Penyakit Hati 7

MEREMEHKAN AMALAN SEHARI - HARI
 
Seseorang yang menunda-nunda beribadah akan menyebabkan yang

bersangkutan melalaikan amalan sehari-hari. Rasulullah saw bersabda,

"Bersegeralah kamu mengambil manfaat dari tujuh kesempatan dengan

mengerjakan amal saleh. Apakah kamu akan menundanya hingga kamu menjadi

orang miskin yang terlupakan, orang kaya yang aniaya, menderita sakit

yang membinasakan, orang tua yang jarang mengingat Allah, meninggal

dunia, kedatangan dajjal atau kedatangan hari kiamat." (HR Turmudzi)

Rasulullah saw juga telah bersabda, "Ambillah lima kesempatan sebelum

datang lima kesempitan: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu

sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, masa longgarmu

sebelum  datang masa sibukmu dan hidupmu sebelum datang matimu."

(HR Ibn Abi Syaibah)

***

Seseorang yang meremehkan amalan sehari-hari dapat berkibat buruk bagi

dirinya. Akibat buruk tersebut diantaranya adalah tidak takut dan malu untuk

berbuat maksiat, malas untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang telah

diwajibkan, jiwanya gelisah, kehilangan wibawa dan pengaruh dari masyarakat,

tertutup dari pertolongan dan taufik Allah swt. Allah swt berfirman,

"Barangsiapa berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an),

maka Kami adakan bagi mereka setan (yang menyesatkan). Setan itulah yang

menjadi teman yang selalu menyertai mereka. Dan sesungguhnya setan-setan

itu benar-benar menghalanginya dari jalan yang benar dan mereka menyangka

bahwa mereka mendapat petunjuk
." (QS az-Zukhruf: 36-37)

Rasulullah saw bersabda, "Umat manusia akan mengerumuni kalian seperti

orang-orang mengerumuni hidangan makanan." Seorang sahabat bertanya,

"Apakah karena kami sedikit pada masa itu?" Nabi saw menjawab, "Tidak.

Bahkan jumlah kalian banyak pada masa itu, tetapi kalian seperti buih lautan.

Allah akan mencabut rasa takut musuh kalian terhadap kalian dan

melemparkan kelemahan dalam  hari kalian." Seorang sahabat bertanya,

"Wahai Rasulullah saw, kelemahan yang bagaimana?" Nabi saw menjawab,

"Cinta dunia dan takut mati." (HR Abu Daud dan Ahmad)

***

Rasulullah saw juga telah bersabda kepada Ibn 'Abbas, "Hai nak, saya

beritahukan kepadamu beberapa kalimat. Peliharalah (hubungan dengan) Allah,

niscaya Dia akan memeliharamu. Peliharalah (hubungan dengan) Allah,

niscaya kamu akan mendapati keagungan-Nya. Apabila kamu meminta,

mintalah kepada Allah; apabila kamu memohon perlindungan, mohonlah

kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika suatu kaum bersepakat

memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka itu tak akan

memberikan manfaat kepadamu kecuali karena sudah ditetapkan oleh Allah.

Dan jika mereka bersepakat untuk membahayakanmu dengan sesuatu, maka

mereka tak bisa membahayakanmu kecuali karena sudah ditetapkan

oleh Allah." (HR Turmudzi dan Ahmad)

***

Penyakit meremehkan amalan sehari-hari dapat disembuhkan diantaranya

dengan meninggalkan perbuatan buruk dan maksiat, termasuk maksiat-maksiat

kecil. Allah swt berfirman, "Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah

dirilah kepada-Nya sebelum datang azab atasmu, kemudian kamu tidak dapat

ditolong lagi. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu

dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu

tidak menyadarinya. Hal ini supaya jangan ada orang yang mengatakan,

'Amat besar penyesalanku atas kelalaian dalam menunaikan kewajiban

terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang

mengolok-olok agama.' Atau supaya jangan ada yang berkata, 'Kalau

sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk

orang-orang yang bertaqwa.' Atau supaya jangan ada yang berkata ketika

melihat azab, 'Kalau sekiranya aku dapat kembali ke dunia, niscaya

aku akan termasuk orang-orang yang berbuat kebajikan.' Sekali-kali

tidaklah demikian, sesungguhnya telah datang keterangan-keterangan-Ku

kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri.

Dan kamu adalah termasuk orang-orang kafir.'" (QS az-Zumar: 54-59)

Rasulullah saw bersabda, "Hindarilah dosa-dosa kecil. Karena, ia akan

berkumpul pada diri seseorang hingga membinasakannya
." (HR Ahmad)

***

Tidak berlebihan dalam perkara mubah, terutama dalam hal makanan dan

minuman. Rasulullah saw bersabda, "Tak ada tempat yang lebih buruk

daripada perut anak Adam yang diisi penuh makanan. Cukuplah bagi anak

Adam itu beberapa suap yang bisa menegakkan tulang punggungnya.

Sesungguhnya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiganya lagi untuk

minuman dan sepertiganya yang lain untuk napas." (HR Bukhari)

Mengatur waktu antara tekun beribadah sehari-hari dengan melaksanakan

tugas-tugas yang lain. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya bagi Tuhanmu

ada hak atas dirimu, bagi jiwamu ada hak atas dirimu dan bagi keluargamu

ada hak atas dirimu. Maka berikanlah hak masing-masing mereka."

(HR Bukhari, at-Turmudzi dan Abu Ya'la al-Manshali)

Menekuni amalan sehari-hari sehingga tidak menimbulkan sikap

meremehkan amalan sehari-hari. Rasulullah saw bersabda,

" ...  Barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia memperoleh

dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi

dosa mereka sedikit pun." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud,

at-Turmudzi, Ibn Majah dan Ahmad)

***

Menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan yaitu bagaimana Rasulullah saw

selalu mengamalkan ibadah sehari-hari, padahal Allah swt telah mengampuni

kesalahan-kesalahan Rasulullah saw dan menjanjikan tempat yang terpuji

untuk Rasulullah saw. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang nasibnya

di akhirat kelak, apakah ia akan berada di surga atau di neraka.

Mengingat dosa-dosa yang telah dilakukan. Hal ini akan membuat seseorang

menekuni amalan sehari-hari untuk menutup amal ibadah yang terlewatkan

dan menutup dosa-dosa kecil yang telah dilakukan. Contoh yang baik mengenai

hal ini adalah kisah para tukang sihir Fir'aun yang merasakan manisnya iman

sehingga menolak perintah Fir'aun. Allah swt berfirman, "Para tukang sihir

berkata, 'Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu (Fir'aun) daripada

bukti-bukti nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan

yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah apa yang hendak kamu

putuskan. Sesungguhnya kamu hanya dapat memutuskan pada kehidupan

dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah menyatakan beriman kepada Tuhan

kami supaya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah

kamu paksakan kepada kami untuk melaksanakannya. Dan Allah

lebih baik dan lebih kekal.'" (QS Thaha: 72-73)

Mengingatkan diri sendiri bahwa kematian dapat datang secara mendadak.

Kalaupun tidak mendadak, kematian biasanya didahului oleh sakit, kemudian

mati dan berakhir dengan penyesalan. Tetapi penyesalan itu

terjadi setelah waktu dan kesempatannya berlalu.




BERLEBIHAN DALAM BERAGAMA

Makna berlebihan dalam beragama menurut istilah Islam, berarti

memperdalam, melebih-lebihkan atau melampaui batas dalam ucapan dan

perbuatan. Allah swt berfirman, "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu

melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan

terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra

Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya

yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah

kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu).

(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,

Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit

dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah

sebagai Pemelihara
." (QS an-Nisa': 171)

***

Allah swt berfirman, "Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu

berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu.

Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat

dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan

kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus
."

(QS al-Maa'idah: 77)

Rasulullah saw bersabda, "Celakalah orang yang berlebihan di dalam

mengamalkan agama." Rasulullah mengulangi perkataan

ini sampai tiga kali. (HR Muslim)

***

Contoh orang yang berlebihan dalam beragama diantaranya yaitu

banyak bertanya mengenai sesuatu yang belum terjadi atau tidak

disinggung hukumnya oleh Allah swt. Allah swt berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada

Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan

kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang

diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu)

tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan

hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka

tidak percaya kepadanya
." (QS al-Maa'idah: 101-102)

***

Menyibukkan diri dengan masalah-masalah furu' 'cabang' dengan

mengabaikan masalah yang pokok. Juga dengan mengerahkan upaya

untuk mendalami masalah khilafiyah dengan meninggalkan ketetapan

yang sudah disepakati dan disetujui oleh para mujtahid, seperti orang

yang berkutat dengan masalah menggosok gigi, memendekkan kain di

atas mata kaki dan sebagainya. Mereka tidak mempersoalkan penerapan

syariat Islam yang tidak diberlakukan, mengabaikan peredaran khamar,

perzinaan, penampakkan aurat di muka umum dan perbuatan

merusak lainnya yang termasuk dosa besar.

Berlebihan dalam beragama termasuk orang yang berprinsip asal dari

segala perkara itu dilarang atau haram. Padahal menurut kaidah yang

benar ialah bahwa segala sesuatu itu pada asalnya adalah mubah (boleh)

atau halal kecuali ada nash (dalil) yang menyatakan sebaliknya.

***

Sikap berlebihan dalam beragama dapat dihilangkan dengan menerapkan

hukum Allah di bumi yang mencakup akidah, syariah, akhlak, sistem,

hukum, pemikiran dan perilaku pada berbagai tingkatan yaitu

individual, sosial, rakyat dan pemerintahan. Allah swt berfirman,

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
." (QS ar-Rum: 30)

" ... dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah

bagi orang-orang yang yakin
?" (QS al-Maa'idah: 50)

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah

kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah

kamu mengambil pelajaran (daripadanya)
." (QS al-A'raf: 3)

" ... lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan

sesat dan tidak akan celaka
." (QS Thaha: 123)

" ... maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada

kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka

bersedih hati
." (QS al-Baqarah: 38)

***

Membuka pandangan mereka yang berlebihan dalam beragama terhadap

konsep ubudiyah 'keibadahan', dakwah kepada Allah dan pemberian fatwa

yang diantaranya terdiri dari penyusunan skala prioritas, pemahaman

tujuan syariat, pemahaman nash-nash hukum dan kaitan antar nash.

Juga pengajian stratifikasi hukum, metode penetapan hukum, hubungan

antarhukum ketika terjadi kontradiksi, memperhatikan etika perselisihan,

pengetahuan mengenai nilai-nilai amal dan peringkatnya. Peringkat

suruhan dan larangan. Tingkatan manusia dalam kaitannya dengan

berbagai amal, penilaian kondisi manusia dan alasannya serta pengajian

Sunnatullah yang berlaku bagi makhluk-Nya seperti masalah alam

semesta dan syariat, terutama Sunnatullah yang berkaitan

dengan syarat memperoleh pertolongan Allah.

Senantiasa menelaah sejarah manusia pada umumnya dan sejarah Islam

khususnya. Sejarah itu berisikan contoh mengenai manusia yang berlebihan

dalam beragama. Dalam sejarah terdapat dampak buruk yang

dilakukan oleh kaum yang berlebih-lebihan.

Copyright © 2000 - 2076