It is the first day of fall, kata berita di koran mengingatkan kita yang tinggal di Amerika Utara, musim panas sudah berlalu, tibalah musim rontok favoritku. Tidak apa-apa suhu sekitar 3C ketika saya mulai mengenjot sepedaku sebelum matahari benar-benar bersinar. Oke oke wae mulai hari ini saya harus memakai celana panjang, cycling pant, karena waktu pulang pun suhu hanya 12C. Kemarin kudengarkan rekaman Ministry of Natural Resources mengenai kemajuan warna-warninya pepohonan di propinsi Ontario ini. Cagar Algonquin baru sekitar 25% katanya sehingga 2 minggu lagi, mestilah marak pemandangan pohon sugar maple yang berwarna-warni disitu. Sudah kuimpikan tibanya Thanksgiving Week-end, canoe tripku terakhir untuk tahun ini, di 6 Oktober nanti.
Lamunanku dimulai mengenangkan seorang sahabatku yang tadi kusinggung sedikit di tayangan ulang 'Support Group'-ku. Soalnya lagi, seorang di antara Anda meminta saya meneruskan tayangan Resilience. Hampir saja prenku itu terbanting oleh kehidupan alias bunuh diri. Ia mengalami depresi berat ketika ia di-PHK. Bagaimana ia tidak berdepresi. Ayahnya adalah panglima tentara Inggris yang ditempatkan di salah satu negeri (bekas) jajahan Britania Raya. Rumahnya serba besar dan luas, kehidupannya serba mencukupi, pendidikannya tidak kalah dari lulusan Universitas Bina Nusantara milik temanku secomberan :-). Sehari-hari ia biasa bertandang ke rumah bos alias presiden negerinya, karena ayahnya dan sang prez sohib. Bayangkan ketika ia lalu berbulan-bulan nganggur dan akhirnya menjadi tukang lever pizza, istilahnya pizza delivery man. Tentu saja profesi yang halal dan lumejen alias tidak membuat ia mati kelaparan. Kalau Anda suka membaca nasib kaum imigran di Toronto ini, jangan heran kalau ada pizza man yang mempunyai gelar doktor atau dokter. Hanya itu satu, hidupnya dari tingkat ketujuh amblas sampai ke lantai basement. Tak heran ia mau bunuh diri.
Satu lagi sedulurku, tidak tahan banting di dalam kehidupannya. Ortunya kaya raya dan subur makmur. Semua-semua sudah tersedia, kata anak sini 'a spoiled brat'. Betapa tidak. Engga naik kelas? Secara gaib ia masuk ke kelas di atas kelasnya. Tidak lulus ujian? Secara ajaib ijazah diperolehnya. Akibatnya terjadi apa yang namanya kwalat. Ketika ia sudah menikah dan lalu mengalami kehidupan berkeluarga yang sebenarnya, isterinya tidak bisa disogok, anak-anaknya engga ngerti diduitin, ia menjadi gila beneran. "Itu sih bukannya resilience pren," kata Anda memprotes. Ya, itulah contoh dimana orang menjadi tidak tahan banting. Sepeda kugenjot semakin kencang karena lampu di depanku sudah menguning alias mau merah. Sayapun tahun lalu mengalami bantingan dan membuatku sedikit depressed.
Saya sedang fit-fitnya saat itu. Baru saja pulang canoeing ke Rain Lake di Cagar Algonquin. Portaging sepanjang hampir 2 km, kugotong terus kanuku tanpa perlu berhenti beristirahat. Canoe pack yang sebetulnya bisa membuat pinggang patah karena tidak di-design untuk dijadikan backpack, kuembat saja. Di akhir bulan, saya dan Cecilia sudah bersiap-siap ikut trip bersama teman-temanku di kantor, a.l. kami ingin melakukan loop seputar Georgian Bay dan Six Mile Lake Provincial Park. Lalu di bulan Agustusnya, bersama teman-temanku anak Ottawa, kami sudah merencanakan menyusuri Temagami River selama seminggu, a trip or journey of a lifetime. Weleh-weleh engga hujan engga angin, saya menabrak trotoar di perjalanan pulang dan hancur remuk tulang selangkaku, patah di beberapa bagian. Dari lantai 7 alias sedang fit-fitnya, saya turun sampai ke groundfloor. Jangankan mendayung, mengangkat tangan saja tidak mampu sampai kepalaku dicukur cepak (hingga hari ini :-)). Di awal musim panas, baru 4 kali canoeing trips, there went my whole summer :-(. Mau menangis malu, mau tertawa tidak bisa. Untunglah saya punya hobi menulis dan membaca. Kedua hal itu masih bisa kulakukan dan membuatku tidak terlalu depress.
Bila kita mempunyai banyak hal, termasuk kesehatan dan kebugaran, ketika apa yang kita miliki itu, terkadang hilang dalam sekejap, kita masuk ke dalam depresi. Itu sudah menjadi hukum alam. Manusia membutuhkan power, control, semakin besar kebutuhannya, semakin menderita bila ia kehilangan hal itu. Saya memang tidak bertanya "Why" kepada Doi, wong salahku ngebut. Bayangkan bila aku diseruduk mobil dari belakang, jatuh dan patah. Semakin besar faktor eksternal yang menyebabkan kemalangan kita, semakin amblas alias hilang ketahanan banting kita. Itulah yang suka kujumpai di cem-macem paguyuban yang kukenal. Mereka yang penderitaannya disebabkan oleh bukan kesalahan sendiri, akan lebih lama nongolnya dari sang jurang. Mereka yang tadinya ada di puncak gunung, akan lebih lama recovery-nya. Aeh aeh, tak terasa sudah tiba lagi aku di jalanan menuju Seneca College alias Skymark Drive, di tikungan dimana aku nyungsep. Kubelok ke kanan dan karena terlalu cepat, sekali lagi aku sampai ke tengah jalan. Perancang tikungan itu memang goblok banget :-) alias tidak pernah ia memakai sepeda. Tidak mungkin Anda akan oke menikung disitu, kalau kecepatan sepeda Anda di atas 5 km sejamnya. Kalau tidak percaya. coba sendiri tapi kalau sampai jatuh dan patah, jangan salahkan daku :-). Ya, saya sengaja melalui jalanan itu meskipun biasanya aku menikung di McNicoll Ave. Soalnya saya ingin mempraktekkan nasihatku sendiri kepada seorang teman Internetku. Anaknya mengalami peristiwa traumatis di perayaan 17 Agustus yang lalu. Dari diagnosa sepikolog kampung Anda, kukatakan trauma-nya tidak begitu gawat. Perlahan-lahan coba teknik yang namanya 'flooding', yakni si anak diekspose lagi dalam kadar yang rendah atau kecil ke hal yang menyebabkan doi takut. Semoga nasihatku oke meskipun biasanya, konseling yang gratis kurang manjur :-). Semakin mahal tarip seorang dokter, semakin mujarab penyembuhannya :-).
Diit-diit, doot-doot, bunyi klakson mobil di belakang dan sisiku. Sebuah bis ingin melewatiku dan mengambil jalanan orang lain. Akibatnya "pemilik jalur" marah dan mengklakson. Si supir bis tidak mau kalah galak, ia juga membunyikan klakson sehingga menghentikan lamunanku. Ya, rumahku memang sudah tidak jauh lagi dan pastilah hidangan sang koki sudah menunggu "pembalap sepedanya" yang pernah nyungsep dan jadi THP, The Hurting People :-). Salam dari T.O.