SINAR HARAPAN, Selasa, 31 Mei 2005
Diduga Terkait Bom Tentena, Tiga Orang Ditahan
Jakarta, Sinar Harapan
Polres Poso, Senin (30/5) malam menahan AM dan AL, narapidana (napi) Rumah
Tahanan (Rutan) Poso terkait dengan keberadaannya di Pasar Sentral Tentena
beberapa saat sebelum terjadi ledakan bom pada Sabtu (28/5) lalu. AM, AL serta
AKS adalah terdakwa kasus penyimpangan dana jaminan hidup (jadup) pengungsi
pascakerusuhan Poso.
Dalam kaitan ini, pihak kepolisian juga mengamankan Kepala Rumah Tahanan
(Rutan) Poso, Has yang tanpa izin Pengadilan Negeri (PN) Poso telah mengeluarkan
napi AM, AL dan AKS.
Sumber SH di Polisi Daerah Sulawesi Tengah (Polda Sulteng), Selasa (31/5) pagi ini
menyebutkan, penahanan terhadap AM dan AL itu perintah langsung Kapolda
Sulawesi Tengah (Sulteng), Brigjen Aryanto Sutadi. "AM dan AL sempat diperiksa di
Polres Poso namun kemudian dilepaskan. Tapi, tadi malam Kapolda Sulteng
memerintahkan menangkap kembali dan menahan keduanya. Sedangkan, AKS
dinyatakan buron," kata sumber itu.
Sumber itu lebih jauh mengungkapkan selain terkait kasus penyimpangan dana
jaminan hidup (jadup) pengungsi pascakerusuhan Poso beberapa waktu lalu,
terdakwa AM dan AL juga adalah terdakwa pembunuhan Carminalis Ndele (45),
Kepala Desa Pinedapa, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso pada 5 November
tahun lalu. Jenazah Carminalis Ndele ditemukan dengan kondisi mengenaskan:
kepalanya terpisah dari tubuhnya. Kepala Desa Pinedapa itu dibunuh karena tidak
mau menaikkan jumlah kepala keluarga (KK) penerima dana pengungsi dari 17 KK
menjadi 40 KK.
Sumber itu juga mengungkapkan, pihak kepolisian juga menahan Kepala Rutan Poso,
Has yang telah mengeluarkan tanpa izin Pengadilan Negeri (PN) Poso tiga terdakwa
kasus penyimpangan dana jaminan hidup pengungsi tersebut karena membawa dan
memiliki senjata api jenis FN tanpa izin. Has ditangkap di Pos Keamanan Tumora,
pintu masuk Kabupaten Poso dari arah Palu pada Minggu (29/5) malam.
"Selasa siang ini Has, AM dan AL dibawa ke Mapolda Sulteng untuk diperiksa lebih
jauh. Tim penyidik mulai memeriksa ketiganya dalam kaitan kasus peledakan bom di
Pasar Sentral Tentena, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso," tambah
sumber yang tidak mau disebut namanya itu.
Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulteng, Ajun Komisaris
Besar Polisi (AKBP) Rais Adam yang dihubungi SH, Selasa pagi ini hanya
mengatakan, pihaknya masih mendalami kasus peledakan bom di Pasar Sentral
Tentena. "Yang pasti kami sudah menemukan titik terang," katanya.
Ketika ditanya lebih jauh tentang penangkapan Has, AM dan AL, juru bicara Polda
Sulteng itu hanya menyatakan, pihaknya masih memeriksa ketiganya."Kami masih
terus mendalami pemeriksaan terhadap ketiganya. Ya, kita lihat saja nanti hasil
pemeriksaannya," ujarnya.
Sejauh ini, tambahnya ketiganya diminta keterangan masih sebagai saksi. Apakah
nanti bisa menjadi tersangka kasus peledakan bom di Pasar Sentral Tentena, AKBP
Rais Adam menolak berkomentar.
"Pokoknya kami sedang dalami," katanya singkat.
Terlihat di Lokasi
Sementara itu, dalam keterangannya kepada wartawan di Poso, Kapolda Sulteng
Brigjen Aryanto Sutadi mengatakan, pemeriksaan dua narapidana penghuni Rutan
Poso yang telah ditangkap kembali dan ditahan didasarkan atas keterangan yang
disampaikan sejumlah saksi bahwa sebelum bom meledak mereka terlihat
berkeliaran di Tentena.
Dari 12 saksi yang dimintai keterangan, empat saksi menyebutkan bahwa beberapa
saat sebelum ledakan terjadi di Pasar Sentral Tentena, kedua narapidana tersebut
sempat terlihat berada di Jalan Torulembah dan Jalan Setia Budi, tidak jauh dari
Pasar Sentral Tentena. "Keterangan para saksi terus kami kembangkan dan ternyata
setelah dicek kedua orang itu (saat berlangsung ledakan bom) memang sedang tidak
berada di Rutan Poso. Jadi, keduanya diperiksa karena seharusnya tak berada di luar
tahanan dan tempat kejadian perkara (TKP)," tuturnya.
Mengenai permintaan Ketua Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Pdt.
Renaldy Damanik STh, MSi tentang pengusutan identitas sebuah jenazah korban
peledakan bom Tentena yang belakangan baru diketahui bernama Syamsul Iskandar
(20-an) asal Sulawesi Selatan (Sulsel), Kapolda Brigjen Aryanto Sutadi mengatakan,
hingga kini pihaknya belum menemukan indikasi keterlibatannya. Mayat Syamsul
Iskandar hari Senin (30/5) sudah dijemput keluarganya di Rumah Sakit Umum (RSU)
Tentena dan dibawa pulang ke Kabupaten Enrekeng, Sulsel.
Jangan Hanya Berteori
Harapan agar pemerintah secepatnya menguak dan menangkap semua pelaku bom
Pasar Tentena, semakin menguat dari berbagai pihak, termasuk Kaukus Daerah
Konflik dan Pasca Konflik Dewan Perwakilan Daerah (DPD). "Pejabat-pejabat jangan
sampai hanya berteori saja, tapi temukan pelakunya. Jangan sampai malah sibuk
berbeda pendapat di antara sesama pejabat. Yang paling penting bagi masyarakat
bukan pernyataan-pernyataan awal saja," tegas Ketua Kaukus Daerah Konflik dan
Pasca Konflik DPD, M. Ichsan Loulembah.
Sedangkan Tim Pansus Poso mendesak agar hasil rapat kerja tim dengan Menko
Polhukam, Mendagri dan Kapolri dilaksanakan, yakni menindak mereka yang diduga
terkait dengan kasus korupsi di Poso dan mengeluarkan Keppres bagi penyelesaian
kasus tersebut guna memudahkan koordinasi antara TNI, Polri dan aparat lainnya.
Mereka juga mendesak pemerintah agar tidak memperpanjang masa caretaker Bupati
Poso Andi Azikin Suyuti. Pemilihan kepala daerah (pilkada) di Poso juga diharapkan
tidak terganggu jadwalnya, mengingat Kabupaten Poso adalah kabupaten pertama di
Sulteng yang menyelenggarakan pilkada pada Juni ini.
Pendapat lain mengatakan sebaiknya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera
mengganti Kapolri Jenderal Da’i Bachtiar, jika dalam waktu satu minggu ini
kepolisian tidak mampu menangkap otak dan pelaku pemboman Poso. Desakan ini
disampaikan politisi Partai Demokrat di DPR, seperti Wakil Ketua Fraksi Sutan
Batugana dan Nurul Qomar. "Dulu dia pernah berjanji mau menangkap Dr Azahari dan
Noordin Moh Top, tapi buktinya sampai sekarang belum juga ketangkap," kata Qomar
yang juga pelawak dan anggota Komisi X bidang pendidikan ini.
Menanggapi desakan-desakan tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan,
pemerintah akan melihat dulu perkembangan penanganan kasus Tentena oleh aparat
Polri dan aparat keamanan lainnya.
Ia menegaskan, pelaku pengeboman di Tentena berlatar-belakang ideologis. Mereka
diduga adalah pemain lama yang berbaur dengan pemain baru yang bertujuan
merusak keamanan di Poso. Namun, motif sesungguhnya baru akan terkuak jika
aparat keamanan telah menangkap pelakunya.
Menurut Kalla, peledakan tersebut terkait dengan peristiwa serupa di Ambon dan
Mamasa. Ia juga menduga pelakunya terkait dengan jaringan teror yang melibatkan
dua teroris paling dicari Indonesia, Dr. Azahari dan Noordin M Top. Kedua teroris itu
diperkirakan telah bekerjasama dengan kelompok teror pemain baru dalam bom
Tentena. Ia juga optimistis Azahari dan Noordin M Top akan ditangkap aparat
keamanan dalam waktu dekat, karena sejumlah data akurat telah didapat.
Soal kegagalan aparat kepolisian, intelijen dan penegak hukum juga dikemukakan
oleh Wakil Ketua MPR, AM Fatwa. "Intelijen dalam hal ini BIN dan polisi telah gagal,"
tegas Fatwa di Bandung, Senin (30/5). Sebab tidak ada tindak lanjut oleh intelijen dan
polisi terhadap Perjanjian Malino, padahal Perjanjian Malino jelas-jelas ada
kesepakatan tidak boleh lagi ada bom di Poso.
Libatkan Antipemerintah
Sementara itu, Lajnah Tanfidz Majelis Mujahidin (MM), Irfan S Awwas, meminta agar
pemerintah melibatkan kelompok muslim yang selama ini berseberangan dengan
pemerintah. Sebab selama ini yang dilibatkan hanya kelompok yang dekat dengan
pemerintah.
"Selama ini setiap kali terjadi penyelesaian di daerah konflik hanya kelompok muslim
yang propemerintah saja yang dilibatkan. Padahal masih ada kelompok lain yang
berseberangan dengan pemerintah, tetapi tidak pernah diajak. Kelompok yang
berseberangan ini juga memiliki potensi sebagai pelaku peledakan bom," katanya.
Menurut Irfan, kelompok yang berseberangan ini adalah kelompok yang merasa
diperlakukan tidak adil sehingga menuntut keadilan. (nor/ant/ino/sur/rik/dio/yuk)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|