Lamunan Bersepeda XCIV

Bukannya saya mempunyai target bahwa di tahun Y2K, serial terpanjangku ini harus mencapai ke angka 100, tetapi memang hari ini oke sekali. Untuk Anda yang lebih senang di dalam rumah, suhu 14C plus sedikit angin memang kurang oke. Tetapi, karena musim rontok sudah tiba, paling-paling hanya akan ada satu dua bulan lagi waktu-waktu bersepeda. Berangkatlah saya dan Cecilia seusai makan siang tadi menuju ke selatan. Kami mulai start dari muka Taylor Creek Park, di jalanan ke Don Mills North dari Don Valley Parkway. Ideal sebab kami akan langsung masuk ke trail bersepeda Don River alias ke suasana sepi. Tujuan kami adalah ujung barat dari Martin Goodman Trail, persisnya di atas Humber River, untuk Anda yang tahu peta Toronto. Untuk yang ga tahu, Humber River adalah salah satu sungai cukup besar yang bermuara ke Danau Ontario dan letaknya tak jauh dari downtown.

Pelamunan dimulai sepanjang Don River trail yang memang sepi, sedikit sekali pejalan kaki, umumnya kami berpapasan dengan para pengendara sepeda serius (terlihat dari jenis sepeda dan pakaian mereka). Pohon-pohon masih menghijau meski beberapa minggu lagi, itulah daerah yang akan menjadi cantik sekali karena dipenuhi dengan pohon-pohon sugar maple dan lain-lainnya. Tidak berapa lama mengayuh dan melamun, sekitar 7-8 km kemudian, si anak kampung Betawi ingin minggir dan kencing karena suhu lumayan dinginnya. Eh eh eh, dari kaca spionku kulihat 2 polisi bersepeda di belakang kami :-). Urung kencing lah sahaya, daripada didenda. Mungkin kebiasaan jelekku, tidak boleh lihat got waktu kecil, langsung selang dikeluarkan dan serrrr (kemana yach Mbak Ira yang demen ser-seran? :-)). Anak-anak Kanada tidak ada yang mau seenaknya kencing di pinggir jalan kaya begitu, sudah kubuktikan dan kutest kedua anakku sendiri, meski mereka kebelet, mereka akan menunggu sampai ada washroom kalau kami pergi ke luar kota bersama di jaman dahulu :-).

Eh, dari jauh kulihat kedua Oom polisi itu setop. Wah ada apa nih. Ternyata sepasang sejoli yang bersepeda, salah satu ban sepeda mereka gembos. "Do you have a patch," tanya si awewek ke kami. "Sorry, no." "Do you have a pump?," tanya Oom polisi. "Yes, I do," dan kukeluarkan pompa sepedaku. Hanya lalu si cowok mengatakan ketika melihat polisi memberikan pompa, "Oh I do have a pump." "Sorry we can't help," kataku lagi sambil meneruskan enjotan dan lamunan. Hari ini ada 'book festival' sepanjang Queen's Street antara Spadina dan University Avenue. Kesitulah tujuan pertama kami setelah kami keluar di Cherry Street dekat Lakeshore. Bukan main jumlah stand festival buku ini, dari mulai segala macam majalah, toko dan tukang buku, sampai ke Amnesty International dan Greenpeace membuka stand juga. Kutidak-lihat satupun buku sepikologi yang tengah kuminati saat ini, jadi kami hanya membeli makanan India, samosa dan "risoles" berisi daging domba untuk menangsel perut dikit.

Berangkat lagi kami meneruskan perjalanan ketika kami berpapasan dengan para manula (manusia usia lanjut) bersepeda. Kami tengah terkagum-kagum melihat nenek kakek peyot-peyot itu masih bersepeda ketika satu nenek jatuh terjerembab persis di mukaku. "Bantuin Yang," kata bojoku. "Engga apa-apa kayanya, jatonya pelan," kataku sementara teman si nenek yang masih enom membantu membangunkan doi. Gimana mau menawarkan bantuan, semua first aid kit-ku kutinggal di rumah, sampaipun plester alias band-aid engga kubawa. Dua kali berpapasan dengan orang yang perlu dibantu, dua kali hanya bisa menonton. Pengenjotan dilanjutkan lagi di Spadina ke arah selatan dimana kami belok kanan di Front Street sampai ke ujung di Bathurst. Turun kebawah sampai benar-benar bertemu dengan Martin Goodman Trail dan inilah trayek selanjutnya.

Mulailah kami bersepeda menyusuri tepian Danau Ontario, satu dari kelima danau-danau besarnya Amrik Utara. Melewati CNE, Ontario Place dan lalu kami melewati Boulevard Club. Kelab orang kaya, kata Cecilia. Memang, konon ongkos iuran Boulevard Club 5 ribu $ setahunnya. cukup untuk setiap tahun beli satu kanu baru, satu sepeda baru, satu tenda dan ransel baru, kata Cak Indratmo:-). Memang Cak, wong sugih ya sugih di Toruntung ini, yang kere ya kere. Kalau sampeyan mengira hanya di kolong jembatan Ciliwung orang kemping, ikut daku bersepeda sepanjang Don River dan ada juga kog yang tinggal di bawah kolong jembatan. Ya, kami hanya dapat melihat saja dari luar kemegahan gedung kelab itu sambil mengingat seorang anak Indonesia yang profesinya koki disitu.

"UKI," kata Cecilia sambil tertawa ketika kami melihat jalan masuk ke taman High Park atau Parkside Drive. Empat belas tahun kami aktif di paguyuban Katotelek ini, hampir setiap Jum'at malam atau sedikitnya 700 kali kami kesana :-), tak heran tak akan terlupakan, Anda-anda yang sekota denganku tahu mengapa saya ataupun Cecilia tak pernah ke UKI lagi, paling-paling di Hari Raya Natal doang untuk unjuk tampang :-). Hari ini atau week-end ini sebetulnya di UKI ada retret Romo Johanes Indrakusuma wong Malang. Kuogah sebab sudah tahu isinya akan kaya apa :-). Bojoku engga mau ikut sendirian sebab mesti menjawab pertanyaan puluhan orang, "Kemana si jusni?" :-) Lagipula retret bersama 180 orang bukannya retret tetapi socializing. Cak Indratmo manggut-manggut. Memang ia prenku yang sejati :-). Retret yang paling afdol yach di camping trip atau campsite yach Cak? Manggut lagi doi :-).

Humber River tinggal dekat lagi, sudah terlihat jembatannya yang melengkung, Wadow wadow wadow, pemandangan apaan ini? Dari jauh kita dapat melihat nuansa warna Danau Ontario yang sungguh aduhai. Tak kalah dari Killarney, malah sedikit lebih kontras. Soalnya dari mulai coklat alias butek di muara Humber River, lalu menghijau, membiru, menghijau turquoise, menghijau-biru lagi. Tidak percuma kami menempuh 25 km sejalan untuk sampai ke tempat itu. Suguhan yang diberikan-Nya oke sekhalei, tak kalah menyenangkannya dibandingkan dengan kesenangan seorang warga Serviam yang kemarin dipeluki sohib-sohibnya di retret di atas :-). Untuk merayakan pemandangan itu, kami mampir ke kedai es krim Breyer di dekat situ. Tentu saja es krim 5 $ berdua itu uenak sekhalei karena diperolehnya setelah mengayuh sekitar 2 jam.

Perjalanan kami teruskan dan kali ini menuju arah pulang. Masih banyak sebetulnya yang kulamunkan di trayek pulang 25 km itu tetapi semuanya lamunan berbau politik karena di Paroki-Sby, tayanganku mengenai rencana kedatangan Gus Dur salam tempel ama Jean Chretien sedang laku. Karena cuma warga P-Sby yang senang dengan politik, maka sisa lamunan Bang Jeha disensor azha. Sampai berjumpa di lamunan berikutnya, salam dari Toronto.

Home Next Previous