Hanya Cak Indratmo pren canoe camping-ku yang mengajukan usul untuk memakai uang 200 $ tax refund buat dibelikan maple syrup. Yah, se-Paroki-Sby sudah tahu Bang Jeha dan empoknya akan pulang kampung di awal tahun 2001 dan sudah mulai mempersiapkan rangkaian janur, mawar dan melati untuk menyambut kami:-). Engga kena Cak. Satu botol sirop bisa mencapai 4-500 gram. Dikalikan 100 orang yang akan menyambut kami, berarti lebih berat dari aluminium canoe Grumman yang kutakuti :-) yang paling 80-an pound beratnya. Lain halnya kalau dikau yang mau "portaging" 100 botol maple syrop itu. Jadi sambil mengenjot di pagi hari ini, kulamunkan lagi mau diapakan uang 200 $ itu sebab usul Cak Indratmo tidak oke punya. "Yes, I know," kataku dalam hati. Seperti ente suka membaca dalam serial ini, Bang Jeha sering banget dilewati orang yang bersepeda ceking, persisnya road bike. Sepedaku soalnya mountain bike dengan ban radial :-) alias berat dienjotnya. Sampai kuda makan kue talam lagi, ga bakalan mountain bike bisa menang melawan road bike yang bannya seramping pinggang Cecilia waktu masih perawan :-). Jadi uang 200 $ itu akan kupakai untuk membetulkan sepeda anakku yang rada ringsek. Sebetulnya sepeda bagus sebab bermerk; Norco. Tetapi sejak ia mampu naik mobil, sepeda itu digilingnya suatu ketika, memang tak sengaja. Akibatnya peleknya jadi rada keriting sehingga perlu kupalu beberapa kali. Terakhir kupakai waktu Justine, putri bungsunya Bung Luki Putuhena menyambangiku di Toronto dan kuajak bersepeda sampai ia gempor :-). Jadi kalau bannya kuganti, pasti doi akan oke lagi dan aku dapat bersepeda yang sesuai untuk di jalan raya. Sori Cak, maple syrop lain kali azha yach :-).
Menjelang menuju Leslie St. di suatu trail dekat belakang perumahan, jalanan menanjak berat. Untuk sekitar 100 meter aku harus turun dari pelana atau sadel sepeda dan mengenjot sambil berdiri. Aku lebih suka melakukannya dibandingkan dengan harus turun dari sepeda. Tentu saja napas menjadi ngos-ngosan sesampai di ujung jalan di sebelah suatu rumah. Hmmm, bau asap rokok ganja. Benar saja, sepasang pasutri muda sedang mengepul rokok yang kelihatan bentuknya aneh alias buatan sendiri di beranda rumah mereka di sisi jalan. Cocok sekali dengan berita di halaman muka koran Toronto Star pagi ini di bagian paling atas berjudul "Reefer blandness: Pot goes mainstream". Subjudulnya bertuliskan "It's still not legal, but marijuana has become 'respectable'", Masya malaikat memang. Kelihatannya tinggal soal waktu ganja akan dilegalisir di Kanada :-(. Betapa tidak, 9% dari rakyat Kanada alias sekitar 2 juta orang adalah pengganja, istilah kerennya marijuana recreational smokers. Terakhir daku memeriksa buku-buku sepikologiku yang menyangkut marijuana, kandungan bernama THC-nya, Tetrahydrocannabinol, masih tetap menyebabkan otak manusia menjadi THB, The Hurting Brain bila terus menerus diendapi THC. It is not harmless.
Kutinggalkan daerah perumahan dengan pasutri pengganja dan menuju Leslie St. sedikit di bawah Steeles untuk menuju trail yang lebih panjang yakni sampai ke Sheppard Ave. Sudah cukup lama kami tidak melewati trail ini sebab akhir-akhir ini kami lebih sering bersepeda lewat Don River Trail yang menuju ke downtown sebab pemandangannya lebih oke. Weleh-weleh, di setiap tikungan sekarang dibuat garis pembatas antara lalulintas kiri dan kanan, agar orang tidak saling bertabrakan. Good idea, kurelakan uang pajakku dipakai untuk membiayai hal seperti itu :-). Sebagian pohon maple sudah mulai berwarna-warni dan kami hampiri yang sangat bagus. Cecilia kolektor daun maple buat oleh-oleh pengganti sirop menugaskan daku memetik beberapa lembar. Kali ini untuk Romo-Romo di Paroki-Sby katanya :-).
Tidak berapa lama kami sampai di kolam bebek dimana kami suka mampir dan memperhatikan perkembangan bebek (mallard duck) tersebut. Sudah dewasa semua sang pitik dan eh eh, ternyata ada serombongan Canada geese ikut ngerumpi. Rupanya mereka sedang transit di dalam perjalanan ke selatan guna menghindari musim dingin Kanada. Kuyakin terminal transit para Canada geese itu tidak menyeramkan seperti Chicago O'Hare International Airport :-). Saya lalu teringat kepada serombongan bebek pada saat kami kemping di Rock Lake di cagar Algonquin minggu lalu. Meski hujan salju sudah mulai turun, mereka tetap tenang-tenang wae belum mau berangkat. Mengapa? Karena mereka menjadi human dependent alias diberi makan oleh orang. Ketika saya menurunkan kanu ke air, rombongan bebek itu menghampiriku karena mengira akan diberi makan. Itulah sebabnya mengapa para petugas cagar alam sering mewanti-wanti kita manusia agar tidak memberi makan sang margasatwa. Bila mereka menjadi tergantung kepada kita, mereka menjadi malas untuk hijrah dengan akibat mati kedederan di tengah jalan karena sudah menjadi dingin sekali. Sama sebenarnya dengan para recreationist pengganja tersebut. Mungkin mereka tidak sadar bahwa kadar THC di dalam ganja Y2K sudah meningkat berlipatan kali dibanding dengan ganja di jaman baheula. Mereka yang sudah kecanduan berat akan memperlihatkan kemunduran di dalam fungsi motornya, short-term memory, kecepatan bereaksi maupun attention span. Belum yang dilanda oleh depresi, terkena kanker (ganja lebih carcinogen dibanding rokok biasa), atau menjadi mandul :-(. Duh manusia bilamana dikau sadar untuk menghormati tubuhmu seperti bait-Nya? Selamat ikut melamun meski Anda tidak melakukannya sambil bersepeda. Salam dari T.O. PS. Lamunanku terhenti membaca email dari pengantin baru Rudolf Rudy Rednose.