KOMPAS, Kamis, 16 Juni 2005
Tersangka Kasus Ambon, Poso, dan Mambi Ditangkap
Makassar, Kompas - Dua pelaku yang diduga terlibat berbagai insiden penembakan
maupun penyerangan di Ambon, Poso, dan Mambi ditangkap aparat Kepolisian
Daerah Sulawesi Selatan, Senin (13/6) malam. Keduanya adalah Hardi Tuasikal dan
Yusran.
Direktur Reserse dan Kriminal Polda Sulsel Komisaris Besar Herman Hamid, Rabu
kemarin, mengatakan, kedua tersangka diduga terlibat berbagai insiden penyerangan
maupun penembakan di Ambon, Poso, dan Mambi (Mamasa). Selain itu, masih ada
seorang lainnya, yakni Mahmud, yang belum jelas peran dan kaitannya dengan kedua
tersangka.
Hardi Tuasikal dan Mahmud ditangkap di BTN Asabri Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan. Yusran dijemput aparat di Jalan Pelita Makassar di rumah sepupunya,
anggota Polres Pelabuhan Makassar.
Dari pemeriksaan diketahui bahwa Hardi memiliki dua senjata api otomatis laras
panjang jenis SKS. Hardi juga diduga menyembunyikan dua buronan kasus Poso, An
dan AS. Sementara tersangka Yusran diduga terlibat insiden penyerangan pos
Brimob di Lokki, Kecamatan Piru, Seram Bagian Barat, Mei lalu.
Di Yogyakarta, Tim Detasemen 88 Antiteror Kepolisian Daerah Yogyakarta bersama
dengan Tim Kepolisian Kota Besar Yogyakarta, kemarin melakukan reka ulang
transaksi pembelian bahan peledak yang dilakukan oleh kelompok Syafullah untuk
meledakkan halaman Kantor Pos Besar dan percobaan pengeboman Masjid Agung
Kauman Yogyakarta pada Januari tahun 2000.
Taufiqurrohman yang menjadi tersangka pemasok bom tidak mengakui
keterlibatannya dalam kasus tersebut. Meski adegan rekonstruksi dilakukan
berulang-ulang, namun Taufik menolak mengikuti instruksi polisi dalam rekonstruksi
itu.
Mobil pengangkut bom
Sementara itu, di Jakarta Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar
menyatakan, hingga saat ini pihaknya belum pernah secara resmi memublikasikan
identitas kendaraan maupun nomor-nomor pelat mobil yang diduga membawa bahan
peledak atau bom.
"Secara resmi kami tidak pernah mengeluarkan pengumuman soal itu. Kalaupun ada
keterangan resmi, tentunya akan kami umumkan atau kami kejar terlebih dahulu.
Selain pemberitahuan resmi dari kami, berarti (informasi) itu sekadar iseng atau teror
untuk menakuti masyarakat," ujar Da'i.
Pihaknya selama ini memang melihat isu seperti itu muncul di berbagai tempat.
Beberapa gedung disebut akan diledakkan, tetapi setelah Tim Gegana Polri
melakukan penyisiran, bom tidak ditemukan. (ren/dwa/nit)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|