Radio Vox Populi [Ambon], 02-Jul-2005
Mabo Capatu dan Mabo Kepeng
Victor Manuhutu - Ambon
Modern man is the missing link between apes and human being…
Ada dua orang yang menarik perhatian beta pada tahun 1940-an.
Dua orang tersebut yaitu seorang janda dari Nusalaut dan seorang Raja yaitu M.J.
Sialana. Dua orang ini biking beta begitu terkagum-kagum sampe sama deng kes
nganga payong.
Kenapa? Tagal pemikiran mereka yang sederhana di tahun 40-an bisa menembus
ruang waktu di negeri Malubeta.
Ceritanya begini. Kita mulai dari Nusalaut. Ketika itu kapal bajalang koliling kampong
untuk mengangkut pemuda supaya menjadi tentara KNIL. Tersebutlah seorang janda
yang protes tagal anaknya turut berangkat iko teken soldadu. Janda tersebut duduk
marata di pinggir pante sambil bataria; orang-orang e lia dolo, anana muda ‘mabo
capatu’ sampe rela pi kasi tinggal dusung kosong, kabong seng ada yang urus,
skang cengkeh deng pala karing jua.
M.J. Sialana, Raja Morella di tahun 1947, mempunyai pemikiran yang sangat brilian.
Menurut beta pribadi, pemikirannya jauh lebih maju dari tokoh-tokoh Ambon saat itu
seperti Metekohi, Manuhutu, Manusama bahkan Soumokil sekalipun.
Mereka berdua sama-sama mengkritik putera-putera terbaik yang demi 40 gulden rela
meninggalkan negeri Malubeta untuk menjadi serdadu maupun tenaga administrasi
Belanda. Sementara itu keadaan ekonomi dikampong menurun akibat kurangnya
tersedia pemuda terampil. Semua pada ingin pake lars soldadu. Maka demam "mabo
capatu" pun tetap berkelanjutan.
M.J. Sialana Raja Morella, pernah untuk menjawab tantangan masalah ekonomi dan
sumber daya alam yang kian menipis, ontua story tentang kandungan emas, perak,
minyak dan batubara yang ada di Niew Guinea. Waktu itu Niew Guinea-Irian Jaya
kini, berada dibawah administrasi Maluku. Ide yang cemerlang dari seorang Raja
Morella tidak diperhitungkan.
Kedua orang diatas secara tidak sadar, pemikirannya menembus batasan ruang dan
waktu. Sayangnya pemikiran mereka terkerdilkan oleh sikap "mabo capatu".
Era Mabo Kepeng
Ketika anana di kampong Malubeta banyak yang menjadi Master, Doktor bahkan
Profesor maka dimulailah zaman terang.
Zaman ini ditandai dengan kelahiran manusia modern yang berpengetahuan dan
berkepintaran ala kampong Malubeta.
Pengetahuan yang berkepintaran bahkan sampai menembus batas-batas etika dan
moral. Ketika menembus batasan moral ini maka dimulailah era "mabo kepeng".
Pada era mabo kepeng, anana skolah meneliti para kes sambil adu deng pisang meja
lalu bersoal deng kes; kamorang mau kaseng, minta Saniri negri biking peraturan kasi
los maeng top? Kes pun mengangguk-angguk dan anana skolah pun senang. Anana
skolah pun berkesimpulan diantaranya yaitu seekor kes seng kurang seng tambah
dari manusia yang melakukan penelitian maeng top. Para Saniri harus diberi tahu
tentang hal ini. Lalu para Saniri sama deng apa? Kes senyum-senyum unjuk gigi
kuningnya sambil berkata tahu sama tahu saja kio!
Pada era mabo kepeng, demi yang namanya kupang, rela mengorbankan sudara
untuk memuaskan sifat galojo diri dan kepentingan kelompok. Para pemimpin
berbicara berbusa-busa dan bertampias-tampias tentang program pembangunan yang
nota bene tidak menyentuh kepentingan masyarakat. Pidato air bertampias-tampias
dari mulu sambil berusaha menerangkan keuntungan secara ekonomis bagi
masyarakat dengan adanya proyek semisal, Menara Siwalima dan Jembatan
Merdeka Poka-Galala. Padahal keuntungan ekonomis berlatar belakang pelajaran
berhitung murid Sekolah Rakyat yaitu 1+1 = 2 adalah sebuah kepastian.
Era mabo kepeng dapat juga ditandai dengan pembangunan yang senang
mengetengahkan unsur monumental prestetius serta proyek-proyek yang bersifat
seremonial.
Era mabo kepeng biking orang nekad ambil pesanan par biking sukses acara
peraturan kasi los maeng top. Walaupun nanti menabrak fatwa pak Uztad dan Guru
Jemaat. Mabo kepeng membuat orang barampas kiri kanan asal ada kesempatan.
Sementara itu, bandar permainan top tatawa lia orang barampas kepeng parsis dia
pung ayam-ayam di kandang barampas jagong.
Kunci Rekeng
Era mabo capatu dan era mabo kepeng berada di zaman yang berbeda. Yang satu
berada pada zaman agraris dan lainnya di zaman informasi. Yang satunya hidup di
zaman dengar radio sebesar kelder dan lainnya hidup di zaman yang memakai
handphone untuk berkomunikasi.
Era mabo capatu dan mabo kepeng sangat jauh berbeda. Salah satu ikon yang
menandakan perubahan di kedua era ini yaitu komputerisasi di segala bidang.
Perubahan di kedua era ini gradual tetapi sangat dahsyat dibidang pengetahuan.
Itu dari segi fisiknya. Tetapi kalau ditelaah lebih jauh, terdapat hal-hal yang cukup
membuat orang di kampong Malubeta tacigi prihatin. Sioh, ada apa lai?
Pasalnya, secara mental orang di kampong Malubeta tidak menunjukan kemajuan
berarti. Artinya, mentalitas pada era mabo capatu dan mabo kepeng seng ada
perubahan signifikan dalam diri manusia di kampong Malubeta. Pola berpikir nyaris
sama di kedua era tersebut. Sementara orang di daerah lain su tarbang tinggi di
awan-awan menembus mimpi orang di kampong Malubeta.
Malah di era mabo kepeng terlalu banyak ikatan-ikatan tradisional kita yang di
korbankan untuk kepentingan sesaat. Malah banyak terjadi kemunduran adat istiadat
masyarakat Malubeta. Adat istiadat dalam berkelakuan di kehidupan sosial,
pergaulan, bertutur kata dalam strata sosial maupun dalam ikatan kekerabatan.
Di era mabo capatu orang perlu berkeringat untuk membangun kehidupan.
Sebaliknya, di era mabo kepeng orang ingin kupang tanpa kerja keras, malahan
keringat keluar deras saat torana papeda panas. Itu bedanya, nyadu!
Manusia modern yang terlahir di era mabo kepeng, sepertinya cocok dengan pepatah
dari kampong wate George Bush. Modern man is the missing link between apes and
human being. Orang modern adalah mata rantai yang terhilang diantara kes dan
manusia.
Kayaknya pepatah diatas sangat cocok dipakai untuk bercermin diri bagi masyarakat
dan pemimpin di negeri Malubeta. Pokoknya goyang tasalah sadiki saja, tatimbang
kiri jadi kes, tatimbang kanan jadi manusia. Terserah, mau pilih yang mana. Mae Upu
Waka Mena!
(tulisan ini pernah dimuat di Harian Suara Maluku Ambon)
Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
|