SUARA PEMBARUAN DAILY, 15 Juli 2005
Kepala BIN Syamsir Siregar:
Orang Sulawesi Berlatih Bikin Senjata di Filipina Selatan
PALU - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar mengungkapkan saat ini
banyak orang Sulawesi yang sedang berlatih membuat senjata di Filipina Selatan.
Selain berlatih membuat senjata, warga Sulawesi itu juga belajar tentang
tehnik-tehnik melakukan pendekatan pada masyarakat.
"Mereka berlatih di tiga lokasi di Filipina Selatan dan tujuannya ingin mendirikan
negara Islam di Indonesia," ungkap Siregar dalam pertemuan dengan jajaran
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Kamis (14/7) di Palu.
Dikatakan, jika orang-orang Sulawesi itu kembali dan menerapkan tujuannya
mendirikan negara Islam maka keberadaan mereka sangat menjadi ancaman bagi
keselamatan bangsa Indonesia. "Pertanyaan sekarang, apakah kita masih ingin
kembali seperti dulu lagi?," kata Siregar.
Sudah menjadi rahmat Tuhan, lanjut Siregar, negeri Indonesia terdiri dari ribuan pulau,
suku dan agama yang berbeda. "Perbedaan yang kita miliki adalah rahmat Tuhan.
Jadi perbedaan ini mestinya menjadikan kita satu dan mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia yang kita sudah capai selama ini," tandasnya.
Siregar mengakui berbagai kasus kerusuhan di tanah air, aparat sering sulit
mengungkap siapa pelakunya. Kondisi ini pula telah menjadi tamparan keras bagi
aparat keamanan.
"Itu sebabnya, saya minta aparat keamanan harus berusaha keras menangkap para
pelaku kerusuhan yang membuat kacau negeri ini.
Jika kita tidak, kita akan menjadi bulan-bulanan dan saudara semua termasuk aparat
keamanan memang telah menjadi bulan-bulalan para perusuh itu karena tidak dapat
menangkap mereka," tandasnya.
Dibagian lain, Siregar juga mengingatkan tentang bibit-bibit konflik yang muncul dan
berkembang di sejumlah daerah seperti konflik pemekaran wilayah, etnis, agama,
korupsi dan lain sebagainya.
Sumbu-sumbu konflik itu jangan dibiarkan hidup, tetapi aparat keamanan dan
pemerintah provinsi, kabupaten, kota harus bekerja bersama-sama mematikan sumbu
konflik itu sebelum merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Siregar menyatakan prihatin pada konflik pemekaran Kabupaten Morowali, Sulteng
yang belum terselesaikan. Ia khawatir kalau konflik ini tidak selesai bisa meluas
menjadi konflik yang lebih besar.
Ia menilai Bupati Morowali Andi Mohammad sudah tidak loyal menjalankan tugas
pemerintahan di daerah hasil pemekaran Kabupaten Poso itu. Karena itu ia minta
Departemen Dalam Negeri (Depdagri) agar meninjau keberadaan Bupati Andi
Mohammad.
"Saya melihat Bupati Morowali tidak loyal menjalankan tugas pemerintahan dan
kemasyarakatan. Bupatinya lebih banyak di Jakarta, dan meninggalkan
tugas-tugasnya yang sangat penting di Morowali. Dan anehnya Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Morowali juga tidak berkutik melihat ketimpangan ini. Jadi
Depdagri semestinya sudah harus meninjau kembali masalah Morowali tersebut," ujar
Siregar.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsui (Sekdaprov) Sulteng Gumyadi yang
memimpin pertemuan itu menyatakan, untuk masalah Morowali masih berusaha
diselesaikan dengan beberapa opsi antara lain tetap mempertahankan Kolonedale
sebagai ibukota Kabupaten Morowali atau memekarkan Kecamatan Bungku sebagai
kabupaten baru sehingga Morowali dimekarkan jadi dua kabupaten.
"Opsi-opsi ini yang sedang dicari jalan temunya namun sampai sekarang belum ada
titik temu di Morowali," ujarnya. Usai pertemuan dengan jajaran Pemprov Sulteng,
Kepala BIN yang didampingi Pangdam VII Wirabuana melanjutkan perjalanan ke
Gorontalo, Manado dan Maluku. (128)
Last modified: 15/7/05
|