TEMPO, Kamis, 01 September 2005 | 04:07 WIB
Benda Mirip Bom, Meneror Kuta
TEMPO Interaktif, Kuta:Aksi teror dengan menggunakan rakitan benda yang dirangkai
mirip bom terjadi di Kuta, Bali. Tepatnya, di hotel Kuta Paradiso. "Hanya tinggal
menaruh bahan peledak tingkat rendah, benda ini sudah bisa disebut bom,"kata
Kapolda Bali Inspektur Jenderal Made Mangku Pastika.
Rakitan mirip bom itu dirangkai dengan menggunakan kabel itu terdiri dari 1 paralon
warna hitam berisi bubuk arang dengan ukuran panjang 30 cm dan diameter 3 dim.
Dirangkai dengan 2 timer - 1 digital dan 1 analog dalam keadaan hidup dan baterai 9
volt serta bola lampu. Saat ditemukan paralon berada dalam sebuah kantong plastik
yang digantung di dekat pintu lift lantai 4 hotel berbintang 4 itu.
Bungkusan itu ditemukan siang kemarin (31/8) sekitar pukul 14. 20 oleh seorang
housekeeping kemudian dilaporkan oleh manajemen hotel ke Polsek Kuta. Polsek
Kuta langsung menghubungkannya ke Jihandak Polda Bali yang kemudian
mengamankan benda itu. Karena tampilan yang sangat mirip dengan bom dan
sewaktu-waktu bisa meledak, akhirnya Jihandak menghancurkannya setelah meneliti
dengan X ray dan memotret benda itu. "Ini sudah merupakan aksi teror,"kata Made
Kapolda Bali berharap, masyarakat tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan.
Menurut Made Pastika Bulan September hingga Desember harus diberi perhatian
khusus oleh aparat keamanan maupun masyarakat.
Peningkatan pengamanan akan dilakukan di pintu-pintu masuk dan keluar Bali. Ia
juga meminta maaf bila ada pihak-pihak yang merasa kurang nyaman dengan adanya
tindakan seperti penggeledahan dan pemeriksaan yang lebih ketat. Tempat yang
paling diwaspadai adalah tempat-tempat keramaain seperti mal, night club dan
bandara.
Kapolda belum bisa menduga pihak-pihak yang melakukan aksi teror tersebut.
Pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan-pemeriksaan di sekitar lokasi dan
mengerahkan aparat intelijen untuk melakukan penyelidikan. "Kami minta bantuan
masyarakat untuk segera melaporkan kalau ada perbuatan yang
mencurigakan,"katanya. Rofiqi Hasan
copyright TEMPO 2003
|