Lamunan Bersepeda LXXVI

Kemarin dulu, pada saat jam makan siang di kafetaria, seorang teman kantorku melaporkan bahwa waktu ia ke Canadian Tire hari Minggu kemarin, semua sepeda habis terjual. Bila Anda tidak tinggal di Kanada, Canadian Tire adalah saingan Wal-Mart :-) atau tepatnya Wal-Mart datang menyaingi Canadian Tire. Namun demikian, ketika saya mulai mengayuh pagi ini, tidak kulihat sepeda- sepeda baru itu di jalan raya. Memang banyak orang yang berjalan kaki karena bis yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung datang. Ya, pada hari pertama TTC mogok kemarin dulu, masih ada saja orang yang menunggu bis, yakni mereka yang tidak membaca koran, menonton TV atau mendengar radio. Meski baru jam 7 pagi, yang banyak kujumpai adalah ratusan mobil yang antri karena lampu merah. Akibatnya, ruang antara mobil yang paling kanan dengan trotoar pada umumnya menjadi sempit atau tidak memungkinkan untuk dilewati sepedaku. Ada dua pilihan bagiku, bersepeda di 'sidewalk' bersama pejalan kaki, atau di antara mobil-mobil. Hari ini kupilih yang terakhir dan karena para pengemudi semuanya disiplin, di dalam jalur, tersedia ruang yang cukup lega untuk Bang Jeha bersepeda di antara jalur mobil. Meski sudah lama tidak 'nyelap-nyelip' di lalulintas kota Jakarta sebab pada kunjungan yang terakhir saya tidak mengendarai motor lagi karena motor almarhum ayahku sudah dijual, dalam beberapa detik saya sudah jadi anak Betawi kembali :-).

Tentu ada risiko mengemudi di antara mobil-mobil itu. Misalnya, ada penumpang yang mendadak hendak turun atau keluar di dalam kemacetan itu, membuka pintu mobilnya dan pada waktu yang bego di jalan yang blo'on aku berada di depan pintu tersebut. Saya pernah mengalaminya meski sudah sedikit berfirasat. Hanya karena terlambat satu dua detik, meski sudah saya rem, tetap saja saya menghantam sang pintu mobil dan akibatnya arlojiku tergores kacanya. Sesudah tiba di rumah baru kulihat sebab kalau tidak, mungkin arloji hadiah comberan atau kantorku ini, sudah berganti baru :-). Ya, si pembuka pintu minta maaf berkali-kali dan bertanya apakah saya oke. Dengan sedikit muka dikecutkan, agar lain kali ia tidak mengulangi perbuatan yang dapat berakibat fatal itu, saya katakan, "Yes, I am fine but next time please be careful." Satu anak di downtown pernah kojor ketika ia bersepeda dan pintu sebuah truk dibuka, lalu dihantamnya sehingga ia jatuh dilindas mobil lain. :-(

Life is always a risk. Kemarin, sehabis menayangkan serial THP ke 51 yang semoga tidak menyebabkan ada warga P-Net yang kukasihi menjadi THP juga :-), saya tertegun ketika dipanggil oleh anakku untuk menonton TV. First of all, my sincere condolences to all of you P-Netters who live in the USA :-(. Apa yang menjadi sering terjadi belakangan ini, di sekolah-sekolah di Amrik, sudah terjadi lagi. Dua anak toxic sudah mengakibatkan beberapa belas anak lainnya meninggalkan dunia yang gilak ini dan menciptakan ribuan, jutaan THP di antara warga Amrik maupun yang bersimpati kepada korban tragedi itu. Banyak hal yang belum kita ketahui mengenai peristiwa pembantaian di sekolah di Littleton, Colorado itu, tetapi sebagian sudah dilaporkan koran atau ditayangkan di televisi. Kedua anak itu manusia rasialis, warga neo-Nazi dan kemarin, 20 April, adalah hari ulang tahun Hitler :-(. Kalau ada di antara Anda yang berkata, "Tidak salah lagi, ortu anak itu rasialis dan juga neo-Nazi dan mesti bertanggung-jawab," sekali lagi kukatakan, belum tentu.

Di dalam rangka memberikan telinga untuk mendengar atau "konseling amatiran", saya sudah pernah berjumpa dengan satu dua ortu yang anaknya ikut gang neo-Nazi. Kecuali mereka pandai bersandiwara, dan karena sejak kecil aku senang nonton lenong maupun sesudah besar ketagihan nonton sandiwara, saya yakin mereka sedang tidak "lenongan". Kelompokku, maupun banyak kelompok masyarakat di kota ini, terdiri dari bermacam-macam warna kulit, bentuk mata maupun warnanya. Kalau mereka rasialis, sekali dua kali datang mereka sudah akan permisi. BTW, ortu yang abusive, yang hampir tak pernah kujumpai karena mana ada ortu penyiksa anak mencari 'support group', tidak kami terima masuk ke dalam paguyuban kami. Nah, para ortu anak rasialis, neo-Nazi atau 'white supremacist' dengan segala variasi nama ini, memang kasihan sekali. Bukan saja mereka hidup sehari-hari dalam keadaan senteres berat,seperti kulaporkan di tayangan THP-ku kemarin, tampak sekali malunya mereka. "I have never been a racist in my life, and so, I couldn't understand why my son joined this Aryan Nation gang," begitu kira-kira ucapan mereka di tengah kesedihannya. Sekali lagi, tayangan ini hanyalah lamunan bersepedaku dan bukan serial THP. Tapi, itulah yang kulamunkan pagi ini, di tengah-tengah 'nyelap-nyelip' antara bo'il-bo'il (istilah sekarang untuk mobil) di jalanan kota Toruntung.

Habis gelap terbitlah terang, kata Bu Kartini. Begitu saya sampai di rak sepeda kantorku, seorang teman menyapaku dan memberikan kabar 'terang' bahwa mulai hari ini, pemogokan TTC sudah berakhir. Perundingan akan diteruskan lagi dan sementara itu, para juragan SB mengomandokan agar anak buah mereka mulai mengemudi bis dan subway lagi, agar Bang Jeha tidak perlu sampai ketabrak pintu mobil dengan akibat kelenger dan bila nasib sial, Anda tidak lagi dapat membaca kisah serial LB ini maupun kisah dongengan lain yang ditulisnya dari waktu ke waktu. Terima kasih untuk yang sudah rajin mendoakan ogut sehingga TTC mulai berjalan kembali, salam dari Toronto.

Home Next Previous