Serba-serbi Kisah Kunjungan Ke Tanah Air Ke 27

Air sejuk jernih tak beriak, matahari pagi bersinar lembut, tak ada yang lebih mengasyikkan dari berenang pagi di kolam renang terbuka (outdoor pool). Kalau saja pohon bunga, cempaka melati meluri yang ditanami seputar kolam itu, karcis senilai sedollar saat ini kurela dinaikkan $ 2,50 yakni biaya yang kubayar setiap berenang di kolam sekolahan L'Amoreaux pool di Toronto. Sambil berenang dan mendoakan Anda-anda (sayang setengah jam cuma dipakai melamun) saya teringat slogan ciptaan Ivoneke. "Authentic Indonesian cuisine without the jetlag", ketika kami para warga Serviam mencari dana untuk Proyek Pasang Surut lewat food bazaar. Berkat aklimatisasi 17 hari di Eropa dan beberapa hari di Singapur saya sama sekali tak mengalami jetlag dan setiap hari menikmati "authentic Indo cuisine" (sori Ivon :-)). Salah satu cara untuk mempercepat jetlag adalah dengan berenang pagi di 'outdoor pool' dan menatap matahari sepuas-puasnya. Kalau Anda tahan sesiangan tidak tidur, dalam waktu 3 harian pun jam tubuhmu akan sesuailah dengan waktu setempat.

Tak terasa seminggu lamanya saya sudah berada di Jakarta. Berkat kesibukan setiap hari, baik berkunjung ke sanak-saudara maupun menghadiri pertemuan-pertemuan satu dua paguyuban, waktu berlalu dengan cepat. Bila malam tiba dan bosan menulis :-), kuluangkan waktuku bermain Scrabble dengan nyonya. Minggu lalu bersamanya saya ke Scotts Road di Singapore. Di pusat perbelanjaan di muka Hyatt Hotel disitulah sang Scrabble kubeli sekitar 30 tahun lalu. Sejak itu, ia menjadi sahabat kami ketika kami sedang berpacaran. Bosan berpelukan :-), kami bermain Scrabble, sampai hari ini. Kemarin malam sebelum bermain, karena saya sedang menulis ia berdoa rosario. Setelah tayangan selesai kutulis dan kukirimkan, kami mulai bermain. Langkah pertamanya 'goalies' alias 7 huruf sekaligus membuatnya memperoleh nilai 74. Pelajaran bagiku, bila ia habis berdoa, kutak mau bermain lagi dengannya :-).

Menyinggung doa, beberapa hari lalu saya berdoa dan terutama bersyering-ria bersama AREK, Asosiasi Refleksi Eksekutif dan Karyawan "jowo" di Betawi. Merenung memang hobiku dan kuyakin kalau saja manusia Indo masih banyak yang mampu merenungkan kehidupannya, tidak asal main babar blas maupun mengambil keputusan tanpa memikirkan dampaknya, niscaya permasalahan negara dan bangsa ini tidak separah sekarang. Oom Pasikom lewat karikaturnya beberapa hari lalu mengetengahkan gambar dengan judul 'Siapa bilang reformasi sedang jalan di tempat?'. Yang digambarnya adalah sang koruptor sedang lari di atas ban berjalan diudak kaum reformis. Oom Pasikom memang tahu KKN sudah mendarah-daging di manusia Indonesia, terutama di pejabatnya. Syering refleksi AREK kali ini mengetengahkan judul 'Hidup Secukupnya' didasari oleh tulisan singkat Gede Prama berjudul demikian. Kata saya a.l., karena bermotto demikianlah saya ada di tengah mereka semua sebab menurut prinsip "hidup secukupnya", pensiun setelah bekerja 30 tahun lumejen lach yauw. Ngerumpi bersama para warga LSM memang oke punya. Kalau Anda para prenku di Toruntung masih ingat, ketika Romo Sandyawan berkunjung ke kota kita, ia berkata bahwa harapan Indonesia ada di tangan mereka warga 'grass root movement'. Itu pula yang dihayati para pakar politik (mengenai) Indonesia dari University of Toronto. Saya sependapat bahwa di kelompok masyarakat kecil tapi peduli itu, berhimpunlah cikal-bakal mereka yang mampu mengangkat bangsa Indonesia dari kepurukan selama ini.

Kita tinggalkan masalah poleksos Indo yang dapat membuat kita langsung ubanan bila terus memikirkannya, terbukti dari semakin banyaknya ubanku sejak semingguan ini :-). Anda mungkin masih ingat ketika 1,5 tahun lalu saya ke Jakarta, tiketnya adalah kiriman dari PT IBM Indo sebagai "upah" jerih-payah saya mengajar seminggu bagi para kustomer Melayu. Disamping itu, saya mendapat satu "rejeki" sebesar 10 juta Rp dan seluruhnya saya "syer" dengan sahabat-kerabatku di kampung ini yang lebih membutuhkannya, termasuk Bang U tukang cukurku. Tak tega untuk hanya membayar Bang U ongkos cukur lokal, saya sedang mencari obyekan lagi dan melihat-lihat iklan di Kompas. Isinya banyak yang menarik. Di hampir semua iklan perusahaan yang mencanangkan dalam bahasa Inggris 'good command of oral and written English' ada kesalahan gramatikanya. Misal 'fluent in written & oral English would be an advantage' (fluency lebih pas). Mendingan dibandingkan yang menulis 'having spoken English and Mandarin is an advantage'. Satu lagi 'we provide an attractive remuneration package TO the right candidate'. Jelas bahwa para pembuat iklan adalah wong lokal, terbukti lagi dari banyak kalimat aneh dalam bahasa Inggris yang tak akan pernah Anda baca di iklan koran Toronto Star atau The Globe & Mail. Graduated in ... from prominent university WITH FLYING COLORS :-). Hanya anak Indonesia yang lulus dengan berkibar benderanya :-). Sebagai pemerhati psikologi, satu lagi yang menarikku adalah cem-macem definisi personality yang diminta oleh para perusahaan Indo yang tak pernah ada di textbook manapun yang membahas 'personality theory'. Tetapi, kita tahu sih pribadi macam apa yang diinginkan oleh sang perusahan alias oke wae lah sedikit kesalahan atau keanehan para iklan itu. Itu juga yang kukemukakan semalam ketika bertemu dengan sekitar 50 orang calon tetanggaku, warga milis Serviam di Jakarta. Tak perlu lagi Anda memperbaiki bahasa Inggrismu bila visa Kanada sudah dikau peroleh. Artinya si interviewer sudah mengerti Inggrismu dan itulah yang terpenting, aksenmu tidak terlalu gaswats. Saya hanya iseng saja mengeritik isi-isi iklan Inggris tersebut karena mereka tidak konsisten dengan permintaannya, agar para calon hesbats tetapi sang perusahaan sendiri tidak mencerminkan memilikinya. Mungkin yang lebih tepat, saya tidak qualified untuk melamar satu iklanpun karena semuanya mencari wong enom :-). Sampai berjumpa di tayangan berikutnya. Bai bai lam lekom.

Home Next Previous