Media Indonesia, Selasa, 14 Juni 2005 12:43 WIB
Penyerang Pos Brimob di Ambon Punya Jaringan dengan
Al-Qaeda
AMBON--MIOL: Kapolda Maluku Brigjen Aditya Warman menegaskan, sejumlah
pelaku penyerangan pos Brimob di Desa Loki, Pulau Seram, Kabupaten Maluku
Tengah, beberapa waktu yang lalu ternyata memiliki hubungan dengan organisasi
teroris internasional Al-Qaeda.
"Kami sementara masih terus meneliti dan mengusut para pelakunya karena mereka
memang memiliki benang merah dengan Al-Qaeda, tapi proses ke arah itu masih
terus kita lakukan," tegas Kapolda kepada wartawan, usai bertemu dengan para
tokoh agama dan sejumlah pimpinan partai politik di Ambon, Selasa. Penyerangan
pos Brimob itu menewaskan lima anggota Brimob Kaltim.
Dia mengatakan, setelah para pelaku penyerang pos brimob itu, tertangkap, maka
terbongkarlah jaringan mereka dalama berbagai insiden di kota Ambon.
Insiden tersebut diantaranya penyerangan ke Vila karaoke yang menewaskan dua
penduduk Kota Ambon, penembakan terhadap Kapal Motor Lai-Lai di perairan Pulau
Buru, penyekapan dan pembunuhan terhadap Pdt.
"Dari sejumlah rentetan peristiwa itu, dari awal memang saya pernah mengatakan
bahwa ini dilakukan oleh orang-orang terlatih, dan ternyata benar, setelah
mereka-mereka ini tertangkap, mereka umumnya warga sipil yang memiliki
kemampuan luar biasa," tandas Kapolda.
Kapolda mengakui dalam berbagai peristiwa diatas, melibatkan juga dua oknum polisi
yaitu Briptu Ismael Yamsehu (sudah dipecat), sedangkan salah satu anggota lainnya,
yaitu ST, kini masih buron. Ia kabur dengan membawa satu pucuk senjata SS1 dan
kini sudah masuk DPO kepolisian Polda Maluku.
Dalam pertemuan dengan para tokoh aga itu, Kapolda mengharapkan peran serta
tokoh-tokoh agama membantu aparat dalam mengungkapkan berbagai peristiwa yang
terjadi di Kota Ambon akhir-akhir ini, sebab biang kerok kejadian-kejadian di atas,
dilakukan oleh orang-orang yang datang dari luar Maluku.
"Mereka ini hanya memperalat warga lokal, kemudian mempengaruhi mereka untuk
sama-sama menjalankan misinya itu, tapi sejatinya mereka adalah orang-orang yang
punya hubungan kerja sama dengan sejumlah tokoh-tokoh teroris," katanya.
Lebih jauh Kapolda mengatakan, orang-orang tersebut saat ini masih dicari aparat,
seperti DR Azahari dan sejumlah pelaku lainnya," katanya.
RMS
Menjawab pertanyaan wartawan tentang peran kelompok (Republik Maluku Selatan
(RMS) dalam berbagai kasus diatas, Kapolda menegaskan bahwa kelompok
seperatis RMS dan Forum Kedaultan Maluku (FKM) itu masih ada di bumi Maluku,
hanya saja dalam berbagai insiden diatas mereka tidak terlibat.
"Saat ini fokus penanganan saya lebih kepada kasus-kasus yang terjadi selama 2004
dan 2005, sedangkan untuk kasus-kasus sebelumnya, dipisahkan," katanya.
Komentar Kapolda itu serta merta menuai protes dari Sekretaris Badan Imarat Muslim
Maluku (BIMM), Nasir Rahawarin. Kasus-kasus yang terjadi selama 2004 dan 2005,
punya hubungan benang mereh dengan kasus-kasus 2003-2002 sampai peristiwa 19
Januari 1999. "Karena itu kami minta Kapolda agar berani mengungkapkannya,"
katanya.
Ia menuturkan, peristiwa penyerangan ke Desa Soya yang melibatkan Berty Loupatty
cs, dan menyebabkan sejumlah penduduk sipil tewas kenapa tidak diusut, padahal
pelakunya sudah tertangkap.
Pertemuan Kapolda dengan para tokoh agama tersebut dihadiri Ketua MUI Maluku,
Idrus Tukan, Ketua NU Wilayah Maluku Buya Karepesina, Ketua Sinode GPM
Maluku, Ketua Angkatan Muda GPM Maluku, Pdt Jhon Ruhulessin dan sejumlah
OKP Islam dan Kristen di daerah ini. (Ant/OL-1)
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.
|