Lamunan Bersepeda XCVII

"So, what works did you do on the bike Steve?," tanyaku kepada sang montir toko sepeda Burl's Cycle di Pharmacy dan Sheppard. "I changed both tires, 10 bucks each, the gear cable, 4 bucks, the grip (pegangan setang) 3 bucks, and I also tuned it, 35 dollars. The total cost is 71 dollars 25 cents." "Can you get a bell and do me a favour to put it on the left side? Also, give me one spare inner tube, just in case." "Sure, the total will be 79 $." Ya prens sadayana, itulah dialogku dengan Steve, montir langgananku yang kupercayai memperbaiki sepeda 'road bike' bekas kepunyaan anakku yang sekarang menjadi milikku :-). Tidak sampai 80 dollar terpakai uang tax refund dari Mike Harris (yang belum datang juga tapinya :-)).

Memang asyik sekhalei melaju di jalan raya dengan sepeda balap ini. Sama sekali daku tidak berkeringat baik di trayek ke kantor maupun pulangnya. Wong tidak dikayuh pun sang sepeda melaju. Turunan :-). Sambil menikmati sepeda itu, lamunanku terkenang ketika masih bersepeda "balap" tapi bo'ong di kampungku dahulu. Karena tidak bermodal, anak-anak hanya mampu membalik stang sepeda sehingga mirip-mirip sepeda balap. Giginya lalu kami ganti jadi gigi 12 atau 14 sehingga menjadi laju sekali. Terkadang spakbornya kami lepas dan itulah sepeda "balap" kami. Lamunanku lalu beralih kepada Bang Usman, montir sepeda idolaku, kesayangan bapakku. Soalnya tidak ada yang tidak bisa dibetulin oleh Bang Usman. Jangankan sepeda, motor dan mobil pun ia ngerti. Setiap kali daku membawa sepeda rusak, tentu tidak kutinggal tetapi kusimak apa saja yang dilakukannya. Bengkelnya terletak persis di muka kelenteng Wang Kiap Sie di Gang Tepekong, nama resminya Jl. Lautze. Tidak ada yang tak kenal Bang Usman. Kalau ia menemui persoalan dimana montir di Kanada sudah akan mengganti sang onderdil, Bang Usman masih terus berusaha memperbaikinya. Ada saja idenya. Tak pernah kutanya ia lulusan sekolah mana, mungkin hanya makan sekolah buta huruf. Meskipun ia tidak bersekolah, aku tetap kagum kepada Bang Usman. Oleh ayahku, sering juga ia diminta tolong membetulkan benda lain seperti pompa air, genteng bocor, pokoke apapun Bang Usman bisa.

Karena pegal ngebalap, kuganti posisi dengan memegang setang bagian atas. Tidak selaju kalau tubuh sejajar dengan tanah tapi oke untuk menghindari kepenatan. Maklum amatir :-). Ban sepeda itu ramping sekali, tidak sampai seinci lebarnya. Kujadi teringat cita-cita isteriku. Ia naksir ingin membeli scooter anak-anak yang sedang marak di kota ini. Scooter alias otopet kecil mungil dan hanya cukup buat diinjak sekaki. Bannya juga kecil dan scooter itu bisa dilipat, konon. Namun membaca suatu berita di koran beberapa hari lalu, ia kapok melamun naik otopet itu. Jumlah anak-anak pengendara otopet yang harus masuk rumah sakit karena jatuh dan patah pergelangan tangan mereka, mencapai rekor untuk tahun ini. Ga heran. Ban sekecil itu sangat berisiko bila otopet masuk ke dalam lubang atau celah. Demikian pula dengan sepedaku. Jadi ogut lebih hati-hati memperhatikan celah atau lubang di jalan dibanding bila bersepeda dengan mountain bike. Memang kecelakaan patah tulang merupakan salah satu yang "populer" dari pengalamanku berteman dengan orthopedi :-).

Sedang asyik melamun, seorang oom polisi mendadak nongol atau tampak di dekat pompa bensin Shell di bawah Lawrence Ave. Ia tersenyum dikulum. Jadi kusapa dan kuberkata "Thank you officer." Ya, ia sedang bertugas menangkapi para pengemudi mobil yang melanggar diamond lane atau jalur bersepeda sepanjang Don Mills Rd. Memang untuk ente-ente anak Toronto yang berbo'il, polisi suka nongkrong di "warung bensin" untuk menyetopmu kalau memakai diamond lane itu di jam sibuk dan tidak ada 3 orang di dalam mobilmu. Hanya, di Eglinton Ave yang juga ber-diamond lane, jarang sekali kulihat polisi merazzia. Akibatnya ya itu, setiap detik bersepeda di Eglinton kita akan dilewati oleh mobil. Sehabis melihat polisi yang tersenyum itu, saya lalu teringat lagi ketika baru mulai tinggal di kotaku ini dan melihat polisi. Hati sering terloncat, apalagi kalau jalan cepat, "salah apa lagi gue." Trauma dikerjain polisi di kampung melayu masih belum hilang waktu itu. Syukurlah sekarang sudah jauh berkurang. Buktinya kemarin saya meluncur di Lawrence Ave dari Victoria Park ke arah Don Mills dimana menjelang jembatan Don Valley, jalanan menurun. Tahu-tahu 2 orang polisi meloncat ke tengah jalan dan untung hatiku tidak melompat lagi :-). Lebih untung lagi karena yang disetop adalah mobil yang di sebelah depanku. Rasain lu, siapa suruh ngebut :-). Itulah bedanya ngebut naik sepeda dengan mobil. Paling-paling kita jatuh dan tulang selangka patah :-). Sekian dahulu dongenganku untuk malam ini, sampai berjumpa, salam dari Toronto.

Home Next Previous