Serba-serbi Kisah Kunjungan Ke Tanah Air Ke 19

"Elu bakal ketemuin si Botak ga?," kata temanku warga Toronto sebelum saya berangkat ke Jakarta. "Engga tau, kemungkinan engga sempet, dia pan orang sibuk," kataku menjawabnya. Si Botak adalah nama akrab teman-temannya bagi juragan Radio Sonora, Bung YT dan kalau Anda suka kesana untuk memesan lagu, sampaikan salam Bang Jeha ya. Sonora memang menjadi radio yang top, antaranya karena jasanya yang banyak memberi info dalam peristiwa Mei 1998. Kalau Anda mengikuti dongenganku, mungkin masih ingat bahwa Sonora adalah metamorphosanya Radio Angkatan Muda PMKRI. Tidak percaya, tanya Bung Jack :-). Kalau saya menyetir hari-hari ini, saya memang menyetel Sonora sebab selain info yang mereka sampaikan dari waktu ke waktu, juga lagu-lagunya oke punya. Disamping itu, acara pilihan pendengar dengan bermacam-macam ucapan melalui radio, yang tidak populer di kota Toronto, menjadi kegemaran penduduk Betawi. Seorang Romo dari Paroki St. Kristoforus hari ini berulang tahun, sama dengan almarhum ayahku. Ia mendapat ucapan selamat dari salah satu Lingkungan di parokinya. Itulah keakraban a la Indonesia :-). Sonora menyediakan sarana untuk para fans-nya memperoleh kebutuhan 'love and belonging' mereka. Bagaimana engga ngetop.

Dari sejuta orang yang berkendaraan di kota Jakarta, mungkin hanya saya yang menikmati macetnya lalulintas :-). Itulah kesempatan untuk saya "sightseeing" karena bisa berjalan perlahan-lahan menikmati pemandangan sepanjang kota tanpa perlu berjalan kaki dan adem karena mobil ber-AC. Landmark atau gedung-gedung sepanjang jalan perlu diingat-ingat karena supir yang baik harus tahu gedung apa ada di jalan mana dan letak persisnya. Sudah kukatakan Pak Ogah dan Bu Kemoceng masih bernafkah di jalanan, demikian pula tukang minta-minta. Melihat mereka saya jadi teringat pengalamanku naik subway alias underground di London sebelum ke Jakarta. Seorang nona muda, cukup rapih dan lumejen manisnya, naik ke dalam kereta dari salah satu stasiun. Baru saja kutatap dia ketika ia menengadahkan tangan. Masya-malaikat, pakaiannya lebih keren dari isteriku, jaketnya jaket kulit yang bagus. Wajahnya ber-make-up alias tidak lusuh seperti pengemis di Betawi. Tentu saja kutolak. Ia lalu menuju penumpang lain, mungkin warga sebangsanya. Ia langsung nyerocos tetapi kata pembukaan kalimatnya jelas bagiku, "Assalam mu'alaikum bla blo blu." Kedua cowok tersebut hanya memandang doi dan mencuekkannya. Masih sopanan Bang Jeha yang bilang sori, engga ada uang kecil.

Anda wong gaek di Toronto tentu masih ingat siapa Romo yang pertama di UKI. Anda pasti tahu juga "nasibnya" :-). Sudah merupakan hal yang rutin kalau saya ke Jakarta, saya berusaha bertemu dengan Brother M nama panggilanku untuk dia sekarang. Mungkin Anda tahu juga ketika ia sedang "jatuh tertimpa tangga" waktu baru keluar dari paguyubannya. Kasihan memang nasib Romo yang "membelot" :-). Jadi kalau Anda seorang imam Katolik dan membaca tayanganku, berpikirlah sekali lagi, tak perlu 70 x 7 sebelum kecantol dengan awewek :-). "Lho kenapa Mas, apa Anda menganjurkan agar Romo-Romo keluar?" Bukan begitu tetapi Brother M kita hepi hidupnya sekarang. Di comberannya ia kepake banget dan suka dikirim ke luar batang. Tidak heran sebab sebetulnya ia salah satu calon juragan di ordonya. Ini harap dirahasiakan yach. Di parokinya ia sangat aktif. Apa keaktifannya yang banyak menyita waktu? "Belajar bahwa aborsi adalah 'mortal sin' di Katekismus," kata Anda. Memang ia aktif di bidang liturgi dan jadi penasihat dewan parokinya, tapi sekarang ia aktif membantu ABG (Anak Baru Gede) yang terkena racun narkoba. "Banyak brother?", tanyaku. "Ya, karena mereka kehilangan pengharapan. Padahal di dalam iman Kristiani kita berpegang kepada pengharapan." "Ya brother, manusia yang sudah kehilangan harapan, amblas," kataku membeo. Tak heranlah kalau banyak narkobais di Indo saat-saat ini sebab menjadi pengedarnya merupakan bisnis yang "hesbats".

Kalau Anda menyupir mobil di Toronto, mestinya Anda tahu sudah ada beberapa persimpangan di kota kita yang dipasangi kamera spion Kanada :-) yang lebih oke dari spion Melayu. Bila Anda nekad terus melaju ketika lampu merah menyala, dengan gesit, lebih cepat dari prenku si Anton Lo membidikkan kamera digitalnya, sang kamera akan menjepret memotret nomor pelat mobilmu. Kalau ada kamera seperti itu di kota Jakarta ini, dalam waktu hanya setahun, hutang negara akan terlunaskan dari denda mobil-mobil yang melanggar lampu merah di setiap persimpangan setiap menitnya. Bukan main memang prens, mereka yang terus saja melajukan kendaraannya ketika lampu sudah merah. Artinya, kalau lampu masih kuning jangan coba-coba berhenti deh, alamat masuk UGD :-). Meski lampu sudah merah saya masih melihat kaca spion apakah ada orgil yang masih melaju di belakangku. Nah, yang juga istimewa adalah variasi lampu-lampu itu. Ada yang hitam terus semuanya alias lagi kojor. Ada yang merah kuning kuning sebab kaca berwarna hijaunya pecah alias lampu yang jadi telanjang itu ketahuan anunya, maksudku boglamnya berwarna kuning. "Krismon Mas," kata ente. Bukan, keadaan para lampu itu mencerminkan keadaan kota yang diaturnya, negara permukimannya, serba membingungkan. Kemarin haram hari ini halal dan entah esok lusa. :-( Sori yang tidak ngerti, itu label bagi MSG Ajinomoto yang didekritkan halal oleh Gus Dur hari ini, haram oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) kemarinnya. Ga pa pa, EGP lach yauw, yang penting tayangan Bang Jeha tidak mengandung babi," kata Anda :-).

Bila Anda bertetangga dengan Mbak Yanti yang dari Suroboyo hijrah ke Markham, Anda mestinya tahu bahwa di Warden dan Highway 7, comberan ogut sedang membangun kantor kami yang baru. Konon, di fasilitas hipermodern ini, karena kami para programmer bisa login dari kebun, ga bo'ong berani sumprit di atas Katekismus, dapat dimuat 2500 orang. Mungkin yang 500 dianggap akan bekerja di taman diluar :-). Seriusan lagi, memang jaringan network kami akan 'mobile', telepon maupun hubungan computer: wireless. Nah, akibatnya di saat ini, sebagai sardencis layaknya kami berhimpitan di beberapa gedung di sekitar Toronto. Yang paling gawat adalah masalah parkir sehingga terkadang, kalau datang terlambat, saya harus parkir di Ontario Science Centre. Kukontraskan saat ini kalau saya harus memarkir di Landmark Center. Dua tahun yang lalu, seluruh lantai parkirnya serba penuh sehingga mobil harus kita taruh di bagian jalanan, persneling dipereikan supaya abang parkir bisa menggeser-gesernya. Sekarang kita dapat bermain bola, badminton deh untuk yang menganggap Bang Jeha bombastis :-). Hanya prens sadayana, meskipun waktu BEJ, Bursa Efek Jakarta dibom saya ada di Toronto, setiap kali saya masuk ke basement parkir itu, saya perlu nyebut, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku :-). Bohong sih, saya hanya merenung, betapa traumatisnya mereka yang memparkir mobilnya di BEJ ketika bom meledak. Tidak salah kubelajar sepikologi, tak heran lowongan sudah menunggu untuk menjadi staf ICMC :-).

Pernah di dalam salah satu dongenganku kuberkata betapa kasihannya anak Betawi sekarang, tidak ada lagi yang bersepeda tapi turun-naik mobil semuanya. Dari rumah ke sekolah, mobil. Ke tempat les, mobilan, ke mal demikian halnya. Bagaimana mereka dapat menyimak apa-apa yang dilakukan rakyat banyak secara rinci. Berapa biji dari wakil rakyat di DPR/MPR yang pernah bersepeda? Kalaupun ada, berapa yang masih? "Gengsi dong Mas," kata ente. Itulah prens, padahal Ratu Beatrix dari Belanda sepedaan dan Mei Mei yang rajin bersepeda ikut 'Ride for Heart' manggut-manggut. Cukup banyak kolegaku di kantor yang sepedaan. Salah satunya juragan level III dari Java development. Yach, kalau Anda anak IT, VisualAge Java yang terkenal sejagat, bikinan beliau dan timnya. En toh ia tidak gengsian dan kalau musim panas bersepeda ke kantor termasuk menggandel laptopnya di bagasi sepedanya. Nah, ente-ente yang belum pernah merasakan asyiknya bersepeda di Betawi, kuundang untuk ikut turne bersamaku bersepeda. Tidak pakai melamun sebab rada-rada berbahaya. Itulah sebabnya si Andy anak Toronto yang pinter, ngelamunnya di bawah air muncrat alias shower. "Dijamin tidak bakal patah kaki atau tulang selangka :-)," katanya. Sekian dulu kisah kali ini, sampai berjumpa, salam dari Batavia.

Home Next Previous