SURYA Online, Minggu, 28 Agustus 2005
Kenapa Masih Ada Bom di Ambon?
Meledaknya bom di Pasar Mardika Ambon, Provinsi Maluku, Kamis (25/8) sekitar
pukul 14.30 WIT, membuktikan daerah bekas konflik itu belum benar-benar aman.
Meski berbagai upaya menciptakan suasana nyaman telah dilakukan, ternyata ada
pihak-pihak yang tak menginginkan kedamaian.
Peristiwa bom yang melukai sedikitnya delapan orang itu sangat disayangkan.
Apalagi dalam waktu bersamaan tim Perdamaian Malino II yang membahas
perdamaian di Maluku sedang menggelar rapat di kantor Wapres Jusuf Kalla.
Peledakan bom itu telah mencederai upaya perdamaian yang telah dirintis sejak
lama.
Sulit dipahami kalau masih ada orang maupun kelompok tertentu yang ingin tetap
mengacaukan Maluku. Sudah terlalu banyak pengorbanan baik harta benda maupun
nyawa manusia. Selain itu, sulit untuk mengurai siapa sesungguhnya yang bersalah
dalam konflik berkepanjangan itu.
Satu-satunya cara mencari titik persamaan, menjalin kembali tali persaudaraan, dan
sama-sama berikrar untuk memulai hidup baru. Hidup baru berarti melupakan luka
lama, mengubur dendam kesumat, dan mau hidup berdampingan tanpa sekat.
Pepatah lama yang berbunyi "menang jadi arang, kalah jadi abu" masih sangat
relevan untuk direnungkan warga dan pendatang di Maluku. Menang atau kalah
sama-sama tidak menyenangkan. Siapa pun yang kalah akan berusaha melakukan
pembalasan. Begitu seterusnya. Itulah yang terjadi selama ini di Maluku.
Tentu saja semua warga Maluku menginginkan kedamaian dan ingin hidup tenang.
Karena itulah, peristiwa meledaknya kembali bom di Ambon harus dilawan bersama.
Masyarakat yang mengetahui peristiwa itu harus bersedia membantu polisi untuk
menangkap pelakunya. Siapa pun pelakunya harus menjadi musuh bersama, tanpa
memandang dari etnis atau kelompok mana.
Sangat disayangkan kenapa sampai terjadi lagi peledakan bom di Ambon. Padahal
suasananya sudah berangsur-angsur pulih. Sudah cukup lama tak terdengar lagi
konflik terbuka. Masyarakat yang selama ini terbelah juga sudah membaur tanpa ada
rasa ketakutan lagi.
Aparat kepolisian dan masyarakat setempat harus saling mendukung untuk mengejar
pelaku pengeboman ini. Siapa pun pelakunya harus diumumkan secara terbuka agar
tidak menimbulkan saling curiga.
Sedangkan kepada aparat keamanan, peristiwa ini merupakan peringatan untuk
selalu waspada. Ini bukti bahwa tidak semua orang menginginkan kedamaian dan
ketenangan. Apa pun informasi atau gejala yang mengindikasikan bakal terjadi
tindakan teror harus diantisipasi sebelum terjadi hal-hal yang lebih parah.
Copyright © SURYA Online
|