Penyakit Hati 3

RIYA' DAN SUM'AH
 
Riya' dan Sum'ah merupakan salah satu penyakit hati yang membuat seseorang

ingin memperlihatkan amalnya kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan

kehormatan, kedudukan, pujian atau hal-hal yang bersifat keduniaan dari

orang lain. Jika seseorang beramal dengan tujuan untuk dilihat orang lain

maka itu dinamakan riya'. Jika tidak dilihat oleh orang lain dan kemudian dia

menceritakan amalnya tersebut kepada orang lain maka itu dinamakan sum'ah.

Semua riya' adalah tercela sedangkan sum'ah ada yang tercela dan ada yang

terpuji. Sum'ah tercela yaitu jika tujuan menceritakan amalnya kepada

orang lain untuk mendapatkan penghormatan orang lain. Sedangkan sum'ah

yang terpuji yaitu jika tujuan menceritakan amalnnya kepada orang lain

untuk mendapatkan penghormatan Allah dan ridha-Nya.

***

Allah swt berfirman, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu

menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan

menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan

hartanya karena pamer kepada manusia
..." (QS al-Baqarah: 264)

Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa memperdengarkan (amalnya), Allah

pun akan memperdengarkan (keburukannya); barangsiapa memperlihatkan

(amalnya), Allah pun akan memperlihatkan (keburukannya)." (HR Bukhari)

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas

kamu adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,

apakah syirik kecil itu?" Rasulullah saw menjawab, "Riya'. Allah swt berfirman,

'Apabila hamba-hamba Allah bisa saling membalas dengan amal-amal

mereka pada hari kiamat, maka pergilah kamu kepada orang-orang

yang pernah kamu perlihatkan amalmu di hadapan mereka ketika di dunia.

Lihatlah, apakah kamu mendapatkan balasan dari mereka.'" (HR Ahmad)

Ketika Rasulullah saw mendengar seseorang mengeraskan suaranya

saat berzikir, beliau bersabda, "Sesunngguhnya dia itu banyak kembali

(amalnya banyak yang kembali, tidak diterima di sisi Allah)."

***

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bersikap riya' diantaranya,

adalah lingkungan keluarga. Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga

yang suka riya' dapat mempengaruhi anak untuk berbuat riya' juga.

Inilah salah satu sebab mengapa Rasulullah saw menganjurkan agar dalam

memilih calon istri, sebaiknya memilih berdasarkan agamanya.

Rasulullah saw bersabda, " ... Pilihlah wanita (untuk dinikahi) berdasarkan

agamanya, maka kamu akan berbahagia." (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

"Jika datang (melamar) kepadamu seseorang yang kamu sukai akhlak dan

agamanya, maka nikahkanlah (terimalah) dia." (HR Turmudzi)

Seseorang bersikap riya' dapat juga disebabkan pengaruh dari pergaulan

dengan teman-temannya yang beramal hanya untuk pamer. Oleh karena itu,

dalam memilih teman, setiap muslim harus bersikap selektif dan mencari

teman yang baik, yang menghormati dan mengamalkan ajaran agamanya.

Seseorang yang tidak mengenal Allah swt dengan baik, dapat menyebabkan

seseorang bersikap riya'. Seseorang yang mengenal Allah swt dengan baik,

tentu tidak akan bersikap riya' karena dia yakin sikap riya' tidak akan

memberikan manfaat apapun kepada dirinya karena dia mengetahui bahwa

orang lain tidak dapat memberikan mudarat atau maslahat kepada dirinya.

Seseorang bersikap riya' dapat juga karena menginginkan harta. Rasulullah saw

bersabda, "Barangsiapa berperang karena menginginkan zakat onta, maka

baginya apa yang dia niatkan." (HR an-Nasa'i dan Ahmad)

***

Tanda-tanda orang yang bersikap riya' yaitu rajin dan melipatgandakan

amal saleh jika mendapat pujian atau berada di antara orang banyak tetapi

malas dan enggan beramal saleh jika tidak mendapat pujian atau tidak ada

orang lain yang melihatnya. Termasuk orang yang riya' yaitu tidak melanggar

larangan Allah swt jika berada di antara orang banyak dan melanggarnya

ketika sedang sendirian. Rasulullah saw bersabda, "Sungguh saya mengetahui

suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal-

amal baik yang banyak, bagai salju menutupi gunung. Tetapi Allah menjadikan

amal-amal tersebut seperti debu yang berterbangan. Padahal mereka itu adalah

saudara-saudaramu dan kulit mereka juga seperti kulitmu. Mereka beribadah

di waktu malam sebagaimana yang kamu lakukan juga. Tetapi mereka

melanggar larangan-larangan Allah ketika sedang sendirian." (HR Ibnu Majah)

***

Sikap riya' yang dilakukan dapat berakibat buruk bagi yang melakukannya,

diantaranya ialah tertutupnya hidayah dan taufik Allah swt. Firman Allah,

Maka tatkala mereka berpaling, Allah memalingkan hati mereka. Dan Dia

tidak akan memberikan hidayah kepada kaum yang fasik
. (QS as-Shaf: 5)

Seseorang yang riya' - dimana ia melakukan amal saleh karena mencari

keridhaan orang banyak dan mengharapkan imbalan materi - terkadang

harapan dan keinginannya tidak terwujud karena tidak sesuai dengan

ketetapan dan takdir Allah. Ketika harapan dan keinginannya tidak terwujud,

maka terasa sempitlah kehidupannya dan gelisahlah hatinya. Sebab, dia tidak

mendapatkan ridha Allah dan tidak memperoleh hasil yang diharapkan dari

orang banyak. Allah berfirman, Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. Dan Kami akan

menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta
. (QS Thaha: 124)

Sikap riya' akan menghilangkan rasa hormat dari masyarakat kepada dirinya.

Hal ini karena Allah akan mencabut rasa hormat masyarakat kepada seseorang

yang bersikap riya'. Allah berfirman, " ... Dan barangsiapa dihinakan Allah,

maka tidak ada seorangpun yang memuliakannya ...
" (QS al-Hajj: 18)

Dampak buruk lainnya dari sikap riya' yaitu orang yang melakukannya akan

mendapat malu di dunia dan di akhirat. Rasulullah saw bersabda kepada

'Abdullah bin 'Amar bin 'Ash yang bertanya kepada Rasulullah saw tentang

jihad dan perang, "Hai 'Abdullah bin 'Amar, jika engkau berperang dalam

keadaan sabar dan mengharap pahala Allah, maka Allah akan membangkitkanmu

(di akhirat) dalam keadaan sabar dan mendapat pahala Allah. Tetapi jika engkau

berperang karena ingin pamer dan membanggakan diri, maka Allah akan

membangkitkanmu dalam keadaan pamer dan membanggakan diri.

Hai 'Abdullah bin 'Amar, dalam keadaan bagaimana kamu berperang atau gugur,

dalam keadaan seperti itu pula Allah membangkitkanmu
." (HR Abu Daud)

Rasulullah saw juga bersabda, "Barangsiapa memperdengarkan (kebaikannya),

maka Allah juga akan memperdengarkan (keburukannya)
." (HR Bukhari)

***

Seseorang yang riya' akan membatalkan amal ibadahnya karena orang yang riya'

orientasinya dalam beribadah adalah kepada makhluk bukan kepada Khaliq.

Allah swt telah mengisyaratkan dampak buruk ini dalam firman-Nya,

" ... Dan apabila mereka berdiri untuk bershalat, mereka berdiri dengan

malas. Mereka bermaksud pamer (dengan shalatnya) dihadapan manusia.

Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali
." (QS an-Nisa': 142)

Seseorang yang menyia-nyiakan amal ibadahnya dengan melakukan riya', maka

balasan yang dia peroleh di akhirat adalah siksaan yang berat. Rasulullah saw

bersabda, "Orang yang pertama-tama diadili kelak di hari kiamat adalah

orang yang mati syahid. Ia dihadapkan ke pengadilan, lalu diajukan kepadanya

nikmat-nikmat yang telah dia peroleh dan dia mengakuinya. Lalu Allah swt

bertanya kepadanya, 'Apa yang telah engkau perbuat dengan nikmat itu?'

Ia menjawab, 'Aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid.'

Allah swt berkata, 'Engkau berdusta! Sesungguhnya engkau berperang

supaya disebut pemberani dan sebutan itu telah engkau peroleh.'

Kemudian ia diseret dengan muka telungkup dan dilemparkan ke neraka.

***

Selanjutnya dihadapkan orang alim yang belajar dan mengajarkan ilmunya

serta membaca Al-Qur'an. Diajukan kepadanya nikmat-nikmat yang telah

diperolehnya dan dia mengakuinya. Lalu Allah swt bertanya kepadanya,

'Apa yang engkau perbuat dengan nikmat itu?' Ia menjawab, 'Aku belajar,

mengajar dan membaca Al-Qur'an karena Engkau.' Allah swt berkata,

'Engkau berdusta! Sesungguhnya engkau belajar supaya disebut sebagai

orang alim dan engkau membaca Al-Qur'an supaya disebut sebagai qari'

(ahli baca) dan sebutan itu telah engkau peroleh.' Kemudian ia

diseret dengan muka telungkup ke tanah dan dilemparkan ke neraka.

***

Sesudah itu dihadapkan orang yang diberi kekayaan oleh Allah dengan

berbagai macam harta. Diajukan kepadanya nikmat yang telah diperolehnya

dan dia pun mengakuinya. Lalu Allah swt bertanya, 'Apa yang engkau

perbuat dengan hartamu itu?' Ia menjawab, 'Aku tidak melewatkan satu

jalan pun yang Engkau sukai seseorang menginfakkan harta di dalamnya

kecuali aku melakukannya karena Engkau.' Allah swt berkata,

'Engkau berdusta! Sesunggguhnya engkau melakukan itu supaya disebut

pemurah dan sebutan itu telah engkau dapatkan.' Kemudian ia diseret

dengan muka telungkup ke tanah dan dilemparkan

ke neraka." (HR Muslim dan Nasa'i)

Rasulullah saw bersabda, "Kelak di hari kiamat, seseorang akan dihadapkan

dan dilemparkan ke neraka. Maka berserakanlah isi perutnya keluar, lalu

ia diputar-putar dengan itu seperti keledai memutari kilangan. Kemudian

penduduk neraka menghampirinya dan bertanya, 'Wahai fulan, apa dosamu?

Bukankah engkau suka beramar makruf nahi munkar?' Ia menjawab, 'Ya,

aku memang menyuruh yang makruf, tetapi aku sendiri tidak melakukannya;

aku melarang yang munkar, tetapi aku sendiri melanggarnya." (HR Muslim)

***

Penyakit riya' ini dapat dihilangkan atau dihindari dengan cara yaitu

selalu ingat akan dampak buruk penyakit ini bagi kehidupan di dunia dan

di akhirat; Menjauhkan diri bergaul dengan orang-orang yang suka riya' dan

bergaul dengan orang-orang yang benar dan ikhlas dalam beribadah; Mengenal

Allah swt dengan sebenar-benarnya. Mengenal Allah swt dapat dilakukan

dengan menjalani hidup di dunia ini berdasarkan Al-Qur'an dan sunah Nabi saw;

Kesungguhan hati untuk menghilangkan tindakan-tindakan yang mengarah pada

sikap riya'. Misalnya cinta kedudukan atau kehormatan, suka mendapat pujian

dari orang lain dan sebagainya; Bekerja sama dalam segala urusan;

Mengikuti adab (etika) Islam dalam pergaulan. Dengan demikian, tidak

berlebihan dalam memberikan pujian kepada orang lain dan tidak

meremehkan orang lain; Berlindung dan memohon pertolongan kepada

Allah swt. Barangsiapa berlindung dan memohon pertolongan kepada

Allah swt - dan dia berada dalam kebenaran - maka Allah swt akan

memantapkan hati dan menolong hamba-Nya; Menyadari bahwa segala

sesuatu di alam ini berjalan sesuai dengan takdir Allah swt.

Allah swt berfirman, "Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di

bumi dan (tidak pula) pada dirimu melainkan telah tertulis dalam

kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya

yang demikian itu mudah bagi Allah
." (QS al-Hadid: 22)

Sesungguhnya makhluk sekuat dan sekuasa apa pun, dia tidak mampu

memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya atau orang lain.

Allah swt berfirman, "Sesungguhnya makhluk-makhluk yang kamu seru

selain Allah itu adalah hamba-hamba yang serupa dengan kamu.

Maka serulah makhluk-makhluk itu dan biarkanlah mereka memperkenankan

permintaanmu jika kamu memang orang-orang yang benar
." (QS al-A'raf: 19)

"Sesungguhnya mereka (Bani Israil) sekali-kali tidak akan dapat

menjauhkan (menolak)-mu dari siksaan Allah
... " (QS al-Jatsiah: 19)



Copyright © 2000 - 2076