Penyakit Hati 1

SU'UZHAN
 
Su'uzhan yaitu perkiraan atau lintasan yang berbuah menjadi penyifatan terhadap

orang lain dengan segala keburukan yang menimbulkan kedukaan pada orang itu

tanpa disertai dengan bukti dan alasan. Dampak su'uzhan diantaranya yaitu

berkubang dalam berbagai kemaksiatan dan keburukan dengan dalih bahwa

Allah swt tidak melihat dan tidak mengetahuinya. Firman Allah swt,

"Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka

terhadap Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu

termasuk orang-orang yang merugi
." (QS Fushshilat: 23)

***

Atau dia berdalih bahwa dirinya tidak akan dibangkitkan dan tidak

mengakui adanya hisab. Allah swt berfirman, "Dan jika Kami merasakan

kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan,

pastilah dia berkata, 'Ini adalah hakku dan aku tidak yakin bahwa

hari kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada

Tuhanku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan

pada sisi-Nya
.' ... " (QS Fushshilat: 50)

***

Dampak buruk lainnya dari su'uzhan yaitu menyepelekan suatu amal

dari aneka amal kebajikan yang sudah dikenal, seperti amal menjenguk

orang sakit, melayat jenazah, menjawab salam, memenuhi undangan,

memberi nasihat, mendoakan orang yang bersin, menghormati tetangga

dan amal-amal lainnya. Orang yang berburuk sangka melakukan amal-amal

kebajikan seperti menyuruh kepada kebaikan, mencegah kemungkaran,

bersedekah, mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan dan amal-

amal lainnya karena riya' dan menginginkan suatu keuntungan.

***

Islam mengharamkan berburuk sangka kepada Allah swt, Rasulullah saw dan

kaum mukminin yang dikenal berperilaku shaleh, berakhlak istiqamah dan

hidup dengan bersih. Allah swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman,

jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian

prasangka itu adalah dosa
... " (QS al-Hujurat: 12)

Rasulullah saw bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kamu mati

melainkan dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah Ta'ala." (HR Muslim)

***

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan su'uzhan,

diantaranya karena pengaruh lingkungan yang masyarakatnya berakhlak buruk.

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan berteman dengan orang

yang baik dan dengan orang yang buruk adalah seperti berteman dengan penjual

parfum dan peniup api pada pandai besi. Jika kamu berteman dengan penjual

parfum, maka boleh jadi kamu diolesi parfum atau minimal mendapatkan bau

harum darinya. Adapun jika kamu berteman dengan peniup api, maka

boleh jadi bajumu terbakar atau kamu mendapatkan bau yang

tidak sedap." (HR Bukhari dan Muslim)

***

Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang bersu'uzhan karena melakukan

aneka kemaksiatan dan perbuatan buruk lainnya yang dilakukan secara

terang-terangan. Rasulullah saw bersabda, "Seluruh dosa umatku dimaafkan

kecuali dosa yang dilakukan secara terang-terangan. Termasuk terang-

terangan ialah bila seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada

pagi harinya Allah menutupinya. Dia berkata  kepada orang lain, 'Hai Fulan,

semalam aku melakukan perbuatan ini dan itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)

***

Berburuk sangka akan berakibat buruk, diantaranya terjerumus ke dalam

aneka kemaksiatan dan keburukan. Akibat lainnya yaitu tidak beramal

kebajikan dan tidak mengamalkan ketaatan. Menjadi sasaran kebencian

kebanyakan manusia. Seseorang yang diketahui telah berburuk sangka dan

ternyata sangkaannya itu hanya sekedar tuduhan yang tidak berdasarkan

bukti dan argumentasi yang kuat, maka orang yang telah berburuk sangka

tersebut akan dijauhi dan dibenci oleh orang lain. Ini merupakan sunatullah

yang berlaku pada makhluk-Nya. Seseorang yang berburuk akan menerima

kemurkaan Allah swt. Firman Allah swt, " ... Dan barangsiapa yang ditimpa

oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah dia
." (QS Thaha: 81)

***

Penyakit berburuk sangka dapat diobati dengan membangun akidah yang

sehat dan berdiri di atas landasan berbaik sangka kepada Allah,

Rasulullah dan kaum mukmin yang shaleh. Sikap berbaik sangka tersebut

akan melindungi diri kita dari sikap berburuk sangka. Jika kita telah

terlanjur berburuk sangka, segeralah bertobat. Meninggalkan segala

macam bentuk kemaksiatan dan melakukan berbagai amal kebajikan secara

terus menerus. Mendewasakan diri dengan berpegang teguh terhadap

etika Islam dalam memutuskan persoalan dan menghukum seseorang.

Diantara etika Islam tersebut adalah berpegang teguh pada aspeks

lahiriah dan menyerahkan urusan batiniahnya kepada Allah swt.




KAGUM DIRI
 
Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang

merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri paling

baik melebihi orang lain. Faktor-faktor penyebab sikap kagum diri,

diantaranya pujian yang diberikan kepada seseorang secara berlebihan dan

tanpa mengindahkan tata cara yang ditetapkan syariat Islam dalam

memberikan pujian kepada seseorang. Pujian tersebut mempengaruhi

orang yang dipuji. Dia akan merasa mempunyai kelebihan yang tidak

dimiliki orang lain. Ini akan membuat orang yang dipuji merasa kagum

pada diri sendiri. Tata cara atau etika memuji dalam syariat Islam

ada tiga yaitu tidak boleh berlebihan, ditujukan untuk hal-hal yang

benar dan tidak menimbulkan fitnah, yaitu membuat orang yang dipuji

menjadi kagum pada dirinya sendiri. Apabila tata cara tersebut

dapat dipenuhi, maka seseorang boleh memuji orang lain.

Dari Abdurahman bin Abi Bakrah dari ayahnnya menceritakan bahwa

ada seseorang memuji orang lain dihadapan Rasulullah saw.

Rasulullah saw lalu bersabda, "Celaka engkau! Engkau memotong

leher saudaramu." Rasulullah saw mengulangi beberapa kali

perkataan tersebut. Kemudian Rasulullah saw bersabda,

"Apabila engkau terpaksa harus memuji seseorang, hendaknya engkau

berkata, 'Sepanjang yang aku ketahui tentang dia-dan Allah juga

mengetahui tentang dia dan saya tidak dapat menyembunyikan dia

dihadapan Allah-dia begini dan begitu.'" (HR Bukhari dan Muslim)

***

Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang kagum diri yaitu

orang yang kagum diri hanya memperhatikan nikmat yang didapatinya

tanpa memperhatikan Zat yang memberikannya. Ia merasa nikmat

tersebut didapatnya karena kepandaiannya, bukan karena pemberian

Allah swt, seperti anggapan Qarun. Allah swt menceritakan

perkataan Qarun mengenai harta yang dimilikinya dalam Al Qur'an,

"Qarun berkata, 'Sesungguhnnya aku diberi harta itu hanya

karena ilmu yang ada padaku.'"
(QS al-Qashash: 78)

Orang yang kagum diri lupa atau pura-pura lupa bahwa segala

kenikmatan yang diperolehnya semuanya hanya berasal dari Allah swt.

Allah swt berfirman: Dan apa saja yang ada di langit dan di bumi,

maka itu dari Allah (datangnya)
. (QS an-Nahl: 53)

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun. Lalu Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati agar kamu bersyukur
. (QS an-Nahl: 78)

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta

selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan

bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, maka

mengapa kamu berpaling (dari-Nya)
. (QS Fathir: 3)

***

Lalai atau tidak memahami hakikat diri dapat menyebabkan seseorang

menjadi kagum diri. Seseorang yang kagum diri, tidak sadar akan

hakikat dirinya, bahwa dirinya berasal dari air yang hina yang

keluar dari tempat keluarnya air kencing, selalu berada di dalam

kekurangan sepanjang hidupnya dan akan kembali ke dalam tanah

menjadi bangkai. Selain tidak memahami hakikat dirinya, seseorang

juga dapat menjadi kagum diri karena dia selalu mendapatkan

penghormatan yang berlebihan dari masyarakat, yang bertentangan

dengan ajaran Islam. Misalnya, orang-orang berdiri cukup lama

untuk menghormatinya, mencium tangan, menundukkan kepala mereka

sampai berlebihan, berjalan dibelakangnya dan penghormatan yang

berlebihan lainnya. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa

mengharapkan agar orang berdiri (di waktu dia datang), maka

bersiap-siaplah untuk mengambil tempat di neraka." (HR Abu Daud)

Suatu ketika Rasulullah saw mendatangi para sahabatnya. Saat itu

para sahabat sedang bersandar pada tongkat. Ketika melihat yang

datang adalah Rasulullah saw, mereka segera berdiri tegak dengan

maksud untuk menghormatinya, maka Rasulullah saw yang melihat hal

tersebut bersabda, "Janganlah kalian berdiri seperti yang dilakukan

bangsa lain dalam menghormati satu sama lainnya." (HR Abu Daud)

***

Seseorang yang mendapatkan ketaatan yang berlebihan dari orang lain,

yang lepas dari ketentuan-ketentuan Allah swt. Apapun kehendaknya

selalu dipenuhi, baik kehendak tersebut baik atau buruk. Ini pada

akhirnnya dapat menjadikan seseorang kagum diri. Rasulullah saw

bersabda, "Wajib atas orang Muslim untuk taat (kepada pemimpinnya),

suka atau tidak suka, kecuali jika ia diperintahkan untuk berbuat

maksiat kepada Allah. Apabila seorang pemimpin memerintahkannya

melakukan maksiat, maka dia tidak boleh mematuhinya." (HR Muslim)



Copyright © 2000 - 2076