From heaven to hell, adalah suatu istilah yang sering kita dengar bila Anda tinggal di negara berbahasa Inggris. Akhir pekan kemarin, saya dan Cecilia bersepeda di suatu biking-trail tidak jauh dari rumah kami. Pertama kalinya isteriku mulai menggenjot sepeda lagi di tahun ini, pertama kali bersepeda di suatu trail dan bukan di aspal jalan raya bagiku. Meski suhu masih dingin tetapi segar rasanya hati melihat dan mendengar nyanyian segala jenis burung. Kemarin dulu kami bertemu dengan Canada Goose, Mallard Duck, Northern Cardinal, Blue Jay, American Robin, dan segala jenis burung lainnya yang bernyanyi menemani kami sepanjang trail. Pagi ini saya ditemani Plymouth Voyager, Chevrolet Astro, Ford Explorer, Toyoto Corolla, Honda Civic, dan puluhan jenis mobil lainnya yang menyemburkan asap beracun dari knalpotnya. Itulah perbandingan "surga dan neraka" bagiku yang hari ini bersepeda di tengah-tengah lalulintas yang lebih padat karena mogoknya TTC, Toronto Transit Commission atau perusahaan bis dan subway di kotaku. Hari Sabtu menghirup udara segar sambil bersepeda, hari ini terpaksa menghirup asap knalpot a la kota Jakarta.
Akibatnya 800 ribu pemakai TTC sedang mengalami "neraka" juga, sebagian akan menjadi THP, yakni mereka yang tidak mempunyai kendaraan pribadi, yang harus ke tempat kerja memakai bis atau subway dan yang tidak dibayar bila absen:-(. Tidak heran banyak yang sudah memprotes karyawan serikat buruh (SB) yang sedang mogok ini, karena mereka hanya bergaji 6-7 $ per jam padahal supir bis paling sedikit bergaji 20 $ per jamnya. Itulah yang saya lamunkan pagi ini, betapa manusia senang sekali berkelahi. Kata para supir bis ini, mereka mogok karena soal prinsip, meskipun perbedaan jumlah uang yang mereka tuntut dan yang mampu diberikan oleh juragan hanya 1% per tahun atau sekitar 200 $. Seminggu mereka mogok, mereka sudah akan rugi karena selisih antara 'strike pay', uang yang akan dibayar oleh SB dengan gaji yang seharusnya mereka terima, akan berjumlah lebih dari 200 $. Sehari TTC tidak jalan, perusahaan akan kehilangan penghasilan dari 800 ribu pemakainya. Ongkos karcis tunai adalah 1.60 $ sekali jalan, untuk mudahnya dan dibulatkan saja olehku (karena bisa langganan dan lebih murah jatuhnya), seharinya TTC akan rugi satu juta $. Di dalam seminggu, uang keuntungan yang hilang sudah cukup untuk dipakai membiayai permintaan kenaikan gaji. Tetapi dasarnya manusia, kedua pihak sudah macet alias berhenti berkomunikasi dan masuk ke dalam suatu situasi yang kata orang, 'lose-lose', karena keduanya ingin "berprinsip".
"Lalu siapa yang menang dong Mas?," kata Anda yang senangnya cuma membaca dan bertanya :-). Pernah menonton film 'War of the Roses', cerita satu pasutri yang berkelahi habis-habisan karena "prinsip"? Yang menang tidak lain adalah 'lawyer' atau ahli hukum yang menangani suatu kasus perceraian dan sebelumnya mungkin para konselor profesionil yang dimintai jasanya. Yang menang di dalam pemogokan TTC ini adalah para juragan SB karena mereka dapat terus mempertahankan eksistensinya, 'why you guys need us'. Tadi saya melihat para pemogok dengan plakatnya di simpangan Don Mills dan Sheppard, masih segar dan tersenyum. Coba kita lihat seminggu sebulan lagi kalau mereka masih terus dapat mogok, apakah mereka akan sesemangat hari ini. Semalam saya ngobrol dengan temanku anak Sudbury, tempat perusahaan nikel INCO bermarkas. Katanya, 20 tahun lalu, SB INCO mogok 8 bulan hanya karena selisih kenaikan gaji 5 sen per jamnya, antara tuntutan mereka dan kesediaan para majikan. Akibatny INCO rugi bilyunan $ dan tentu saja para karyawan yang 8 bulan hanya mendapat 'strike pay' empas-empis. That's what you call for a matter of principal.:-(
Sambil terus mengayuh dan melamun, Bang Jeha Anda sedang memikir-mikir apakah ia mampu untuk 5 hari seminggu bersepeda ke kantornya. Mestinya sih. Tetapi jasa bis dan subway di kota Toruntung ini sudah sedemikian pentingnya, sehingga kemungkinan dalam waktu tidak lama lagi, anggota parlemen propinsi Ontario sudah akan bersidang dan mengeluarkan undang-undang bernama 'back to work legislation'. Undang-undang ini akan mengharuskan para supir kembali bekerja, dengan sanksi hukuman tentu untuk para pelanggarnya dan mengharuskan kedua belah pihak, SB dan juragan, untuk berunding lagi. Bila perundingan sampai macet, maka pihak pengadilan (labour arbitration board) yang akan memutuskan seperti apa paket bagi para buruh untuk ditaati kedua pihak. Itulah hidup di dalam negara demokrasi dan sebagai "ongkosnya" terkadang kami, "orang tua" yang tidak bersalah :-) dan yang "anak-anaknya" jadi toxic harus membayarnya berupa ketidak-nyamanan di dalam hidup seperti yang kami alami saat-saat ini. Anda mau tinggal di negeri tanpa pemogokan? Banyak, silahkan pilih kalau memang Anda bisa memilih. Sampai berjumpa di LB berikutnya bila Bang Jeha tidak sampai kena "asthma" terkena semburan CO berkelebihan, salam dari Toronto kota yang sedang tidak nyaman :-).