Bau pelbak alias tempat pengumpulan sampah di tikungan Victoria Park dan McNicoll di trayek bersepedaku memulai lamunanku di pagi kemarin. Berita di koran sedang marak dengan kemenangan voting wakil rakyat kota ini yang setuju agar sampah Toronto dilever ke luar kota saja ke suatu tambang tua, Adam's Mine dekat Kirkland Lake. Saya belum pernah ke Kirkland Lake sebab letaknya jauh sekhalei tetapi saya tahu ada satu keluarga Indo yang tinggal disitu. Mestinya tidak bau sampah sebab mereka betah tinggal sudah belasan tahun :-). Serene Shaw, wakil rakyat RT/RW-ku kulihat memasukkan 'yes vote' alias doi setuju sampah kami diekspor ke luar kota, untuk ditublekkan ke dalam lubang bekas tambang itu. Kalau doi mengetuk pintuku nanti di saat mencari suara akan kutanyakan kenapa ia tega-teganya mau membuang sampah ke halaman orang? Sebetulnya sampah sudah tidak asing di dalam hidupku. Rumahku yang pertama yang terletak di Jl. Kayu Putih Utara A/8, berseberangan dengan pelbak sampah di belakang pacuan kuda Pulo Mas. Bila arah angin sedang menuju rumahku, bak tinggal di pelbak rasanya. Tetapi seperti alah bisa karena biasa, kalau kita sehari-hari tinggal di pelbak, bau sampah tak terasa lagi. Sudah kubuktikan di Kayu Putih itu maupun di satu rumah tanteku yang bersebelahan dengan pabrik tahu yang bau.
Lamunanku beralih ke jin wan Nawi yang menyerah ketika diminta mendamaikan Arab-Yahudi. Jin wan Nawi bukan sembarang jin, tidak ada yang doi engga mampu. Menekuni ilmu psikologi, membuat daku tambah skeptis. Bagaimana generasi yang sejak baru dibrojolin sudah hidup di dalam suasana bengkelai, akan mampu untuk berdamai kembali? Boro-boro. Wong tua bangka bangkotan Torontonian van Java yang tadinya hidup saling berdamai dan peluk-pelukan melulu, sekarang tidak peduli satu sama lain, elu-elu gua-gua. Sudah bagus tidak ada issue atau gosip yang beredar seperti di waktu-waktu lalu yang membuat orang jadi tambah THP. Meskipun Chairil Anwar diberi hidup 1000 tahun lagi, ia tetap tidak akan melihat Yahudi dan Arab berpelukan di Palestina. Mungkin 2000 tahun lagi ketika penduduk planit bumi harus menghadapi serangan dari wong Kling-on. Ingat petuah Muzafer Sherif yang melakukan eksperimen dimana kedua kelompok anak menjadi gontok-gontokan hanya karena dibuat terpisah? Hanyalah dengan melakukan suatu hal yang tidak bisa dilakukan oleh SATU kelompok doang, anak-anak itu dapat berdamai dan berpelukan kembali.
Kutinggalkan masalah pelik di atas, biarin azha setok kantorku jadi ikut amblas karena para pemilik modal menjadi ngeri terjadi perang di Timur Tengah dan harga bensin 10 dollar seliternya sehingga mereka harus naik sepeda juga seperti Bang Jeha. Lamunanku beralih ke bonus atau tepatnya uang pajakku yang bakal dikembalikan oleh pemerintah propinsi sebesar $ 200. Belum pernah seumur hidupku ada pemerintah sebae ini, mengembalikan uang pajak karena katanya udah kegedean :-). Berurusan dengan tukang pajak, contohnya yang di airport :-), umumnya runyam, kalu bisa kantong kita diperes sampai kaya sayur asin. Tak heran Oom Zakeus senang bener ketika dijadikan pren oleh Yesus. Ya, sambil mengenjot saya melamun mau diapakan atau dikemanakan 200 dollar itu. Mau disumbangkan ke mereka yang lebih membutuhkan, Mike Harris perdana menteri Ontario bilang jangan. Mau dibelanjakan, apa lagi yang kubutuhkan? Tenda sudah punya :-), demikian juga kanu dan perlengkapannya. Sepeda masih enak digenjot dan beli bo'il bannya azha engga dapet 200 perak :-). Jadi saya sungguh binun sehingga sampai di kantorku pun, ogut yang mendadak ketiban rejeki 200 $ masih belum tahu mesti dipakai untuk apa uang itu. Apalagi kalau daku kena lotere 2 juta dollar. Bakalan begok lach yauw pren ente si Bang Jeha ngelamunin terus mau dikemanakan uang 10000 kali lebih banyak itu. Kutunggu ide atau proposal Anda yang cemerlang, untuk apa uang 200 $ tersebut dan akan kujadikan bahan lamunan mendatang :-). Salam dari Toronto.