Ya, sudah 2 mingguan saya mulai bersepeda lagi ke kantor dan tentu mulai banyak melamun, terutama tentang hal-hal yang melintasi kehidupanku. Daripada lamunan itu kusimpan sendiri, ada baiknya kutuliskan agar semoga berguna bagi warga P-Net ini, terutama penggemar Lamunan Bersepeda yang tahun ini dimulai dengan serial nomor ke 73 :-).

Burung cardinal memang demikian, bila ia ingin bernyanyi, ia selalu mencari tempat yang paling tinggi, agar suaranya yang memang merdu, dapat didengar sampai ke tempat yang jauh sekali. Mirip manusia ya :-). Saya jadi teringat isteriku yang sedang bersemangat sekali, mengantarkan pasutri karismatik itu, yang namanya kusimpan saja sebab sebagian di antara Anda mengenalnya :-). Ya, tidak heran, selama 4 hari terakhir ini, ia sibuk menyanyi di dalam roh dan berbahasa lidah :-). Bang Jeha Anda memang bukan orang karismatik namun percaya akan segala kasih karunia-Nya lewat anak-anak karismatik ini. Sapaan si cardinal memicu lamunanku di pagi hari. Kita manusia, sering terkagum-kagum akan sesama kita, akan kehebatan dan kebisaannya dan lupa, bahwa semua yang dimiliki atau dapat dilakukan orang itu, berasal dari Dia juga. Akibatnya bila si manusia suatu ketika menjadi bego, blo'on, apalagi jatuh ke dalam dosa dan membuat kita menjadi THP, sakit hati atau kegedegan kita akan lebih besar. Mas, ini kan bukan serial THP, kata Anda. Aku tahu, LB diteruskan :-). Cecilia yang kebutuhan survival-nya bernama tidur sangat besar, sukar untuk bangun di pagi hari di jam 5 jam 6. Tetapi tadi karena semangatnya, ia ingin ikut rombongan pengantar ke airport, suatu "pengorbanan" atau sacrifice. Ia sedang kagum dan percaya kepada nubuat-nubuat yang baru saja didengarnya yang datang melalui manusia biasa :-).

Anda, penggemar tayanganku, mungkin dapat membayangkan, kalau suatu ketika, amit-amit tetapinya ya, saya mempunyai "gula-gula" :-). Kujamin tayangan berisi informasi itu akan menjadi top-hit selama beberapa hari. "Weleh, si jusni yang banyak bacotnya, petangtang petengteng tentang hubungannya yang mesra dengan isterinya, punya bini muda!" Begitu ya, kata si penyebar berita. Contohnya bisa kuperluas dengan idola-idola Anda, pastor, guru, tokoh-tokoh yang Anda kagumi, tetapi hanya saya contohkan daku saja, supaya tayangan ini tidak menjadi pelecehan pastor dan guru olehku :-). "Mengapa Bang Jeha tidak mau ikut-ikutan masuk karismatik?," tanya Anda lagi. Karena saya merasa tidak perlu. I am happy and content with my life and with what I have. Tentu saja hidupku jauh dari sempurna. Banyak sekali hal-hal yang kukehendaki terjadi. Sayangnya, sebagian di luar kekuasaanku untuk membuatnya kesampaian. Jadi saya hanya menganut prinsip 'let go and let God' tanpa merasa perlu berbahasa lidah :-). Bukannya mau ngenyek yang bisa berbahasa lidah lho, mana kuberani mempermainkan si 'bos' di rumahku. :-)

Kepada L di Calgary, Anda masuk ke dalam lamunanku pagi ini karena emailmu per japri. SHB (Seminar Hidup Baru) ini bukan yang pertama kali kuikuti, sedikitnya sudah 3 kali. Isinya dan kelanjutannya hampir selalu sama, mirip "limun dengan gas CO" :-). Selalu kuperhatikan, sejak bertahun-tahun yang lalu, perubahan apa yang sudah terjadi di antara para pengikut SHB ini. Buah apa yang sudah ranum dan dapat dipetik sesamanya oleh usaha rohani manusia. Sambil terus menggenjot di tanjakan pertama yang cukup berat, lamunanku beralih ke sekelompok manusia di kota Toronto ini, yang belum lama berjiarah ke Tanah Suci dibawah pimpinan si MoTe, yang sekarang sedang berkarya di negeri 'nehi nehi acha' :-). Apa buah para pejiarah ini? Berpuluhan manusia THP yang dijadikannya, karena merasa dirinya sudah memiliki kebenaran dan tidak ada kebenaran di diri atau di kelompok orang lain dengan akibat ya itu, menjadi 'self righteous'. Ingat satu kotbahku di hari ini, hati-hati bila Anda merasa benar sendiri, sebab Anda dapat menjadi manusia 'self-righteous'. Itulah sebabnya mengapa saya belum rindu atau ingin untuk ke Tanah Suci, ataupun merasa perlu berbahasa lidah :-). Because we are all the same, tidak peduli sudah ke Israel atau sudah menjadi pengikut Karismatik. We said we are Christians but we do not practice what He asked us to do.

Lampu kuning di suatu turunan yang kulihat menyala dari jauh, membuatku menghentikan lamunan karena harus mengambil keputusan di dalam beberapa detik. Berhenti menunggu lampu merah atau belok kanan dan lalu melakukan u-turn. Kupilih berhenti karena aku masih sempat merem sepedaku. Keputusan yang kita harus ambil di dalam hidup umumnya mempunyai pilihan. Semoga selalu jelas alias tampak bagi Anda sebab terkadang sukar untuk dilihat. Bila Anda sedang menghadapi "lampu kuning" di hari-hari ini, semoga Anda diberikan pilihan untuk terus, belok atau berhenti. Salam dari Toronto.

12 April '99

Home Next Previous