Cuma 2 hari saya keluar kota, ketika saya kembali merebak berita bahwa bom-bom mulai dipasangi lagi di kota Betawiku :-(. Sengaja ketika di Bandung saya hanya membeli koran lokal, Pikiran Rakyat yang sepertinya tidak memuat berita tsb, mungkin kwatir bisa menyebabkan Bandung juga dipasangi bom. Prenku para pengamat politik ada yang berteori, kalau keluarga cing eyang diganggu (lagi) sering bom-bom lalu berterbangan. Mungkin benar juga teori serabutan ini. Soalnya cing eyang, gara-gara berita wartawan usil bahwa ia kelihatan sehat walafiat, sedang hendak diperiksa dan diadili lagi oleh Kejaksaan Agung.
Apa dampak maraknya bom di Indonesia ini? Tentu saja atau yang pasti menguntungkan pihak "penyelenggaranya" alias mereka ingin agar tarip hotel berbintang lima di Jakarta, tetap 53 US $ rata-ratanya (average room rate). Gile banget kata Anda. Itulah judul satu berita Kompas hari ini, 'Tingkat hunian hotel berbintang kian anjlok' padahal saya sudah berusaha membantu. Kalau di luar Jakarta, angka tingkat hunian itu 40%, thanks to Bang Jeha dan si Empoknya yang barusan menginap di Jayakarta Hotel Bandung, di Betawi cuma 30%. Wisman, wisatawan mancanegara semakin keder untuk mengunjungi Indonesia meskipun Uda Datuk Palinggih menjamin bahwa tidak akan ada bom di Kotogadangnya :-). "Jus, Sumatera Barat aman Jus," kata Uda Datuk dengan serius meyakinkan prennya. Saya percaya banget sebab ketika si Pitung masih menggarong di Batavia, Aman Datuk Madjoindo sudah mengarang 'Si Doel Anak Betawi' disamping segudang sastrawan dan budayawan "kotogadang" lainnya :-). Kembali ke alur cerita, seperti saya syer di tayangan terdahulu, bisa Anda bayangkan, di Eropa tidak ada hotel berbintang (meski siji wae) yang rate-nya semurah 53 US $. En toh para wisman tidak ada yang berminat datang. Boleh Anda semua ramalkan, kalau begini terus keadaannya, hotel-hotel berbintang itu bakal rontok bintangnya alias bangkrut.
Bos pariwisata Indo, Setyanto Santoso mempunyai rencana melakukan prosmotsi di Arab Saudi, Jerman, Singapur dan London. Percuma lach yauw pak, ente buang-buang duit negara 3 juta dollar doang (budget promosi). Wong asing engga gosbloks dan mereka membaca ceritaku betapa prasarana jalan serba awut-awutan. Yang lebih mengerikan sang wisatawan eling tentulah KEAMANAN. Belum lama ini eks kolegaku si Bian Kie, Jusuf Wanandi menclok ke Toruntung dalam rangka mengkowarkan bahwa Indonesia tidak lama lagi (5-10 tahun katanya) akan oke punya dan mbok para investor Kanada jangan lekas percaya kepada berita Kompas. Menyingkat kowaran, marilah tanam modalmu di Republik Indonesia raya, kata Pak Jusuf yang mungkin memiliki beberapa hotel berbintang di kampungnya :-).
Anda yang mengikuti serialku ini tentu masih ingat bahwa ketika saya sering ke Jakarta atas biaya ibeem, saya suka naik taksi kalau harus ke Landmark Tower. Umumnya saya keluar ke jalan raya dan menyetop taksi yang lewat, baik di rumah maupun di Sudirman. Kata Wangsa Susilo prenku yang sudah menyetop kontrak rantanganku secara sepihak :-), itu sudah kuno alias tidak bisa dilakukan lagi kalau kita mau selamat. Ente mesti minta sang supir membuka bagasi belakangnya untuk melihat apakah isinya cuma ban serap atau ada "supir serap" siap dengan celurit dan goloknya. Saya tidak becanda. Bacalah Kompas halaman 17 hari ini berjudul 'Blue Bird Mulai Teliti Armadanya'. Seorang bernasib sial bernama Ira Andriati, meskipun haikul yakin sudah memakai BB yang oleh banyak orang dianggap teraman untuk dinaiki, dikerjakan oleh dua "supir serap" tersebut. Taksi BB palsu, atau aspal, asli palsu itu dinaikinya dari Plaza Bapindo hendak ke Plaza Senayan, mungkin membaca kisahku bahwa siomay Bandung di bawah SOGO oke punya. Tahu-tahu, karena ia lupa minta supir membuka sang bagasi, keluarlah sang perompak dari jok belakang berpisau dan bercelurit. Kartu ATM-nya dikuras, demikian pula kartu kredit Citibank-nya sebelum ia dibuang di Bintaro. Karena ia anak Indonesia (26 tahun), kuyakin ia akan mengatakan "masih untung". Itulah caranya untuk 'survive' di negeri ini. Apa-apa yang menjadi disonansi, perlu diubah dan dibantah sehingga kita tidak menjadi sinting alias waras terus. Apa kata ibuku membaca berita itu? "Masih MUJUR, engga diperkosa." Bayangin, sudah kehilangan berjeti-jeti, dilempar hingga babak-belur, diberi predikat mujur. Anda menggeleng-gelengkan kepala? Itulah sebabnya wisman belum pada mau datang ke kota kelahiranku ini :-(. Bai bai lam lekom.