Penyakit Hati 2

KAGUM DIRI
 
Kagum diri dapat berakibat buruk, diantara dampak buruk tersebut adalah

terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur. Sikap ghurur

yaitu sikap meremehkan orang sedangkan takabur adalah sikap seseorang

yang merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau

menghormati orang lain. Dampak buruk dari kagum diri selain bersikap

ghurur dan takabur yaitu tidak mendapatkan taufik dari Allah swt.

Dia tidak mendapatkan taufik dari Allah swt karena ketentuan Allah swt

bahwa orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang menyerahkan

dirinya kepada Allah swt dan tidak memberikan bagian sedikitpun

kepada setan di dalam hatinya. Dampak buruk lainnya yaitu orang yang

kagum diri akan dibenci orang lain. Orang yang kagum diri akan dibenci

Allah swt. Orang yang dibenci Allah akan dibenci penduduk langit dan bumi.

***

Rasulullah saw bersabda, "Apabila Allah mencintai seorang hamba,

maka Allah memanggil malaikat Jibril, lalu berfirman kepadanya,

'Aku mencintai si fulan, maka hendaknya engkau mencintainya.'

Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian malaikat Jibril menyerukan

kepada para penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan,

maka hendaknya engkau kalian mencintainya.' Maka penduduk langit pun

mencintainya. Kemudian hamba tersebut dicintai oleh penduduk bumi.

Apabila Allah membenci seorang hamba, maka Allah memanggil malaikat

Jibril dan Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku membenci, maka hendaknya

engkau membencinya. Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyerukan

kepada penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka

hendaknya kalian membencinya.' Maka penduduk langit pun membencinya.

Kemudian dia dibenci oleh penduduk bumi." (HR Bukhari dan Muslim)

***

Seseorang yang terkena penyakit kagum diri dapat dilihat dari beberapa

tanda yaitu selalu memuji diri. Orang tersebut selalu memuji dan

mengagungkan diri sendiri. Pada saat yang sama, ia melupakan atau

pura-pura lupa terhadap firman Allah swt, "Maka janganlah kamu

mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling mengetahui tentang

orang yang bertaqwa
." (QS an-Najm: 32) Orang yang kagum diri tidak

mau menerima nasihat dari orang lain, bahkan membencinya

dan merasa senang jika mengetahui aib orang lain.

***

Seorang Muslim yang terkena penyakit kagum diri harus segera bertobat dan

berusaha untuk menyembukan dirinya dari penyakit hati tersebut.

Cara-cara yang dapat dilakukan agar tidak terkena penyakit kagum diri,

diantaranya yaitu selalu ingat hakikat diri. Orang yang kagum pada

diri sendiri harus sadar bahwa nyawa merupakan anugerah Allah swt.

Jika nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tersebut tidak

ada harganya sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya dibuat dari

tanah yang diinjak-injak oleh manusia dan binatang, kemudian dari

air mani yang hina dan akhirnya kembali lagi menjadi tanah.

Masa antara awal penciptaan dan kembali menjadi tanah tersebut,

setiap manusia selalu membawa kotoran di perutnya, yang jika

tidak dikeluarkan dapat berakibat orang tersebut merasa sakit.

Kesadaran diri ini, insya Allah akan membantu seseorang menghilangkan

penyakit kagum pada diri sendiri. Sebagian ulama salaf jika merasa

kagum diri akan bertanya kepada dirinya sendiri, "Apakah engkau tahu

siapa saya?" Lalu dijawabnya sendiri, "Ya, saya tahu siapa engkau.

Engkau hanyalah setetes air mani yang akan menjadi bangkai.

Sedangkan sekarang engkau berada di antara keduanya

sambil membawa kotoran di dalam perutmu."

***

Orang yang kagum diri harus sadar hakikat dunia dan akhirat.

Orang yang kagum diri selalu sadar bahwa dunia tempat menanam (beramal)

untuk kebahagiaan hidup di akhirat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya

panjang, dia tetap akan mati dan harta yang dimilikinya selama

hidup di dunia tidak akan dibawanya. Satu-satunya 'harta' yang

dibawanya adalah amal yang dia dapatkan selama hidup di dunia.

Kesadaran semacam ini akan mendorong seseorang untuk terhindar

dari penyakit kagum diri. Orang yang kagum diri harus selalu

ingat pada nikmat Allah swt yang diberikan kepada manusia yang

besar dann mencakup segala kehidupan manusia. Allah swt berfirman,

"Dan jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak

dapat menghitungnya (karena sangat banyaknya)." (QS Ibrahim: 34)

Kesadaran ini akan mendorong seseorang merasa lemah dan merasa

butuh kepada Allah swt. Mereka yang terkena penyakit kagum

diri hendaknya selalu mengingat kematian.




AL-GHADHAB (MARAH)

Hakikat marah menurut Islam ialah marah yang terpuji dan marah yang tercela.

Kemarahan yang ditujukan untuk mempertahankan diri, agama, kehormatan,

harta kekayaan atau untuk menolong orang yang dizalimi adalah terpuji.

Sesungguhnya Allah swt menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi.

Allah swt berfirman, "Ingatlah ketika Tuhanmu  berfirman kepada para

malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi
.' ... " (QS al-Baqarah: 30)

***

Agar manusia dapat bangkit untuk melaksanakan tugas tersebut, maka

Allah menciptakan manusia terdiri atas ruh, akal dan tubuh. Hikmah Allah

menetapkan bahwa badan menjadi pelayan ruh. Agar badan berada dalam

karakter yang membuatnya layak untuk melayani ruh selama manusia berada

di muka bumi, maka Alah menciptakan dua kekuatan di dalam badan.

Pertama, kekuatan syahwatiah yang tugasnya ialah menarik segala yang

berguna bagi tubuh dan yang memberinya santapan. Kedua, kekuatan

marah yang tugasnya ialah menolak segala sesuatu yang dapat

memudaratkan badan dan membinasakannya.

***

Allah menciptakan anggota tubuh manusia ditujukan untuk melayani kekuatan

syahwat dan kekuatan marah. Allah juga menciptakan akal yang dimaksudkan

supaya berperan sebagai pemberi petunjuk dan nasihat kepada ruh bilamana

kekuatan syahwat atau kekuatan marah cenderung kepada sesuatu hingga

melampaui batas kesederhanaan. Pada saat itulah akal memberi nasihat

atau petunjuk kepada ruh ihwal pentingnya mengambil sikap tegas terhadap

kekuatan yang ekstrem agar manusia kembali kepada keseimbangan dan

kesempurnaannya. Allah mengetahui bahwa kadang-kadang akal mengalami

kesulitan saat memberikan nasihat dan petunjuk kepada ruh karena

suatu sebab atau karena hal lain. Karena itu, Dia menurunkan sebuah

manhaj kepada ruh yang tergambar dalam Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya.

Manhaj ini akan menyinari jalan, menunjukkan kepada kebenaran dan

memelihara keseimbangan dan kesempurnaan di antara unsur-unsur

pembentuk manusia agar kepribadiannya tetap stabil, lurus, tidak bengkok

dan tidak cacat. Dengan demikian, marah diciptakan dalam diri manusia

agar dia dapat mempertahankan diri dan memelihara kehormatannya.

***

Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla memuji sahabat Rasulullah saw,

bahwasanya mereka bersikap keras terhadap kaum kafir. Allah swt berfirman,

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan

dia adalah keras terhadap orang-orang kafir
... " (QS al-Fath: 29)

Sikap keras terhadap kaum kafir tidak muncul kecuali dari rasa marah dan

perlindungan diri. Mereka tidak marah terhadap apa yang diberitahukan oleh

Allah swt tentang mereka kecuali marah karena Allah Ta'ala. Allah swt

berfirman, "(Juga) bagi orang kafir yang berhijrah yang diusir dari

kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia

dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.

Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah

menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan)

mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.

Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa

yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan

(orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka

memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara

dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang

beruntung
." (QS al-Hasyr: 8-9)

Rasulullah saw bersabda, "Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan

musuh, namun orang kuat ialah yang dapat mengontrol dirinya

ketika marah." (HR Bukhari dan Muslim)



Copyright © 2000 - 2076