MEREMEHKAN AMALAN SEHARI - HARI
Seseorang yang menunda-nunda beribadah akan menyebabkan yang
bersangkutan melalaikan amalan sehari-hari. Rasulullah saw bersabda,
"Bersegeralah kamu mengambil manfaat dari tujuh kesempatan dengan
mengerjakan amal saleh. Apakah kamu akan menundanya hingga kamu menjadi
orang miskin yang terlupakan, orang kaya yang aniaya, menderita sakit
yang membinasakan, orang tua yang jarang mengingat Allah, meninggal
dunia, kedatangan dajjal atau kedatangan hari kiamat." (HR Turmudzi)
Rasulullah saw juga telah bersabda, "Ambillah lima kesempatan sebelum
datang lima kesempitan: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu
sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, masa longgarmu
sebelum datang masa sibukmu dan hidupmu sebelum datang matimu."
(HR Ibn Abi Syaibah)
***
Seseorang yang meremehkan amalan sehari-hari dapat berkibat buruk bagi
dirinya. Akibat buruk tersebut diantaranya adalah tidak takut dan malu untuk
berbuat maksiat, malas untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang telah
diwajibkan, jiwanya gelisah, kehilangan wibawa dan pengaruh dari masyarakat,
tertutup dari pertolongan dan taufik Allah swt. Allah swt berfirman,
"Barangsiapa berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an),
maka Kami adakan bagi mereka setan (yang menyesatkan). Setan itulah yang
menjadi teman yang selalu menyertai mereka. Dan sesungguhnya setan-setan
itu benar-benar menghalanginya dari jalan yang benar dan mereka menyangka
bahwa mereka mendapat petunjuk." (QS az-Zukhruf: 36-37)
Rasulullah saw bersabda, "Umat manusia akan mengerumuni kalian seperti
orang-orang mengerumuni hidangan makanan." Seorang sahabat bertanya,
"Apakah karena kami sedikit pada masa itu?" Nabi saw menjawab, "Tidak.
Bahkan jumlah kalian banyak pada masa itu, tetapi kalian seperti buih lautan.
Allah akan mencabut rasa takut musuh kalian terhadap kalian dan
melemparkan kelemahan dalam hari kalian." Seorang sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah saw, kelemahan yang bagaimana?" Nabi saw menjawab,
"Cinta dunia dan takut mati." (HR Abu Daud dan Ahmad)
***
Rasulullah saw juga telah bersabda kepada Ibn 'Abbas, "Hai nak, saya
beritahukan kepadamu beberapa kalimat. Peliharalah (hubungan dengan) Allah,
niscaya Dia akan memeliharamu. Peliharalah (hubungan dengan) Allah,
niscaya kamu akan mendapati keagungan-Nya. Apabila kamu meminta,
mintalah kepada Allah; apabila kamu memohon perlindungan, mohonlah
kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika suatu kaum bersepakat
memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka itu tak akan
memberikan manfaat kepadamu kecuali karena sudah ditetapkan oleh Allah.
Dan jika mereka bersepakat untuk membahayakanmu dengan sesuatu, maka
mereka tak bisa membahayakanmu kecuali karena sudah ditetapkan
oleh Allah." (HR Turmudzi dan Ahmad)
***
Penyakit meremehkan amalan sehari-hari dapat disembuhkan diantaranya
dengan meninggalkan perbuatan buruk dan maksiat, termasuk maksiat-maksiat
kecil. Allah swt berfirman, "Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah
dirilah kepada-Nya sebelum datang azab atasmu, kemudian kamu tidak dapat
ditolong lagi. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu
tidak menyadarinya. Hal ini supaya jangan ada orang yang mengatakan,
'Amat besar penyesalanku atas kelalaian dalam menunaikan kewajiban
terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang
mengolok-olok agama.' Atau supaya jangan ada yang berkata, 'Kalau
sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk
orang-orang yang bertaqwa.' Atau supaya jangan ada yang berkata ketika
melihat azab, 'Kalau sekiranya aku dapat kembali ke dunia, niscaya
aku akan termasuk orang-orang yang berbuat kebajikan.' Sekali-kali
tidaklah demikian, sesungguhnya telah datang keterangan-keterangan-Ku
kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri.
Dan kamu adalah termasuk orang-orang kafir.'" (QS az-Zumar: 54-59)
Rasulullah saw bersabda, "Hindarilah dosa-dosa kecil. Karena, ia akan
berkumpul pada diri seseorang hingga membinasakannya." (HR Ahmad)
***
Tidak berlebihan dalam perkara mubah, terutama dalam hal makanan dan
minuman. Rasulullah saw bersabda, "Tak ada tempat yang lebih buruk
daripada perut anak Adam yang diisi penuh makanan. Cukuplah bagi anak
Adam itu beberapa suap yang bisa menegakkan tulang punggungnya.
Sesungguhnya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiganya lagi untuk
minuman dan sepertiganya yang lain untuk napas." (HR Bukhari)
Mengatur waktu antara tekun beribadah sehari-hari dengan melaksanakan
tugas-tugas yang lain. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya bagi Tuhanmu
ada hak atas dirimu, bagi jiwamu ada hak atas dirimu dan bagi keluargamu
ada hak atas dirimu. Maka berikanlah hak masing-masing mereka."
(HR Bukhari, at-Turmudzi dan Abu Ya'la al-Manshali)
Menekuni amalan sehari-hari sehingga tidak menimbulkan sikap
meremehkan amalan sehari-hari. Rasulullah saw bersabda,
" ... Barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia memperoleh
dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosa mereka sedikit pun." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud,
at-Turmudzi, Ibn Majah dan Ahmad)
***
Menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan yaitu bagaimana Rasulullah saw
selalu mengamalkan ibadah sehari-hari, padahal Allah swt telah mengampuni
kesalahan-kesalahan Rasulullah saw dan menjanjikan tempat yang terpuji
untuk Rasulullah saw. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang nasibnya
di akhirat kelak, apakah ia akan berada di surga atau di neraka.
Mengingat dosa-dosa yang telah dilakukan. Hal ini akan membuat seseorang
menekuni amalan sehari-hari untuk menutup amal ibadah yang terlewatkan
dan menutup dosa-dosa kecil yang telah dilakukan. Contoh yang baik mengenai
hal ini adalah kisah para tukang sihir Fir'aun yang merasakan manisnya iman
sehingga menolak perintah Fir'aun. Allah swt berfirman, "Para tukang sihir
berkata, 'Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu (Fir'aun) daripada
bukti-bukti nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan
yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah apa yang hendak kamu
putuskan. Sesungguhnya kamu hanya dapat memutuskan pada kehidupan
dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah menyatakan beriman kepada Tuhan
kami supaya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah
kamu paksakan kepada kami untuk melaksanakannya. Dan Allah
lebih baik dan lebih kekal.'" (QS Thaha: 72-73)
Mengingatkan diri sendiri bahwa kematian dapat datang secara mendadak.
Kalaupun tidak mendadak, kematian biasanya didahului oleh sakit, kemudian
mati dan berakhir dengan penyesalan. Tetapi penyesalan itu
terjadi setelah waktu dan kesempatannya berlalu.
BERLEBIHAN DALAM BERAGAMA
Makna berlebihan dalam beragama menurut istilah Islam, berarti
memperdalam, melebih-lebihkan atau melampaui batas dalam ucapan dan
perbuatan. Allah swt berfirman, "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra
Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah
kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,
Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit
dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
sebagai Pemelihara." (QS an-Nisa': 171)
***
Allah swt berfirman, "Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu
berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu.
Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat
dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan
kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."
(QS al-Maa'idah: 77)
Rasulullah saw bersabda, "Celakalah orang yang berlebihan di dalam
mengamalkan agama." Rasulullah mengulangi perkataan
ini sampai tiga kali. (HR Muslim)
***
Contoh orang yang berlebihan dalam beragama diantaranya yaitu
banyak bertanya mengenai sesuatu yang belum terjadi atau tidak
disinggung hukumnya oleh Allah swt. Allah swt berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada
Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan
kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang
diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu)
tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan
hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka
tidak percaya kepadanya." (QS al-Maa'idah: 101-102)
***
Menyibukkan diri dengan masalah-masalah furu' 'cabang' dengan
mengabaikan masalah yang pokok. Juga dengan mengerahkan upaya
untuk mendalami masalah khilafiyah dengan meninggalkan ketetapan
yang sudah disepakati dan disetujui oleh para mujtahid, seperti orang
yang berkutat dengan masalah menggosok gigi, memendekkan kain di
atas mata kaki dan sebagainya. Mereka tidak mempersoalkan penerapan
syariat Islam yang tidak diberlakukan, mengabaikan peredaran khamar,
perzinaan, penampakkan aurat di muka umum dan perbuatan
merusak lainnya yang termasuk dosa besar.
Berlebihan dalam beragama termasuk orang yang berprinsip asal dari
segala perkara itu dilarang atau haram. Padahal menurut kaidah yang
benar ialah bahwa segala sesuatu itu pada asalnya adalah mubah (boleh)
atau halal kecuali ada nash (dalil) yang menyatakan sebaliknya.
***
Sikap berlebihan dalam beragama dapat dihilangkan dengan menerapkan
hukum Allah di bumi yang mencakup akidah, syariah, akhlak, sistem,
hukum, pemikiran dan perilaku pada berbagai tingkatan yaitu
individual, sosial, rakyat dan pemerintahan. Allah swt berfirman,
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS ar-Rum: 30)
" ... dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah
bagi orang-orang yang yakin?" (QS al-Maa'idah: 50)
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah
kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah
kamu mengambil pelajaran (daripadanya)." (QS al-A'raf: 3)
" ... lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan
sesat dan tidak akan celaka." (QS Thaha: 123)
" ... maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati." (QS al-Baqarah: 38)
***
Membuka pandangan mereka yang berlebihan dalam beragama terhadap
konsep ubudiyah 'keibadahan', dakwah kepada Allah dan pemberian fatwa
yang diantaranya terdiri dari penyusunan skala prioritas, pemahaman
tujuan syariat, pemahaman nash-nash hukum dan kaitan antar nash.
Juga pengajian stratifikasi hukum, metode penetapan hukum, hubungan
antarhukum ketika terjadi kontradiksi, memperhatikan etika perselisihan,
pengetahuan mengenai nilai-nilai amal dan peringkatnya. Peringkat
suruhan dan larangan. Tingkatan manusia dalam kaitannya dengan
berbagai amal, penilaian kondisi manusia dan alasannya serta pengajian
Sunnatullah yang berlaku bagi makhluk-Nya seperti masalah alam
semesta dan syariat, terutama Sunnatullah yang berkaitan
dengan syarat memperoleh pertolongan Allah.
Senantiasa menelaah sejarah manusia pada umumnya dan sejarah Islam
khususnya. Sejarah itu berisikan contoh mengenai manusia yang berlebihan
dalam beragama. Dalam sejarah terdapat dampak buruk yang