"You wanna breast, you pay the price," begitu kata seorang juragan tukang ayam goreng Popeye yang tentu saja bukan di Jakarta tetapi di Kissimee, Florida ketika kami dan anak-anak suatu ketika jalan-jalan ke Disneyworld. Soalnya saya complain ke pelayannya kenapa ketika kami meminta dada, yang di Toronto mah oke-oke saja, kami harus membayar ekstra. Kemarin saya mendapat kabar per japri tentang kolega saya yang ketika sama-sama nyangkul di IBM Indo sering mengajak saya menemaninya "sales call", pakai tanda kutip sebab bukannya tugas kantor jualan kompi tetapi ke soto Betawi Bang Mamat di pinggir Lapangan Persija Menteng. PFK namanya di antara kami, dikabarkan terkena stroke yang ketiga kalinya karena penyumbatan. Memang beliauw senang akan makanan enak-enak sebagaimana layaknya anak Betawi termasuk cem-macem jeroan. Ia sudah atau harus "membayar" hobinya itu dengan menjalani fisioterapi, kata pren kami yang sebetulnya juga pernah terkena stroke. Ya, generasiku sudah seperti itu, tidaklah "gratis" lagi apa-apa yang kami lakukan atau dalam hal di atas makanan ke dalam perut. Hanyalah soal waktu atau nasib-nasiban, serangan jantung atau stroke atau terkena kanker dapat tiba di antara kita yang masih sehat. Saya jadi teringat kepada Romo Tobing yang suatu ketika kami undang datang ke Toronto memberikan retret dan renungan. Katanya, sama seperti ikan yang kodratnya berenang di air, kodrat manusia menjadi sakit. Jadi suatu hal yang lumrah artinya dan Anda yang pernah membaca serialku 'A Reflection on Retirement' tahu bahwa salah satu faktor utama saya pensiun di usia muda, melepaskan potensi gaji jutaan dollar :-), adalah masalah kesehatan. Seberapa karung atau gerobak pun uang yang kita miliki, kalau kita sudah terkapar, amit-amit koma karena stroke, we may as well say goodbye to those pile of money. Jadi berita seperti di atas itu menguatkan "iman" saya bahwa apa yang saya lakukan bukanlah sesuatu yang sinting tetapi logis bin masuk akal.
Salah satu prosedur rutin saya bila pulang kampung adalah bersilaturahmi dengan para prens mantan kempingan bersama tempo doeloe. Seperti Anda tahu sejak masih mahasiswa saya sudah senang mendaki gunung menyelam ke laut. Satu dua dari mereka pindah juga ke Kanada hanya sayangnya, mereka atau sudah uzur tak awet muda atau beristeri perempuan kota :-). Akibatnya saya selalu kemping bersama-sama anak muda yang belum tercemar yang sering lebih muda lagi dari anak saya, malah sesekali dengan bocah yang bisa dijadikan cucu sehingga di campground saya dipanggil opa. Nasib dah. Nah, bertemu lagi dengan teman-teman seperti itu membuat planning jalan-jalan saya semakin banyak sebab mereka mensyer tempat-tempat yang selama ini sudah mereka kunjungi sejak pertemuan terakhir. Salah seorang tokoh alias yang sudah jadi orbek mensyer tripnya ke Vietnam pas Lebaran lalu. Kesan saya, dibandingkan ke RRC, akan lebih menarik mengunjungi negeri itu, yang pasti hampir semua pren saya yang pernah ke Cungkuo menyumpah-nyumpah tidak enaknya makanan disitu, mungkin karena mereka makannya di warung :-). Tentu saja tak kurang banyaknya yang bercerita akan tempat-tempat di Indo ini yang sudah mereka kunjungi dan memang kalau saja negeri ini aman damai, cocok banget buat dijadikan tempat pensiunan Kanada bermukim ketika negeri kami sedang dilanda suhu -30C -40C :-). Jadi rencana saya dan nyonya untuk hari Senin ini cabut ke Bali mendapat dukungan penuh dari mereka karena pulau itu memang lain dari yang lain dibandingkan dengan seribu pulau atau tempat turis lainnya di Indonesia. Kita lihat bersama apakah komen prens saya itu benar sebab sudah cukup lama saya dan Cecilia tidak ke Bali, sekitar 17 tahunan.
'Diumumkan, Anggota DPR Yang Suka Mangkir', judul salah satu berita di halaman muka Kompas hari ini. Saya jadi teringat ketika buang air kecil alias pipis di WC International Airport Inchon di Seoul dalam perjalanan penerbangan saya dari Los Angeles ke Jakarta bulan Desember lalu. Di setiap WC-nya tertera foto petugas pembersihnya termasuk nama dan nomor KTP-nya :-) dengan font yang besar alias jelas sekali untuk dibaca. Jelaslah dampak penerapan teori "malu" psikologi tersebut, Pak "Park Chung Hee" sang petugas seolah merasa memiliki sang lahan WC dan akan berusaha mati-matian di dalam memelihara WC-nya hingga senantiasa mengkilap. Memang baru kata WC McDonald saja putus dah bersihnya dibandingkan dengan WC di Inchon Airport itu. Jadi jelas juga kalau tampang anggota DPR tukang bolos itu dipejeng di WC DPR dan WC tempat-tempat terhormat lainnya :-), kujamin absensi doi akan mengalami perbaikan. Seriusan, di dalam Pemilu sistim distrik atau langsung seperti di Kanada, sebelum rakyat memasukkan suaranya, kita sudah tahu apakah jagoan kita tukang mangkir seperti si Taufik Kiemas dan Amien Rais atau tidak, selain selama ia menjadi anggota DPR, berapa duit jatah anggaran negara yang sudah ia kuras. Akan diperinnci satu persatu 'expense item' doi sehingga dari situ terlihat apakah selama jadi anggota DPR kerjanya cuma menghambur-hamburkan uang.
Di salah satu seri terdahulu saya mengemukakan kekaguman saya melihat ada 16 'eucharistic ministers' membagikan Hosti Kudus di Gereja Kotabaru, Yogya. Ketika saya bertemu dengan pren saya yang pernah ditugaskan di Toronto, Romo Yulianus SCJ di paroki Bidaracinanya, saya sama kagumnya melihat ia dilayani 10 putera altar. Demikian pula ketika ke Misa di BonVen hari ini, 8 puter altar melayani seorang pastor, mubazir banget dah :-) Ya, pemandangan seperti itu biasa di Indonesia sehingga tak heran sekarang ini sudah terjadi 'reversed missionary' di dunia. Bila di jaman kuda makan kue talam para pastor bule yang datang ke tanah air kita, sekarang ini romo-romo irenglah yang pergi melayani si bule di negerinya. Contoh yang paling mudah adalah Paroki Epiphany saya di Toronto. Satu pastor kepalanya bule Itali wong tuwo dan dua pastor pembantunya dari indihe yang acha punya. Ya, dua romo India yang bukan imigran alias cuma diberikan visa kerja karena Gereja Katolik di Kanada sudah kekurangan pastor. Tidak percaya coba Anda pergi ke kota-kota kecil di Ontario dan ikut Misa hari Minggunya. Si pastor yang bertugas harus mempersembahkan Misa di beberapa kota lainnya alias ia digilir. Jadi kalau Anda Katolik Indo dan banyak anak laki-lakimu serta Anda bukan orang kota (susyah dah wong kota yang mau jadi romo selibat) kemungkinan suatu ketika anakmu menjadi pastor yang dikirimkan ke negeri bule. Sekian dulu, sampai dongengan mendatang sekitar dua minggu lagi sebab Bang Jeha mau berliburan ke Bali dan Lombok atau Komodo. Mohon doa restu Anda semua, bai bai lam lekom.