KAGUM DIRI
Kagum diri dapat berakibat buruk, diantara dampak buruk tersebut adalah
terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur. Sikap ghurur
yaitu sikap meremehkan orang sedangkan takabur adalah sikap seseorang
yang merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau
menghormati orang lain. Dampak buruk dari kagum diri selain bersikap
ghurur dan takabur yaitu tidak mendapatkan taufik dari Allah swt.
Dia tidak mendapatkan taufik dari Allah swt karena ketentuan Allah swt
bahwa orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang menyerahkan
dirinya kepada Allah swt dan tidak memberikan bagian sedikitpun
kepada setan di dalam hatinya. Dampak buruk lainnya yaitu orang yang
kagum diri akan dibenci orang lain. Orang yang kagum diri akan dibenci
Allah swt. Orang yang dibenci Allah akan dibenci penduduk langit dan bumi.
***
Rasulullah saw bersabda, "Apabila Allah mencintai seorang hamba,
maka Allah memanggil malaikat Jibril, lalu berfirman kepadanya,
'Aku mencintai si fulan, maka hendaknya engkau mencintainya.'
Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian malaikat Jibril menyerukan
kepada para penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan,
maka hendaknya engkau kalian mencintainya.' Maka penduduk langit pun
mencintainya. Kemudian hamba tersebut dicintai oleh penduduk bumi.
Apabila Allah membenci seorang hamba, maka Allah memanggil malaikat
Jibril dan Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku membenci, maka hendaknya
engkau membencinya. Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyerukan
kepada penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka
hendaknya kalian membencinya.' Maka penduduk langit pun membencinya.
Kemudian dia dibenci oleh penduduk bumi." (HR Bukhari dan Muslim)
***
Seseorang yang terkena penyakit kagum diri dapat dilihat dari beberapa
tanda yaitu selalu memuji diri. Orang tersebut selalu memuji dan
mengagungkan diri sendiri. Pada saat yang sama, ia melupakan atau
pura-pura lupa terhadap firman Allah swt, "Maka janganlah kamu
mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling mengetahui tentang
orang yang bertaqwa." (QS an-Najm: 32) Orang yang kagum diri tidak
mau menerima nasihat dari orang lain, bahkan membencinya
dan merasa senang jika mengetahui aib orang lain.
***
Seorang Muslim yang terkena penyakit kagum diri harus segera bertobat dan
berusaha untuk menyembukan dirinya dari penyakit hati tersebut.
Cara-cara yang dapat dilakukan agar tidak terkena penyakit kagum diri,
diantaranya yaitu selalu ingat hakikat diri. Orang yang kagum pada
diri sendiri harus sadar bahwa nyawa merupakan anugerah Allah swt.
Jika nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tersebut tidak
ada harganya sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya dibuat dari
tanah yang diinjak-injak oleh manusia dan binatang, kemudian dari
air mani yang hina dan akhirnya kembali lagi menjadi tanah.
Masa antara awal penciptaan dan kembali menjadi tanah tersebut,
setiap manusia selalu membawa kotoran di perutnya, yang jika
tidak dikeluarkan dapat berakibat orang tersebut merasa sakit.
Kesadaran diri ini, insya Allah akan membantu seseorang menghilangkan
penyakit kagum pada diri sendiri. Sebagian ulama salaf jika merasa
kagum diri akan bertanya kepada dirinya sendiri, "Apakah engkau tahu
siapa saya?" Lalu dijawabnya sendiri, "Ya, saya tahu siapa engkau.
Engkau hanyalah setetes air mani yang akan menjadi bangkai.
Sedangkan sekarang engkau berada di antara keduanya
sambil membawa kotoran di dalam perutmu."
***
Orang yang kagum diri harus sadar hakikat dunia dan akhirat.
Orang yang kagum diri selalu sadar bahwa dunia tempat menanam (beramal)
untuk kebahagiaan hidup di akhirat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya
panjang, dia tetap akan mati dan harta yang dimilikinya selama
hidup di dunia tidak akan dibawanya. Satu-satunya 'harta' yang
dibawanya adalah amal yang dia dapatkan selama hidup di dunia.
Kesadaran semacam ini akan mendorong seseorang untuk terhindar
dari penyakit kagum diri. Orang yang kagum diri harus selalu
ingat pada nikmat Allah swt yang diberikan kepada manusia yang
besar dann mencakup segala kehidupan manusia. Allah swt berfirman,
"Dan jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
dapat menghitungnya (karena sangat banyaknya)." (QS Ibrahim: 34)
Kesadaran ini akan mendorong seseorang merasa lemah dan merasa
butuh kepada Allah swt. Mereka yang terkena penyakit kagum
diri hendaknya selalu mengingat kematian.
AL-GHADHAB (MARAH)
Hakikat marah menurut Islam ialah marah yang terpuji dan marah yang tercela.
Kemarahan yang ditujukan untuk mempertahankan diri, agama, kehormatan,
harta kekayaan atau untuk menolong orang yang dizalimi adalah terpuji.
Sesungguhnya Allah swt menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi.
Allah swt berfirman, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.' ... " (QS al-Baqarah: 30)
***
Agar manusia dapat bangkit untuk melaksanakan tugas tersebut, maka
Allah menciptakan manusia terdiri atas ruh, akal dan tubuh. Hikmah Allah
menetapkan bahwa badan menjadi pelayan ruh. Agar badan berada dalam
karakter yang membuatnya layak untuk melayani ruh selama manusia berada
di muka bumi, maka Alah menciptakan dua kekuatan di dalam badan.
Pertama, kekuatan syahwatiah yang tugasnya ialah menarik segala yang
berguna bagi tubuh dan yang memberinya santapan. Kedua, kekuatan
marah yang tugasnya ialah menolak segala sesuatu yang dapat
memudaratkan badan dan membinasakannya.
***
Allah menciptakan anggota tubuh manusia ditujukan untuk melayani kekuatan
syahwat dan kekuatan marah. Allah juga menciptakan akal yang dimaksudkan
supaya berperan sebagai pemberi petunjuk dan nasihat kepada ruh bilamana
kekuatan syahwat atau kekuatan marah cenderung kepada sesuatu hingga
melampaui batas kesederhanaan. Pada saat itulah akal memberi nasihat
atau petunjuk kepada ruh ihwal pentingnya mengambil sikap tegas terhadap
kekuatan yang ekstrem agar manusia kembali kepada keseimbangan dan
kesempurnaannya. Allah mengetahui bahwa kadang-kadang akal mengalami
kesulitan saat memberikan nasihat dan petunjuk kepada ruh karena
suatu sebab atau karena hal lain. Karena itu, Dia menurunkan sebuah manhaj kepada ruh yang tergambar dalam Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Manhaj ini akan menyinari jalan, menunjukkan kepada kebenaran dan
memelihara keseimbangan dan kesempurnaan di antara unsur-unsur
pembentuk manusia agar kepribadiannya tetap stabil, lurus, tidak bengkok
dan tidak cacat. Dengan demikian, marah diciptakan dalam diri manusia
agar dia dapat mempertahankan diri dan memelihara kehormatannya.
***
Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla memuji sahabat Rasulullah saw,
bahwasanya mereka bersikap keras terhadap kaum kafir. Allah swt berfirman,
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir ... " (QS al-Fath: 29)
Sikap keras terhadap kaum kafir tidak muncul kecuali dari rasa marah dan
perlindungan diri. Mereka tidak marah terhadap apa yang diberitahukan oleh
Allah swt tentang mereka kecuali marah karena Allah Ta'ala. Allah swt
berfirman, "(Juga) bagi orang kafir yang berhijrah yang diusir dari
kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia
dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan)
mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.
Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung." (QS al-Hasyr: 8-9)
Rasulullah saw bersabda, "Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan
musuh, namun orang kuat ialah yang dapat mengontrol dirinya
ketika marah." (HR Bukhari dan Muslim)