Penyakit Hati 5

MENGIKUTI HAWA NAFSU
 
Menurut bahasa "mengikuti hawa nafsu" berarti mengikuti sesuatu yang

disenangi atau dihasrati oleh jiwa. Sedangkan arti "mengikuti hawa nafsu" menurut

menurut istilah yaitu mengikuti sesuatu yang disenangi atau dihasrati oleh jiwa

tanpa didahului dengan petimbangan akal sehat, tanpa memperhatikan hukum

syariat dan tanpa mempertimbangkan akibat yang akan muncul.
 
Pandangan Islam mengenai "mengikuti hawa nafsu" terbagi menjadi dua yaitu

buruk dan baik. "Mengikuti hawa nafsu" yang buruk yaitu seperi yang

dimaksudkan dalam firman Allah swt, " ... Dan siapakah yang lebih sesat

daripada orang yang mengikuti keinginan hawa nafsunya tanpa

petunjuk dari Allah sedikit pun
... " (QS al-Qashash: 50)

Rasulullah saw bersabda, "Orang yang kuat (cerdas) adalah orang yang dapat

mengendalikan nafsunya dan yang beramal untuk kepentingan hidup setelah mati.

Sedangkan orang yang lemah (bodoh) adalah orang yang mengikuti keinginan hawa

nafsunya dan hanya dapat mengharapkan kebaikan Allah." (HR Turmudzi)

"Mengikuti hawa nafsu" yang baik dalam pandangan Islam yaitu yang sesuai

dengan syariat dan petunjuk Allah swt. Rasulullah saw bersabda, "Tidak

sempurna iman seorang mukmin hingga keinginan hawa nafsunya mengikuti

apa (wahyu) yang aku datangkan untuk kalian." (HR Abu Dawud)

***

Seseorang mengikuti hawa nafsunya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

tidak terbiasa melatih diri menahan hawa nafsu sejak kecil. Kedua orangtua

memanjakannya dengan memberikan materi yang berlebihan, melebihi apa yang

dibutuhkan. Walaupun pemberian tersebut karena kasih sayang orang tua

kepada anaknya, namun kasih sayang dengan memberikan materi secara

berlebihan tidaklah sesuai dengan fitrah dan tuntatan syariat.

Keinginan hati yang termasuk mubah - tidak berdosa  bila dikerjakan -

akan menjadi dosa jika pemenuhan keinginan hati itu akan menyebabkan

yang bersangkutan lengah dari jihad di jalan Allah swt. Firman Allah swt,

"Katakanlah, 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,

istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,

perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat

tinggalmu yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah,

Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan

petunjuk kepada orang-orang fasik'
." (QS at-Taubah: 24)

Berdasarkan ayat di atas, kecintaan kita terhadap istri, anak, harta,

perniagaan dan lain-lain tidak boleh berlebihan hingga melebihi kecintaan

kita terhadap Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah.

***

Bergaul dengan orang-orang yang mengumbar hawa nafsunya akan membuat

seseorang terpengaruh untuk mengikutinya. Faktor lainnya yang dapat

membuat seseorang mengumbar hawa nafsunya adalah kurangnya mengenal

Allah dan akhirat. Allah swt berfirman, "Wahai manusia, telah dibuat

perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan tersebut.

Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak

dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk

menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka,

tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah

si penyembah dan amat lemahlah yang disembahnya. Mereka tidak mengenal

Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar

Mahakuat lagi Mahaperkasa
". (QS al-Hajj: 73-74)

***

Dampak buruk akibat mengikuti hawa nafsu diantaranya ialah mengurangi

ketaatan kita, mengeraskan hati dan akhirnya mematikan hati. Jika hati

telah mati, padahal ia merupakan esensi manusia, maka apa lagi yang

tersisa bagi manusia? Tiada lagi yang tersisa bagi manusia kecuali hanya

seonggok tulang dan daging. Rasulullah saw bersabda, "Sesunguhnya Allah

tidak melihat bentuk tubuhmu dan hartamu. Dia hanya melihat

hati dan amal perbuatanmu." (HR Muslim)

***

Orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya akan meremehkan dosa-dosa yang

telah diperbuatnya. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin

melihat dosa-dosanya bagai orang yang duduk di bawah gunung yang ditakutinya

akan jatuh menimpanya. Sedangkan orang durhaka melihat dosa-dosanya

bagai melihat seekor lalat lewat di depan hidungnya ... " (HR Muslim)
     
Dampak lainnya dari mengikuti hawa nafsunys yaitu tidak mendapat hidayah

ke jalan yang lurus. Allah swt berfirman, "Maka pernahkah kamu melihat

orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah

membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. Allah telah mengunci mati

pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya.

Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya

sesat? Mengapa engkau tidak mengambil pelajaran
." (QS al-Jatsiyah: 23)

Cara-cara untuk menyembuhkan penyakit mengikuti hawa nafsu diantaranya

selalu mengingat bahwa kebahagiaan dan kesenangan hanya diperoleh dengan

mengikuti syariat Allah, bukan mengikuti semua keinginan hati. Allah swt

berfirman, " ... Maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan

sesat dan tidak akan celaka
." (QS Thaha: 123)

" ... Maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran

atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati
." (QS al-Baqarah: 38)

Cara lain untuk tidak mengikuti hawa nafsu adalah meminta pertolongan

kepada Allah. Sesungguhnya Allah akan menolong orang yang berlindung dan

memohon pertolongan kepada-Nya. Mahabenar Allah yang berfirman dalam

hadits qudsi, "Wahai hamba-Ku, kamu semua adalah orang-orang yang

tersesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk. Mintalah petunjuk kepadaku,

niscaya kamu akan Aku beri petunjuk." (HR Muslim)




ISRAF
 
Arti Israf (belebih-lebihan) secara istilah adalah melampaui batas

kesederhanaan dalam makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal dan

lain-lain yang termasuk dalam insting manusia. Faktor-faktor penyebab

munculnya sikap hidup berlebihan diantaranya, yaitu hidup mewah.

Seorang Muslim yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang hidup

mewah, biasanya sering berlebihan dalam masalah makan, minum dan lain-

lainnya. Sikap hidup tersebut pada akhirnya dapat berakibat anak-anak

tidak terbiasa hidup dalam kesederhanan dan hal ini dapat menimbulkan

sikap hidup berlebihan dalam diri anak tersebut ketika dewasa.

***

Mendapat keluasan setelah tertimpa musibah dapat menimbulkan sikap

hidup berlebihan. Banyak orang yang hidupnya serba sulit, mereka

dapat tetap sabar. Tetapi ketika mereka mendapatkan keluasan dan

kemudahan hidup, mereka menjadi sulit untuk hidup sederhana.

Rasulullah saw bersabda, "Bergembiralah dan renungkanlah, apa

sesungguhnya yang menggembirakanmu. Demi Allah, aku tidak

menghawatirkan kemeralatan menimpamu. Tetapi aku khawatir bila

keluasan (kemewahan) dunia menimpamu sebagaimana yang pernah

menimpa orang-orang sebelum kamu, lalu kamu berlomba-lomba

dengan kemewahan tersebut dan kamu binasa seperti mereka."

(HR Bukhari dan Muslim)

***

Jalan menuju ridha Allah dan surga bukanlah jalan yang gampang, di mana

kita dapat menuju ke sana dengan santai-santai saja. Jalan menuju ke surga

itu penuh dengan duri, air mata, keringat, darah dan perlu pengorbanan jiwa.

Maka, memasuki jalan ke surga bukanlah dengan kemewahan dan hidup

santai, tetapi dengan kerja keras dan hidup dalam kesederhanaan.

Allah swt berfirman, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga

padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana yang menimpa orang-

orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan

kesengsaraan, serta digoncangkan dengan berbagai macam cobaan, sehingga

berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman menanyakan, 'Kapan

datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan

Allah itu amat dekat
." (QS al-Baqarah: 214)

***

Tidak peduli dengan keadaan yang menakutkan di hari kiamat.

Pada hari kiamat, suasana sangat menakutkan, sehingga suasana dan

gambaran hari kiamat tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Barangsiapa selalu mengingat dan memikirkan hari kiamat, dia dapat

mengendalikan hidupnya untuk tidak bermewah-mewahan. Rasulullah saw

bersabda, "Jika kamu mengetahui apa-apa yang aku ketahui, niscaya kamu

akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (HR Bukhari dan Muslim)

***

Tidak peduli pada kehidupan kaum muslimin yang serba kekurangan dan

menuruti hawa nafsu dapat menyebabkan seseorang bersikap hidup secara

berlebihan. Mengabaikan watak kehidupan dunia. Watak alam tidak tetap

dalam satu keadaan saja, tetapi selalu berubah-ubah. Hari ini Anda

berkecukupan, tetapi keesokan harinya Anda dalam keadaan kekurangan.

Kita harus dapat menempatkan nikmat pada tempatnya. Kita harus berhemat

dengan kelebihan rezeki pada hari yang telah lewat, baik dalam hal harta,

kesehatan dan waktu untuk kepentingan hari yang akan datang.

***

Akibat dari sikap hidup berlebihan diantaranya menimbulkan penyakit

jasmani. Contoh penyakit jasmani ini dapat berupa tingginya kolesterol

dalam tubuh karena berlebihan dalam mengonsumsi makanan yang

mengandung gula. Dampak buruk lainnya yaitu kekerasan hati.

Hati menjadi lembut dan halus jika kita merasa lapar atau sedikit

makan dan menjadi keras bila kita kekenyangan atau banyak makan.

Ketika hati menjadi keras biasanya orang tersebut akan malas

beribadah dan berbuat kebaikan atau ketaatan. Jika orang tersebut

memaksakan diri untuk beribadah, dia tidak akan merasakan nikmatnya

beribadah. Dampak lainnya dari sikap hidup berlebihan yaitu menggerakkan

motivasi kepada keburukan atau kemaksiatan. Sikap hidup berlebihan

menimbulkan kekuatan besar pada hawa nafsu. Kekuatan besar itu akan

membangkitkan insting kebinatangan yang terdapat dalam diri manusia.

Ketika itulah seseorang tidak akan aman untuk tidak terjerumus dalam

kemaksiatan dan dosa, kecuali orang yang mendapat rahmat Allah swt.

***

Cara menanggulangi penyakit israf dapat dilakukan dengan cara yaitu

berpikir tentang dampak buruk dari hidup boros. Mengekang hawa nafsu

dengan cara malaksanakan shalat malam, puasa sunah senin kamis,

bersedekah, menghatamkan al-Qur'an setiap tiga bulan sekali, berusaha

mengikuti sunah Rasulullah saw dan perilaku-perilaku beliau saw,

terutama kesederhanaan hidup yang beliau contohkan. Rasulullah saw

bersabda, "Tidak ada tempat yang lebih buruk daripada perut manusia

yang diisi penuh dengan makanan. Manusia cukup makan beberapa suap

sekadar untuk membuat punggungnya berdiri tegak. Keseluruhan isi perut

terbagi tiga yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga lagi untuk minuman

dan sepertiga terakhir untuk nafas (angin)." (HR Turmudzi)

***

Cara lainnya untuk menghindari penyakit israf yaitu selalu mengikuti

perilaku ulama salaf, yakni para sahabat dan ulama yang benar-benar

mengamalkan ilmunya. Salman al-Farisi mengunjungi Abu Bakar ash-

Shiddiq ra saat beliau sakit --- sakit yang membawa pada kematiannya ---

untuk meminta nasihat. Salman berkata, "Hai khalifah, berilah aku nasihat."

Abu Bakar ra berkata, "Sesungguhnya Allah yang membuka dunia untuk

kamu. Maka janganlah seseorang mengambil dari dunia untuk kamu. Maka,

janganlah seseorang mengambil dari dunia ini kecuali yang

menyampaikannya ke akhirat."

***

Selalu mengingat mati dan kehidupan setelah mati. Hal ini akan membuat

seseorang jauh dari sikap hidup berlebihan dan akan menjaganya agar tidak

terjerumus untuk kedua kalinya, karena dia lebih memikirkan bagaimana

mempersiapkan diri menghadapi saat pergi dan menemui Allah swt.



Copyright © 2000 - 2076