The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

KOMPAS


KOMPAS, Kamis, 02 Juni 2005

Kasus Bom di Poso

Dua Orang Terus Diburu, 13 Sudah Ditangkap

Poso, Kompas - Empat hari pascapeledakan bom di Tentena, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, aparat kepolisian sudah menangkap 13 orang yang diduga kuat terlibat kasus yang mengakibatkan 21 orang tewas tersebut. Dua orang yang diduga sebagai pelaku utama, yakni E dan AT, saat ini sedang diburu polisi. Mereka semua juga diduga terlibat serangkaian kasus lain di Poso dan sekitarnya, Ambon, serta Seram.

Kepala Kepolisian Negara RI (Polri) Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar bersama sejumlah petinggi Polri, Rabu (1/6) kemarin, mengunjungi Poso untuk mendengar langsung hasil yang sudah diperoleh aparat kepolisian di lapangan berkaitan dengan upaya pengungkapan kasus peledakan bom di Tentena. Kepala Polri juga mengunjungi para korban luka yang hingga kini masih dirawat di rumah sakit.

"Saat ini sudah 13 orang yang ditangkap petugas. Mereka adalah orang-orang yang terlibat serangkaian kasus di Poso dan sekitarnya, Ambon, serta Seram, Maluku. Saat ini aparat masih mencari dua orang yang diduga kuat sebagai pelaku utama, yakni E dan AT," ujar Da’i dan Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah (Sulteng) Brigjen (Pol) Ariyanto Sutadi kepada wartawan di Poso kemarin.

Dari 13 orang yang sudah ditangkap itu, pihak kepolisian baru mengungkapkan inisial delapan orang, yakni Hsm, Jf, Sup, AKS, Is, Iw, Her, dan AY. Sejauh ini polisi juga belum mengungkapkan motif peledakan bom tersebut. Kemarin tujuh dari 13 orang itu sudah berada di Markas Polda Sulteng di Palu, sedangkan enam orang lainnya sedang dijemput di Pendolo, ibu kota Kecamatan Pamona Selatan.

TNT dan florat

Kepala Polri mengemukakan, selain keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti yang ditemukan petugas forensik di lokasi kejadian, polisi juga menemukan bukti baru yang makin menguatkan keterlibatan ke-13 orang tersebut. Di antara bukti itu adalah bahan trinitrotoluena (TNT) dan florat yang ditemukan di mobil milik AKS.

Di salah satu mobil milik AKS, yaitu mobil Isuzu berpelat merah dengan nomor polisi DN 302, polisi menemukan bahan TNT dan florat seperti yang terdapat di lokasi bekas ledakan bom di Tentena Sabtu pekan lalu. "Dari keterangan saksi dan temuan forensik misalnya, di mobil itu ada indikasi TNT dan florat yang memiliki kesamaan dengan bahan-bahan atau bukti yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara-Red)," kata Da’i.

Tersangka pelaku yang masih diburu, lanjutnya, ada indikasi kuat terkait dengan peristiwa serupa di Ambon dan Seram, Maluku. Saat ini polisi melakukan pengejaran ke berbagai wilayah di Sulteng, di antaranya Kabupaten Tojo Una-Una, Parigi Moutong, Poso dan sekitarnya, hingga ke Palu dan semua daerah perbatasan yang diperkirakan dijadikan basis kelompok-kelompok yang dicurigai. "Jadi memang ada orang-orang yang ditengarai berada di TKP saat kejadian, tapi setelah dicari ke tempatnya sudah tidak ada," kata Da’i menjelaskan.

Terkait dengan keterlibatan Kepala Rumah Tahanan Poso Hsm (bukan kepala lembaga pemasyarakatan seperti berita sebelumnya), yang saat ini juga sudah ditetapkan sebagai tersangka, Selasa lalu polisi menggeledah rutan tersebut. Di tempat itu aparat menemukan sepucuk senjata api, sarung senjata api, tabung berwarna putih, pipa besi, dan beberapa potong besi.

Sejak peledakan bom Sabtu lalu, penjagaan terhadap rumah-rumah ibadah terus ditingkatkan. Di Palu, ibu kota Sulteng, semua rumah ibadah mendapat pengawalan baik dari aparat keamanan (polisi dan TNI) maupun keamanan internal (satpam).

"Sebetulnya sudah dilakukan pengawalan sejak Desember tahun lalu, tetapi dengan (kasus-Red) bom Tentena ini pengamanan semakin diintensifkan," ujar pengurus Badan Kerja Sama Gereja Se-Kota Palu, Pendeta Dharma Sallata.

Ia mengatakan, setiap gereja mendapat pengawalan dua personel, ditambah petugas satpam, dan sejumlah anak muda. "Memang kami meminta anak-anak kawula muda melakukan penjagaan, jadi mereka bergiliran. Rata-rata setiap malam dijaga 8-10 orang. Pokoknya minimal enam orang yang menjaga. Ini dilakukan agar kita tidak seperti pemadam kebakaran," kata Pendeta Dharma.

Dua saksi lagi

Di Jakarta Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Soenarko D Ardanto kemarin mengungkapkan dua nama baru yang diperiksa sebagai saksi dalam kasus peledakan bom di Tentena. Dua orang yang diperiksa selama 7 x 24 jam itu adalah TF dan Wis. Tidak dijelaskan apakah TF dan Wis termasuk di antara 13 orang yang sudah ditahan di Palu. Namun, kedua nama itu belum pernah diungkapkan oleh Polda Sulteng.

Soenarko juga menyebutkan nama orang-orang yang diduga terkait dengan peristiwa Tentena, antara lain Hsm, Jf, Sup, AKS, Is, TF, dan Wis. Hsm bakal dijerat dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Keadaan Darurat. Sebab, Senin lalu saat polisi menyisir lokasi, di dalam mobilnya ditemukan senjata api dan senjata tajam.

"Sedangkan Jf, Sup, dan TF ikut diperiksa intensif karena saat sweeping mereka berada di dalam mobil Hsm. AKS ditangkap Senin malam, yang disusul dengan penangkapan Wis dan Is," papar Soenarko yang didampingi Kepala Bidang Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Zainuri Lubis.

DPD kirim tim ke Poso

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan mengirimkan tim dari Panitia Ad Hoc (PAH) III terkait dengan peledakan bom di Tentena. Tim yang terdiri atas Ali Warsito, Faisal Mahmud, dan Ishak Pamumbu Lambe tersebut berangkat Kamis ini untuk mencari data yang menyangkut pemetaan wilayah konflik dan solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan di Poso.

Dalam jumpa pers di Jakarta kemarin Faisal mengatakan, tim akan bertemu dengan para korban ledakan di Tentena, pemuka masyarakat, serta otoritas setempat. Prinsipnya, tim DPD mengharapkan percepatan pemulihan dan harmonisasi masyarakat Poso, termasuk di antaranya penanganan pengungsi dan pengamanan sarana-prasarana umum di wilayah itu.

Mereka juga berharap agar polisi bisa segera menangkap pelaku sekaligus mengungkap tuntas teror yang terjadi di Poso.

Lambe menyebutkan, pasca-Deklarasi Malino sebenarnya sudah ada perbaikan di Poso. Rekonsiliasi dan rehabilitasi mulai berjalan sekalipun masih ada kekurangan, salah satunya terlihat dari masih adanya teror oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. (REN/SSD/ADP/dik)

Copyright © 2002 Harian KOMPAS
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/hoelaliejoe
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044