The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Cendrawasih Post


Cendrawasih Post, Rabu, 07 Sept 2005

Massa Desak SKB 2 Menteri Dicabut
**Demo Tolak Penupan Gereja Berlangsung Aman

SORONG- Seperti yang direncanakan, puluhan massa dipimpin Ketua BKSGK (Badan Kerjasama Gereja-Gereja Kristen) Sorong Pdt ML Wanma, Selasa kemarin menggelar aksi solidaritas atas ditutupnya sejumlah gereja di Jawa Barat. Dengan membawa spanduk, dan sejumlah poster, dalam aksinya massa berjalan kaki ke kantor Walikota dan ke DPRD Kota. Dengan start dari SMU YPK 2 belakang Gereja Maranatha, long marc ini dikawal Patwal Satlantas Polresta. Selama dalam perjalanan, mereka membentangkan spandung dan poster berisi aspirasi sebagai bentuk protes atas ditutupnya sejumlah gereja di Jawa Barat.

Tidak seperti yang direncanakan sebelumnya, massa yang turun jalan ini tampaknya tidak diikuti oleh semua komponen gereja. Sebelum bergerak ke Kantor Walikota, Wanma yang tampak mengenakan jubah hitam, tampil berorasi sejenak. Dalam orasinya, ditegaskan oleh ML Wanma, bahwa untuk pekerjaan memuliakan Tuhan Allah tidak perlu membutuhkan banyak dukungan dan tidak perlu juga membawa massa dalam jumlah besar. Diakuinya, jika membawa massa yang berjumlah besar aktivitas akan terganggu, dari segi keamanan juga sangat riskan.

Dikatakan, meski menghadapi banyak tantangan dirinya tetap akan menyampaikan pernyataan sikap bersama pemimpin Gereja, tokoh- tokoh Kristiani dan umat Kristiani se- Papua. Dab ditegaskan, hari ini domba-domba telah menjadi kambing. Pasalnya.

Usai melakukan orasi Pdt M Paprindey memimpin sembayang yang berlangsung penuh khidmat. Dan selanjutnya massa pun bergerak menuju Kantor Walikota. Selama dalam perjalanan, massa menyanyikan lagu-lagu pujian rohani. Cukup banyak ungkapan aspirasi yang dituangkan dalam spanduk dan pamflet yang mereka bawa.

Pada spanduk kain putih yang cukup panjang tertulis "Dimana Ada Kebenaran Disitu Tumbuh Sejahtera". Selain itu pada pamflet kartun manila juga bertuliskan "Tanah Papua Adalah Zona Damai Bebas Kekerasan Berkedok Agama Ingat Itu". "Tolong Hargai Kebebasan Umat Beragama, Pancasila Yes Syariat Islam No", "Kelompok Radikal Bagaikan Penyakit Kanker Ganas Bagi NKRI, Bayang- Bayang Disintegrasi Bangsa (NKRI) Sudah Berada Diambang Pintu Tolong Selamatkan Negeri Ancaman Radikalisme dan Terorisme. "Kami Orang Papua Cinta Damai Jangan Jadikan Tanah Papua Sebagai Ajang Kekerasan dan Keonaran Dengan Kedok Agama". "Cabut Surat Keputusan Bersama (SKB) Menag/ Mendagri Tahun 1970 Karena Sangat Diskriminatif dan Merugikan Agama Lain". "Jangan Coba-Coba Terapkan SKB di Tanah Papua, Umat Kristiani Adalah Warga Negara RI Yang Sah, Bebas Beribadah Sesuai Dengan Keyakinan Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945".

Karena Walikota Drs JA Jumame, MM sedang berada di luar daerah, setibanya di Kantor Walikota, massa diterima oleh Wakil Walikota Hengky Rumbiak. Dengan didampingi Sekda Drs DF Kambuaya, MM, atas nama pemerintah kota (Pemkoy), Wakil Walikota Hengky Rumbiak kemudian menerima Penyataan Sikap Bersama Gereja, tokoh -tokoh Kristiani dan umat Kristiani secara tertulis yang dibacakan Pdt. Manoach Sawaki.

Pernyataan sikap bersama yang ditujukan ke Presiden RI yang ditanda tangani oleh Ketua Badan Kerjasama Gereja-Gereja Kristen Sorong (BKSGK) Pdt Marthen Luther Wanma, Ketua Persekutuan Wanita Kristen Indonesia Ny. Merry Pentury, Ketua Wilayah Gereja Bethel Indonesia Pdt. Piet Malaseme S. Th, Ketua Gereja Rasuli Indonesia Wilayah Papua Pdt. Sas Fonataba S. Th, Ketua Wilayah Gereja Pentakosta Misi Kalvari Wilayah Sorong Pdt. Yos Philipus Padoma, Tokoh Perempuan Kristen Sorong Ny Paulina Hoor, Ketua Ikatan Perempuan Moi/Pemilik Hak Ulayat Sorong Pdt. Orpa Osok S. Th, Ketua Kerukunan Keluarga Sanger Talaud Sorong Ny. GR Tatontos, Ny Mien Baransano Ketua DPD Partai damai Sejahtera Provinsi IJB.

Adapun pernyataan sikap yang disampaikan adalah aksi atau tindakan yang dilakukan Front Pembela Islam dan AGAP dinilai sebagai suatu tindakan yang bertentangan dengan dasar negara Pancasila dan UUD 45 pasal 28 E (2) serta Pasal 29 ayat 1.

Karena itu dalam pernyataan sikapnya, meminta kepada pemerintah pusat untuk segera mencabut Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor. 01/MDN-MAG/1969 yang dikeluarkan tanggal 13 September 1969 karena sangat tidak relevan dengan Sila Pertama Pancasila dan diskriminatif terhadap pemeluk agama lain (Kristen.). Selain itu mereka juga mendesak pemerintah pusat khususnya kepada Kapolri untuk segera mengusut aksi-aksi penutupan, pemalangan dan pengrusakan rumah- rumah ibadah umat Kristiani yang dilakukan FPI dan AGAP di pulau Jawa khususnya di Jawa Barat.

"Apabila pemerintah pusat dalam waktu 1 bulan terhitung sejak pernyataan sikap ini dibacakan tidak mengambil tindakan yang tegas terhada aksi penutupan, pemalangan dan pengrusakan rumah -rumah ibadah umat Kristiani yang dilakukan FPI dan AGAP di pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, maka kami pimpinan Gereja, tokoh -tokoh Kristiani dan umat Kristiani se- Papua di Sorong akan mengambil sikap yang sama terhadap apa yang dilakukan oleh FPI dan AGAP di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat".

"Kami pimpinan Gereja, tokoh- tokoh Kristen serta umat Kristiani se- Papua di Sorong menolak pemberlakuan Syariat Islam di Provinsi Papua dan IJB". "Kami pimpinan Gereja, tokoh -totok Kristen dan umat Kristen se Papau di Sorong mendukung NKRI. Namun tindakan yang dilakukan FPI dan AGAP di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat adalah suatu tindakan yang akan menimbulkan disintegrasi bangsa.

"Dan kami menghimbau kepada seluruh umat Kristiani se- Papua di Sorong agar menahan diri dan tidak terprovokasi oleh hasutan yang pada akhirnya akan merugikan umat Kristiani khususnya umat Kristiani se- Papua di Sorong". Sementara itu Wakil Walikota Hengky Rumbiak setelah menerima pernyataan sikap tersebut, di depan massa depan damai solidaritas mengatakan aspirasi dan pernyataan sikap ditujukan kepada Presiden RI. Untuk itu dirinya tidak punya kewenangan untuk menjawab aspirasi tersebut, tetapi akan diteruskan ke pemerintah pusat.

Dikesempatan itu Wakil Walikota Hengky Rumbiak memberikan arahan yang cukup sejuk, dimana kepada pimpinan agar terpengaruh dengan isu-isu yang menyesatkan yang dapat meresahkan umat di daerah ini. Dikatakan oleh Wawali bahwa sepengetahuan dirinya seluruh tokoh-tokoh agama termasuk dari Majelis Ulama Indonesia Sorong dan yang ada di Papua pun tidak menyetujui aksi penutupan, pemalangan dan pengrusakan Gereja yang terjadi di Jawa Barat dan mengutuk tindakan tersebut.

Untuk itu dirinya mengharapkan agar para tokoh agama di daerah ini menciptakan kondisi yang kondusif di Sorong. Untuk aksi penutupan gereja di Jawa Barat, menurut Wawali biarlah masalah itu menjadi tugas pemerintah dan aparat keamanan di pusat untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini semua komponen diminta menahan diri dan tetap menjaga keamanan di daerah ini.

Selanjutnya dikatakan, sesuai mekanisme yang ada, aspirasi dan pernyataan sikap dari pimpinan Gereja tersebut akan disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Papua maupun IJB. Nantinya kedua pemeritahan di tingkat provinsi itulah yang akan Meneruskan ke pemerintah pusat.

Setelah dilakukan koordinasi dengan DPRD Kota, Wawali juga mengatakan dalam waktu dekat pernyataan sikap bersama tersebut akan disampaikan ke pihak terkait. dikirim menunggu setelah adanya koordinasi dengan DPRD Kota. Dari Kantor Walikota, dengan berjalan kaki, massa kemudian menuju ke Kantor DPRD Kota.

Selama dalam perjalanan, aksi demo damai ini sempat menarik perhatian warga. Arus lalu lintas juga sempat distop oleh Polantas untuk memberi kesempatan massa melewati jalan protokol A Yani. Tiba di DPRD Kota massa diterima oleh Ketua DPRD Kota Sorong Yahya Solossa yang didampingi Wakil Ketua I DPRD Kota Amos Watory dan Wakil Ketua II Drs Yosafat Kambu, MSi. (boy)
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/hoelaliejoe
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044