Ketika saya pertama kali mengunjungi Amsterdam negeri Belanda, saya menjadi maklum darimana asalnya ide bak mandi di Melayu. Kupikir karena di Indo air susah, kakek-nenek-moyang kita dahulu menampungnya atau memakai bak di kamar mandi. Eh eh eh, ternyata itu warisan wong Londo sebab kamar mandi di hotel kami di Amsterdam memakai bak mandi lengkap dengan gayungnya :-). Mungkin juga karena hotel kami tidak berbintang dan hotel yang keren sih memakai stijl Amrik Utara, pakai air mancur. Nah, karena tidak terbiasa lagi dengan bak mandi maupun keharusan membuka keran untuk mengisinya, setiap kali saya buka keran, setiap kali saya membuatnya luber alias kulupa matikan. Itu juga salah satu sebabnya saya berenang setiap hari di Tirta Mas karena mandinya memakai shower atau pancuran. Hanya saja saya seorang diri yang membuka celana renangku kalau mandi. Anak-anak Indonesia sopan- sopan semuanya dan tak ada yang mandi bugil kaya di Toronto :-).
Kemarin saya katakan banyak kemajuan maupun yang hebat-hebat di kota kelahiranku ini. Salah satunya adalah jalan tol yang sekarang ada dimana-mana mengelilingi Betawi. Karena terkadang jalan tol suka macet, maka kita dapat juga berbelanja ke penjaja di pinggiran jalan. Supir bis di jalan tol juga dapat kita minta untuk berhenti dan kita bisa keluar, kalau perlu loncat pagar (di beberapa bagian jalan tol dipagari). Sudah lama tidak makan kacang kedelai rebus, ketika belum lama ini saya ke Cikunir dan keluar dari jalan tolnya, kubeli kedelai wangi itu dari sang penjaja. Lain rasanya makan kedelai rebus segar dengan yang direbus isteriku dari bijinya :-). Waktu kami di Eropa naik kereta api, saya kehilangan penjaja makanan a la Indo sebab harga menu di kereta restorasi aujubilah mahalnya :-).
Anda di milis Paroki-Sby tentu kenal prenku Bang Gonjreng yang sekarang bisnis utamanya adalah security. Bukan duit tapi urusan keamanan. Kalau Anda perlu pengamanan di Betawi, tinggal hubungi Bang Gonjreng. Saking hebatnya urusan keamanan atau security-mindednya warga Betawi sejak Bang Gonjreng tampil, sekarang kalau kita berbelanja ke Carrefour, supermarket Perancis yang buka warung di Jakarta, STNK mobil kita diperiksa pas keluar. Dengan demikian dapat dipastikan Anda tahu dimana letaknya STNK mobil yang Anda curi sebab pada umumnya pemilik mobil kan menaruh STNK di dalam mobilnya. Satu kemudahan lagi ketika berbelanja di Jakarta adalah kita dapat meninggalkan shopping cart kita demikian saja dimanapun sampai ditengah-tengah jalan. Berkat kemajuan tekno, shopping cart dari supermarket di Betawi diperlengkapi dengan 'honing device' yang akan membantunya kembali ke tempat mangkalnya.
Kemarin saya ngobrol dengan seorang sedulur saya lagi yang jadi kepala RT di kampungnya. Infonya tentu segudangan, maklum Pak RT. Ia tahu persis pastor mana di paroki mana yang sudah kepincuk dan kabur ama cewek. :-( Rupanya akhlak moral sudah sedemikian merosot di kota ini sampaipun pastor pada blingsatan. Di tayangan yang lalu kusinggung pastor W dari paroki K yang pada tanggal 20 Oktober masih berkotbah, tanggal 21-nya kabur, konon bergabung dengan isteri dan anaknya yang selama ini ditelantarkannya. Umat termasuk prenku yang tadinya "mendewakan" doi karena ia dianggap paling hesbats teologi moralnya sempat menjadi THP. Dahulu waktu ayahku belum almarhum, ia membeli Pos Kota. Sekarang saya hanya membaca Kompas di pagi hari jadi berita a la gosip yang makin digosok makin sip, kuperoleh dari kepala RT maupun warganya doang :-).
Belum lama ini saya "kehilangan" SIM Internasionalku, entah dimana kutaruhnya. Jangan-jangan jatuh di jalan sebab kubawa kemana-mana dan karena besarnya sang SIM alias engga muat di dompet, saya bawa tidak di dalam dompet. Setelah cukup berkeringatan (saking panasnya Jakarta) mencarinya dan tak ketemu juga, saya pergi saja. Soalnya saya sudah tidak trauma lagi dengan/menghadapi polantas. Sudah sembuh sejak kutinggal di Kanada. Waktu kubaru pindah ke Toronto, melihat polisi badanku masih bergidik dan gemeteran :-). Anak Indo atau supir mana yang tak takut ke pak polantas. Apalagi yang bila sejak kecil nakal atau engga mau makan, oleh si "suster" diancam akan dipanggili polisi. "Idih atut," kata si Asep. Nah, kemarin saya menyaksikan pak polantas memperlihatkan lagi kekuasaannya. Lalulintas mendadak terhenti ketika saya masuk ke Tomang di depan Hero supermarket dari jalan tol. Seorang pengemudi motor hendak melakukan U-turn dan ada disisi kiri sehingga ia harus menghentikan sekitar 2 jalur lalulintas. Sambil terus mengacungkan jempolnya, ke pengemudi bo'il yang menunggu mempersilahkannya ia berhasil menyetop seluruh lalulintas di dua jalur dan sudah siap berbelok kanan ke masukan U-turn tersebut ketika mendadak lewat 2-3 polantas bermotor. Sial banget nasibnya sebab ia dihardik untuk tidak belok tapi terus saja menuju arah Harmoni. Dalam hatiku, polisi Kanada malah akan membantu menyetop lalulintas agar ia bisa berbelok. Tak heran traumaku menghadapi polisi sembuhnya di Kanada. Untung saya cuma tinggal dan bermobil sebulanan di kota ini. Kuyakin kalau setahun, saya akan dihinggapi lagi "polantas phobia" :-). Sekian dulu dongengan di pagi ini, beberapa prenku sudah menunggu untuk mentraktir saya di warung soto Bang Husen, menikmati makanan a la kahyangan, soto Betawi asli :-). Bai bai lam lekom.