SU'UZHAN
Su'uzhan yaitu perkiraan atau lintasan yang berbuah menjadi penyifatan terhadap
orang lain dengan segala keburukan yang menimbulkan kedukaan pada orang itu
tanpa disertai dengan bukti dan alasan. Dampak su'uzhan diantaranya yaitu
berkubang dalam berbagai kemaksiatan dan keburukan dengan dalih bahwa
Allah swt tidak melihat dan tidak mengetahuinya. Firman Allah swt,
"Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka
terhadap Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu
termasuk orang-orang yang merugi." (QS Fushshilat: 23)
***
Atau dia berdalih bahwa dirinya tidak akan dibangkitkan dan tidak
mengakui adanya hisab. Allah swt berfirman, "Dan jika Kami merasakan
kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan,
pastilah dia berkata, 'Ini adalah hakku dan aku tidak yakin bahwa
hari kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada
Tuhanku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan
pada sisi-Nya.' ... " (QS Fushshilat: 50)
***
Dampak buruk lainnya dari su'uzhan yaitu menyepelekan suatu amal
dari aneka amal kebajikan yang sudah dikenal, seperti amal menjenguk
orang sakit, melayat jenazah, menjawab salam, memenuhi undangan,
memberi nasihat, mendoakan orang yang bersin, menghormati tetangga
dan amal-amal lainnya. Orang yang berburuk sangka melakukan amal-amal
kebajikan seperti menyuruh kepada kebaikan, mencegah kemungkaran,
bersedekah, mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan dan amal-
amal lainnya karena riya' dan menginginkan suatu keuntungan.
***
Islam mengharamkan berburuk sangka kepada Allah swt, Rasulullah saw dan
kaum mukminin yang dikenal berperilaku shaleh, berakhlak istiqamah dan
hidup dengan bersih. Allah swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa ... " (QS al-Hujurat: 12)
Rasulullah saw bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kamu mati
melainkan dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah Ta'ala." (HR Muslim)
***
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan su'uzhan,
diantaranya karena pengaruh lingkungan yang masyarakatnya berakhlak buruk.
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan berteman dengan orang
yang baik dan dengan orang yang buruk adalah seperti berteman dengan penjual
parfum dan peniup api pada pandai besi. Jika kamu berteman dengan penjual
parfum, maka boleh jadi kamu diolesi parfum atau minimal mendapatkan bau
harum darinya. Adapun jika kamu berteman dengan peniup api, maka
boleh jadi bajumu terbakar atau kamu mendapatkan bau yang
tidak sedap." (HR Bukhari dan Muslim)
***
Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang bersu'uzhan karena melakukan
aneka kemaksiatan dan perbuatan buruk lainnya yang dilakukan secara
terang-terangan. Rasulullah saw bersabda, "Seluruh dosa umatku dimaafkan
kecuali dosa yang dilakukan secara terang-terangan. Termasuk terang-
terangan ialah bila seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada
pagi harinya Allah menutupinya. Dia berkata kepada orang lain, 'Hai Fulan,
semalam aku melakukan perbuatan ini dan itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)
***
Berburuk sangka akan berakibat buruk, diantaranya terjerumus ke dalam
aneka kemaksiatan dan keburukan. Akibat lainnya yaitu tidak beramal
kebajikan dan tidak mengamalkan ketaatan. Menjadi sasaran kebencian
kebanyakan manusia. Seseorang yang diketahui telah berburuk sangka dan
ternyata sangkaannya itu hanya sekedar tuduhan yang tidak berdasarkan
bukti dan argumentasi yang kuat, maka orang yang telah berburuk sangka
tersebut akan dijauhi dan dibenci oleh orang lain. Ini merupakan sunatullah
yang berlaku pada makhluk-Nya. Seseorang yang berburuk akan menerima
kemurkaan Allah swt. Firman Allah swt, " ... Dan barangsiapa yang ditimpa
oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah dia." (QS Thaha: 81)
***
Penyakit berburuk sangka dapat diobati dengan membangun akidah yang
sehat dan berdiri di atas landasan berbaik sangka kepada Allah,
Rasulullah dan kaum mukmin yang shaleh. Sikap berbaik sangka tersebut
akan melindungi diri kita dari sikap berburuk sangka. Jika kita telah
terlanjur berburuk sangka, segeralah bertobat. Meninggalkan segala
macam bentuk kemaksiatan dan melakukan berbagai amal kebajikan secara
terus menerus. Mendewasakan diri dengan berpegang teguh terhadap
etika Islam dalam memutuskan persoalan dan menghukum seseorang.
Diantara etika Islam tersebut adalah berpegang teguh pada aspeks
lahiriah dan menyerahkan urusan batiniahnya kepada Allah swt.
KAGUM DIRI
Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang
merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri paling
baik melebihi orang lain. Faktor-faktor penyebab sikap kagum diri,
diantaranya pujian yang diberikan kepada seseorang secara berlebihan dan
tanpa mengindahkan tata cara yang ditetapkan syariat Islam dalam
memberikan pujian kepada seseorang. Pujian tersebut mempengaruhi
orang yang dipuji. Dia akan merasa mempunyai kelebihan yang tidak
dimiliki orang lain. Ini akan membuat orang yang dipuji merasa kagum
pada diri sendiri. Tata cara atau etika memuji dalam syariat Islam
ada tiga yaitu tidak boleh berlebihan, ditujukan untuk hal-hal yang
benar dan tidak menimbulkan fitnah, yaitu membuat orang yang dipuji
menjadi kagum pada dirinya sendiri. Apabila tata cara tersebut
dapat dipenuhi, maka seseorang boleh memuji orang lain.
Dari Abdurahman bin Abi Bakrah dari ayahnnya menceritakan bahwa
ada seseorang memuji orang lain dihadapan Rasulullah saw.
Rasulullah saw lalu bersabda, "Celaka engkau! Engkau memotong
leher saudaramu." Rasulullah saw mengulangi beberapa kali
perkataan tersebut. Kemudian Rasulullah saw bersabda,
"Apabila engkau terpaksa harus memuji seseorang, hendaknya engkau
berkata, 'Sepanjang yang aku ketahui tentang dia-dan Allah juga
mengetahui tentang dia dan saya tidak dapat menyembunyikan dia
dihadapan Allah-dia begini dan begitu.'" (HR Bukhari dan Muslim)
***
Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang kagum diri yaitu
orang yang kagum diri hanya memperhatikan nikmat yang didapatinya
tanpa memperhatikan Zat yang memberikannya. Ia merasa nikmat
tersebut didapatnya karena kepandaiannya, bukan karena pemberian
Allah swt, seperti anggapan Qarun. Allah swt menceritakan
perkataan Qarun mengenai harta yang dimilikinya dalam Al Qur'an, "Qarun berkata, 'Sesungguhnnya aku diberi harta itu hanya
karena ilmu yang ada padaku.'" (QS al-Qashash: 78)
Orang yang kagum diri lupa atau pura-pura lupa bahwa segala
kenikmatan yang diperolehnya semuanya hanya berasal dari Allah swt.
Allah swt berfirman: Dan apa saja yang ada di langit dan di bumi,
maka itu dari Allah (datangnya). (QS an-Nahl: 53) Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun. Lalu Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (QS an-Nahl: 78) Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan
bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, maka
mengapa kamu berpaling (dari-Nya). (QS Fathir: 3)
***
Lalai atau tidak memahami hakikat diri dapat menyebabkan seseorang
menjadi kagum diri. Seseorang yang kagum diri, tidak sadar akan
hakikat dirinya, bahwa dirinya berasal dari air yang hina yang
keluar dari tempat keluarnya air kencing, selalu berada di dalam
kekurangan sepanjang hidupnya dan akan kembali ke dalam tanah
menjadi bangkai. Selain tidak memahami hakikat dirinya, seseorang
juga dapat menjadi kagum diri karena dia selalu mendapatkan
penghormatan yang berlebihan dari masyarakat, yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Misalnya, orang-orang berdiri cukup lama
untuk menghormatinya, mencium tangan, menundukkan kepala mereka
sampai berlebihan, berjalan dibelakangnya dan penghormatan yang
berlebihan lainnya. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa
mengharapkan agar orang berdiri (di waktu dia datang), maka
bersiap-siaplah untuk mengambil tempat di neraka." (HR Abu Daud)
Suatu ketika Rasulullah saw mendatangi para sahabatnya. Saat itu
para sahabat sedang bersandar pada tongkat. Ketika melihat yang
datang adalah Rasulullah saw, mereka segera berdiri tegak dengan
maksud untuk menghormatinya, maka Rasulullah saw yang melihat hal
tersebut bersabda, "Janganlah kalian berdiri seperti yang dilakukan
bangsa lain dalam menghormati satu sama lainnya." (HR Abu Daud)
***
Seseorang yang mendapatkan ketaatan yang berlebihan dari orang lain,
yang lepas dari ketentuan-ketentuan Allah swt. Apapun kehendaknya
selalu dipenuhi, baik kehendak tersebut baik atau buruk. Ini pada
akhirnnya dapat menjadikan seseorang kagum diri. Rasulullah saw
bersabda, "Wajib atas orang Muslim untuk taat (kepada pemimpinnya),
suka atau tidak suka, kecuali jika ia diperintahkan untuk berbuat
maksiat kepada Allah. Apabila seorang pemimpin memerintahkannya
melakukan maksiat, maka dia tidak boleh mematuhinya." (HR Muslim)