MENGIKUTI HAWA NAFSU
Menurut bahasa "mengikuti hawa nafsu" berarti mengikuti sesuatu yang
disenangi atau dihasrati oleh jiwa. Sedangkan arti "mengikuti hawa nafsu" menurut
menurut istilah yaitu mengikuti sesuatu yang disenangi atau dihasrati oleh jiwa
tanpa didahului dengan petimbangan akal sehat, tanpa memperhatikan hukum
syariat dan tanpa mempertimbangkan akibat yang akan muncul.
Pandangan Islam mengenai "mengikuti hawa nafsu" terbagi menjadi dua yaitu
buruk dan baik. "Mengikuti hawa nafsu" yang buruk yaitu seperi yang
dimaksudkan dalam firman Allah swt, " ... Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang mengikuti keinginan hawa nafsunya tanpa
petunjuk dari Allah sedikit pun ... " (QS al-Qashash: 50)
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang kuat (cerdas) adalah orang yang dapat
mengendalikan nafsunya dan yang beramal untuk kepentingan hidup setelah mati.
Sedangkan orang yang lemah (bodoh) adalah orang yang mengikuti keinginan hawa
nafsunya dan hanya dapat mengharapkan kebaikan Allah." (HR Turmudzi)
"Mengikuti hawa nafsu" yang baik dalam pandangan Islam yaitu yang sesuai
dengan syariat dan petunjuk Allah swt. Rasulullah saw bersabda, "Tidak
sempurna iman seorang mukmin hingga keinginan hawa nafsunya mengikuti
apa (wahyu) yang aku datangkan untuk kalian." (HR Abu Dawud)
***
Seseorang mengikuti hawa nafsunya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
tidak terbiasa melatih diri menahan hawa nafsu sejak kecil. Kedua orangtua
memanjakannya dengan memberikan materi yang berlebihan, melebihi apa yang
dibutuhkan. Walaupun pemberian tersebut karena kasih sayang orang tua
kepada anaknya, namun kasih sayang dengan memberikan materi secara
berlebihan tidaklah sesuai dengan fitrah dan tuntatan syariat.
Keinginan hati yang termasuk mubah - tidak berdosa bila dikerjakan -
akan menjadi dosa jika pemenuhan keinginan hati itu akan menyebabkan
yang bersangkutan lengah dari jihad di jalan Allah swt. Firman Allah swt,
"Katakanlah, 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,
istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat
tinggalmu yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah,
Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan
petunjuk kepada orang-orang fasik'." (QS at-Taubah: 24)
Berdasarkan ayat di atas, kecintaan kita terhadap istri, anak, harta,
perniagaan dan lain-lain tidak boleh berlebihan hingga melebihi kecintaan
kita terhadap Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah.
***
Bergaul dengan orang-orang yang mengumbar hawa nafsunya akan membuat
seseorang terpengaruh untuk mengikutinya. Faktor lainnya yang dapat
membuat seseorang mengumbar hawa nafsunya adalah kurangnya mengenal
Allah dan akhirat. Allah swt berfirman, "Wahai manusia, telah dibuat
perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan tersebut.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak
dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka,
tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah
si penyembah dan amat lemahlah yang disembahnya. Mereka tidak mengenal
Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Mahakuat lagi Mahaperkasa". (QS al-Hajj: 73-74)
***
Dampak buruk akibat mengikuti hawa nafsu diantaranya ialah mengurangi
ketaatan kita, mengeraskan hati dan akhirnya mematikan hati. Jika hati
telah mati, padahal ia merupakan esensi manusia, maka apa lagi yang
tersisa bagi manusia? Tiada lagi yang tersisa bagi manusia kecuali hanya
seonggok tulang dan daging. Rasulullah saw bersabda, "Sesunguhnya Allah
tidak melihat bentuk tubuhmu dan hartamu. Dia hanya melihat
hati dan amal perbuatanmu." (HR Muslim)
***
Orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya akan meremehkan dosa-dosa yang
telah diperbuatnya. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin
melihat dosa-dosanya bagai orang yang duduk di bawah gunung yang ditakutinya
akan jatuh menimpanya. Sedangkan orang durhaka melihat dosa-dosanya
bagai melihat seekor lalat lewat di depan hidungnya ... " (HR Muslim)
Dampak lainnya dari mengikuti hawa nafsunys yaitu tidak mendapat hidayah
ke jalan yang lurus. Allah swt berfirman, "Maka pernahkah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya.
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya
sesat? Mengapa engkau tidak mengambil pelajaran." (QS al-Jatsiyah: 23)
Cara-cara untuk menyembuhkan penyakit mengikuti hawa nafsu diantaranya
selalu mengingat bahwa kebahagiaan dan kesenangan hanya diperoleh dengan
mengikuti syariat Allah, bukan mengikuti semua keinginan hati. Allah swt
berfirman, " ... Maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan
sesat dan tidak akan celaka." (QS Thaha: 123)
" ... Maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." (QS al-Baqarah: 38)
Cara lain untuk tidak mengikuti hawa nafsu adalah meminta pertolongan
kepada Allah. Sesungguhnya Allah akan menolong orang yang berlindung dan
memohon pertolongan kepada-Nya. Mahabenar Allah yang berfirman dalam
hadits qudsi, "Wahai hamba-Ku, kamu semua adalah orang-orang yang
tersesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk. Mintalah petunjuk kepadaku,
niscaya kamu akan Aku beri petunjuk." (HR Muslim)
ISRAF
Arti Israf (belebih-lebihan) secara istilah adalah melampaui batas
kesederhanaan dalam makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal dan
lain-lain yang termasuk dalam insting manusia. Faktor-faktor penyebab
munculnya sikap hidup berlebihan diantaranya, yaitu hidup mewah.
Seorang Muslim yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang hidup
mewah, biasanya sering berlebihan dalam masalah makan, minum dan lain-
lainnya. Sikap hidup tersebut pada akhirnya dapat berakibat anak-anak
tidak terbiasa hidup dalam kesederhanan dan hal ini dapat menimbulkan
sikap hidup berlebihan dalam diri anak tersebut ketika dewasa.
***
Mendapat keluasan setelah tertimpa musibah dapat menimbulkan sikap
hidup berlebihan. Banyak orang yang hidupnya serba sulit, mereka
dapat tetap sabar. Tetapi ketika mereka mendapatkan keluasan dan
kemudahan hidup, mereka menjadi sulit untuk hidup sederhana.
Rasulullah saw bersabda, "Bergembiralah dan renungkanlah, apa
sesungguhnya yang menggembirakanmu. Demi Allah, aku tidak
menghawatirkan kemeralatan menimpamu. Tetapi aku khawatir bila
keluasan (kemewahan) dunia menimpamu sebagaimana yang pernah
menimpa orang-orang sebelum kamu, lalu kamu berlomba-lomba
dengan kemewahan tersebut dan kamu binasa seperti mereka."
(HR Bukhari dan Muslim)
***
Jalan menuju ridha Allah dan surga bukanlah jalan yang gampang, di mana
kita dapat menuju ke sana dengan santai-santai saja. Jalan menuju ke surga
itu penuh dengan duri, air mata, keringat, darah dan perlu pengorbanan jiwa.
Maka, memasuki jalan ke surga bukanlah dengan kemewahan dan hidup
santai, tetapi dengan kerja keras dan hidup dalam kesederhanaan.
Allah swt berfirman, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga
padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana yang menimpa orang-
orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan dengan berbagai macam cobaan, sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman menanyakan, 'Kapan
datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu amat dekat." (QS al-Baqarah: 214)
***
Tidak peduli dengan keadaan yang menakutkan di hari kiamat.
Pada hari kiamat, suasana sangat menakutkan, sehingga suasana dan
gambaran hari kiamat tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Barangsiapa selalu mengingat dan memikirkan hari kiamat, dia dapat
mengendalikan hidupnya untuk tidak bermewah-mewahan. Rasulullah saw
bersabda, "Jika kamu mengetahui apa-apa yang aku ketahui, niscaya kamu
akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (HR Bukhari dan Muslim)
***
Tidak peduli pada kehidupan kaum muslimin yang serba kekurangan dan
menuruti hawa nafsu dapat menyebabkan seseorang bersikap hidup secara
berlebihan. Mengabaikan watak kehidupan dunia. Watak alam tidak tetap
dalam satu keadaan saja, tetapi selalu berubah-ubah. Hari ini Anda
berkecukupan, tetapi keesokan harinya Anda dalam keadaan kekurangan.
Kita harus dapat menempatkan nikmat pada tempatnya. Kita harus berhemat
dengan kelebihan rezeki pada hari yang telah lewat, baik dalam hal harta,
kesehatan dan waktu untuk kepentingan hari yang akan datang.
***
Akibat dari sikap hidup berlebihan diantaranya menimbulkan penyakit
jasmani. Contoh penyakit jasmani ini dapat berupa tingginya kolesterol
dalam tubuh karena berlebihan dalam mengonsumsi makanan yang
mengandung gula. Dampak buruk lainnya yaitu kekerasan hati.
Hati menjadi lembut dan halus jika kita merasa lapar atau sedikit
makan dan menjadi keras bila kita kekenyangan atau banyak makan.
Ketika hati menjadi keras biasanya orang tersebut akan malas
beribadah dan berbuat kebaikan atau ketaatan. Jika orang tersebut
memaksakan diri untuk beribadah, dia tidak akan merasakan nikmatnya
beribadah. Dampak lainnya dari sikap hidup berlebihan yaitu menggerakkan
motivasi kepada keburukan atau kemaksiatan. Sikap hidup berlebihan
menimbulkan kekuatan besar pada hawa nafsu. Kekuatan besar itu akan
membangkitkan insting kebinatangan yang terdapat dalam diri manusia.
Ketika itulah seseorang tidak akan aman untuk tidak terjerumus dalam
kemaksiatan dan dosa, kecuali orang yang mendapat rahmat Allah swt.
***
Cara menanggulangi penyakit israf dapat dilakukan dengan cara yaitu
berpikir tentang dampak buruk dari hidup boros. Mengekang hawa nafsu
dengan cara malaksanakan shalat malam, puasa sunah senin kamis,
bersedekah, menghatamkan al-Qur'an setiap tiga bulan sekali, berusaha
mengikuti sunah Rasulullah saw dan perilaku-perilaku beliau saw,
terutama kesederhanaan hidup yang beliau contohkan. Rasulullah saw
bersabda, "Tidak ada tempat yang lebih buruk daripada perut manusia
yang diisi penuh dengan makanan. Manusia cukup makan beberapa suap
sekadar untuk membuat punggungnya berdiri tegak. Keseluruhan isi perut
terbagi tiga yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga lagi untuk minuman
dan sepertiga terakhir untuk nafas (angin)." (HR Turmudzi)
***
Cara lainnya untuk menghindari penyakit israf yaitu selalu mengikuti
perilaku ulama salaf, yakni para sahabat dan ulama yang benar-benar
mengamalkan ilmunya. Salman al-Farisi mengunjungi Abu Bakar ash-
Shiddiq ra saat beliau sakit --- sakit yang membawa pada kematiannya ---
untuk meminta nasihat. Salman berkata, "Hai khalifah, berilah aku nasihat."
Abu Bakar ra berkata, "Sesungguhnya Allah yang membuka dunia untuk
kamu. Maka janganlah seseorang mengambil dari dunia untuk kamu. Maka,
janganlah seseorang mengambil dari dunia ini kecuali yang
menyampaikannya ke akhirat."
***
Selalu mengingat mati dan kehidupan setelah mati. Hal ini akan membuat
seseorang jauh dari sikap hidup berlebihan dan akan menjaganya agar tidak
terjerumus untuk kedua kalinya, karena dia lebih memikirkan bagaimana
mempersiapkan diri menghadapi saat pergi dan menemui Allah swt.