KOMPAS, Selasa, 31 Mei 2005
Satu Lagi Korban Bom di Tentena Meninggal
Tentena, Kompas - Korban tewas akibat peledakan bom di Pasar Tentena bertambah
lagi satu orang, dengan meninggalnya Marthen Tonapa (31) di Rumah Sakit Umum
Gereja Kristen Sulawesi Tengah, Senin (30/5). Dengan demikian, sampai kemarin
korban yang tewas menjadi 21 orang.
Marthen yang sempat menjalani operasi dan perawatan meninggal pukul 10.00 Wita
karena kondisinya yang sangat parah. "Korban mengalami luka di dada kanan yang
tembus toraks. Kami sebenarnya sudah melakukan operasi, tetapi memang
kondisinya sangat kritis sejak masuk rumah sakit. Kami tidak bisa
menyelamatkannya," ujar dr Yonbert dari Rumah Sakit Umum Gereja Kristen
Sulawesi Tengah (GKST).
Situasi Tentena, ibu kota Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah (Sulteng), mulai normal kemarin. Pedagang Pasar Tentena mulai berjualan
kendati sebagian di antaranya menempati meja sederhana di jalan luar pasar.
Selain di pasar, aktivitas masyarakat di tempat lain juga tampak kembali normal.
Toko dan warung serta fasilitas umum lain sudah mulai buka. Jalan-jalan mulai padat
oleh lalu lalang warga maupun kendaraan umum.
Enam korban tewas dimakamkan di pemakaman Tentena, sekitar satu kilometer dari
lokasi ledakan. Suasana duka menyelimuti proses pemakaman yang dilakukan pukul
10.00-12.00. Hingga kemarin baru sekitar 10 korban tewas yang dimakamkan karena
sebagian keluarga korban masih menunggu kerabat yang berada di kota lain. "Kami
baru melaksanakan pemakaman hari ini karena menunggu keluarga dari Jakarta dan
Salatiga," ujar Rudi, keluarga korban Sincenggau Timparosa.
Ditangkap
Penyidikan peledakan bom di Tentena mulai menemukan titik terang setelah aparat
Kepolisian Resor Poso menangkap dua orang yang diduga mengetahui soal
peledakan itu. Kendati demikian, hingga Senin sore belum ada keterangan resmi dari
pejabat berwenang soal penangkapan tersangka itu. Sejumlah petugas yang ditanya
soal ini belum mau memberikan keterangan.
Informasi yang dihimpun Kompas dari berbagai sumber menyebutkan, kedua
tersangka ditangkap di Poso, masing-masing di Tumora hari Minggu sekitar pukul
23.00 Wita, dan di Tokorundu hari Senin pukul 08.00. Saat ini keduanya menjalani
pemeriksaan intensif di Markas Polres Poso. Kedua orang itu ditangkap berdasarkan
keterangan empat saksi kunci yang diperiksa intensif sejak Minggu.
Empat saksi kunci dari seluruh 21 saksi yang sudah menjalani pemeriksaan di Kantor
Sinode GKST Tentena menyebutkan, sebelum peristiwa ledakan ada empat laki-laki
yang datang ke Pasar Tentena dengan menggunakan dua sepeda motor.
Siaga I
Pascaledakan bom itu keamanan di wilayah Sulteng ditingkatkan menjadi Siaga I
guna mengantisipasi kemungkinan munculnya aksi kekerasan. Menurut Kepala
Bidang Humas Polda Sulteng Ajun Komisaris Besar Rais Adam, Kepala Polda
Sulteng telah memerintahkan seluruh polres dan polsek di Sulteng mengamankan
tempat-tempat strategis, seperti rumah ibadah, fasilitas umum, pelabuhan, bandara,
terminal, sarana telekomunikasi, dan obyek vital seperti PLN. Selain itu, akan
dilakukan pemeriksaan ketat di pintu-pintu masuk atau keluar kota atau kabupaten.
Status Siaga I juga diberlakukan di Sulawesi Selatan dari semula Siaga III. "Beberapa
wilayah Sulsel berbatasan langsung dengan Sulteng sehingga besar kemungkinan
pelaku peledakan bom di Tentena lari ke Sulsel," ujar Kepala Polda Sulsel Inspektur
Jenderal Saleh Saaf di Makassar, Senin.
Kepala Lapas Poso
Semalam Polres Poso juga memeriksa Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Poso Hsm. Dia diperiksa terkait dengan dua narapidana (napi) dari Lembaga
Pemasyarakatan (LP) Poso yang ditengarai berada di Pasar Tentena dua hari
sebelum peledakan bom itu terjadi.
Kepala Polda Sulteng Brigjen (Pol) Aryanto Sutadi Senin malam di Markas Polres
Poso mengakui, pihaknya tengah memeriksa Hsm. Namun, Hsm diperiksa bukan
dalam kasus peledakan bom itu, tetapi terkait dengan keberadaan dua napi yang
tengah menjalani hukuman di luar LP, di Pasar Tentena.
Kedua napi itu, AL dan AM, tengah menjalani hukuman terkait dengan kasus
pembunuhan Kepala Desa Pinedapa Charminalis Ndele beberapa waktu lalu, serta
kasus korupsi dana penanganan pengungsi.
Menurut sejumlah saksi, sebelum ledakan bom kedua, narapidana tersebut terlihat di
sekitar Pasar Tentena. Setelah itu mereka kembali ke LP Poso. Bahkan, diperoleh
informasi, pada saat itu Hsm juga menemui Kepala Pasar Tentena. Polisi kini
mencari rangkaian sejumlah fakta tersebut.
Pernyataan keprihatinan mendalam kemarin disampaikan oleh berbagai pihak. Di
Jakarta Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengecam sekeras-kerasnya peledakan
bom di Tentena. Pernyataan yang ditandatangani Ketua PP Muhammadiyah HA
Syafii Maarif dan Sekretaris HM Goodwill Zubir itu menyebutkan, peledakan bom
tersebut merupakan tindakan biadab yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan
dan agama mana pun. (ren/rei/zal/ssd)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|