12. PARA IBU
Di beberapa tempat Perjanjian Lama memerintahkan untuk memperlakukan orang tua dengan baik dan penuh perhatian dan mencela mereka yang tidak menghormati mereka. Misalnya,
"Bila seseorang mengutuk ayah ibunya , dia harus dibunuh" (Leviticuas 0 : 9) dan
"Orang yang bijak menggembirakan ayahnya tetapi orang yang bodoh merendahkan ibunya" (Proverbs 15 : 20)
Meskipun mengormati ayah seorang diri disebut dalam beberapa tempat, seperti
"Seorang laki-laki yang bijak mematuhi perintah ayahnya" (Proverbs 13 : 1),
namun penghormatan terhadap ibu sendiri tidak pernah disebut dalam Perjanjian Lama. Lebih- lebih lagi tidak ada penekanan khusus dalam memperlakukan ibu dengan baik sebagai tanda penghargaaan atas penderitaan besarnya dalam mengandung, melahirkan dan menyyusui anak. Di samping itu ibu-ibu tidaklah mewarisi sama sekali harta kekayaan anak-anaknya, sedang ayah mewarisinya. ( 42 Epstein, op. cit., p. 122).
Sulit untuk mengatakan bahwa Perjanjian Baru sebagai Kitab Suci menyeru untuk menghormati ibu. Sebaliknya, orang akan mendapat kesan bahwa Perjanjian Baru menganggap perlakuan baik terhadap ibu sebagai sesuatu yang menghalangi jalan kepada Tuhan.. Menurut Perjanjian Baru, seseorang tidak bisa menjadi seorang Kristen yang baik yang berharga untuk menjadi murid dari Jesus kecuali jika dia membenci ibunya. Hal ini dikaitkan kepada Jesus yang telah berkata:
"Bila seseorang datang kepadaku dan tidak membenci ayah ibunya, isterinya dan anak-anaknya, saudara laki-laki dan perempuannya - ya bahkan dirinya sendiri - dia tidak dapat menjadi muridku" (Lukas 14 : 26)
Selanjutnya, Perjanjian Baru melukiskan seorang Jesus sebagai tidak mengacuhkan, bahkan tidak menghormati ibunya sendiri. Misalnya, ketika ibunya datang mencari dia ketika dia saat itu sedang berkhotbah di hadapan rakyatnya, dia tidak peduli untuk keluar menemui ibunya:
"Kemudian ibu dan saudara-saudara laki-laki Jesus datang. Sementara berdiri di luar, mereka mengirimkan seseorang untuk memanggil Jesus. Sejumlah orang sedang duduk di sekelilingnya dan mereka berkata kepadanya, "Ibumu dan saudara-saudara laki-lakimu ada di luar mencarimu." "Siapakah ibuku dan saudara-saudara laki-lakiku?" dia bertanya. Kemudian dia memandang kepada mereka yang duduk di sekililingnya dan berkata, "Disinilah ibuku dan saudara-saudara laki-lakiku! Barang siapa melaksanakan kehendak Tuhan adalah saudara-saudara laki-laki dan perempuanku serta ibuku." (Markus 3 ; 31-35)
Orang boleh berdebat bahwa Jesus sedang berusaha mengajar para pendengarnya suatu pelajaran yang penting bahwa ikatan keagamaan tidak kalah penting dengan ikatan keluarga. Tetapi Jesus dapat saja mengajarkan ajaran yang sama kepada para pendengarnya tanpa harus menunjukkan ketidak acuhan yang mutlak terhadap ibunya. Sikap sama yang tidak menghormati dilukiskan ketika dia menolak untuk menyetujui pernyataan yang dibuat oleh salah satu anggota jemaahnya yang memberkati peranan ibunya dalam melahirkan dan menyusui dia:
"Ketika Jesus sedang mengatakan hal-hal ini, seorang wanita dalam kerumunan itu berseru: Diberkati wanita yang melahirkan dan membesarkanmu." Dia menjawab: "Lebih diberkati mereka yang mendengarkan firman Tuhan dan mematuhinya." (Lukas 11 : 27-28)
Bila seorang ibu dengan sosok seperti perawan Maryam telah diperlakukan demikian tidak sopan, seperti terlukis dalam Perjanjian Baru, oleh seorang anak dengan sosok seorang Jesus Kristus, lalu bagaimana perlakuan terhadap kebanyakan ibu-ibu Kristen oleh kebanyakan putera-putera Kristen mereka?
Di dalam Islam, pujian, kehormatan dan penghargaan yang terkait dengan ibu adalah tidak ada bandingannya. Al Qur'an meletakkan arti penting kebaikan terhadap orang tua hanya sebagai nomor dua sesudah pemujaan terhadap Allah Yang Maha Kuasa.:
"Tuhanmu telah memerintahkan agar engkau tidak menyembah apapun kecuali DIA, dan bahwa engkau harus berlaku baik terhadap orang tuamu. Apakah salah seorang atau keduanya itu mencapai usia lanjut dalam hidupmu, janganlah engkau ucapkan kata umpatan atau bentakan, tetapi berkatalah kepada mereka dengan hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan katakanlah: "Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik kami selagi kecil." (17 : 23-24)
Al Qur'an dalam beberapa tempat menekankan arti penting peranan ibu dalam melahirkan dan membesarkan anak-anaknya:
"Dan KAMI perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKU dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepadaKUlah kembalimu." (31 : 14)
Kedudukan ibu yang sangat istimewa dalam Islam telah digambarkan dengan mengesankan oleh Nabi Muhammad SAW:
"Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi: "Siapakah yang paling harus aku hormati ? Nabi menjawabab: "Ibumu," "Dan lalu siapa lagi?" kata laki-laki itu. Nabi menjawab: "Ibumu." "Dan selanjutnya siapa lagi?" Nabi menjawab; "Ibumu." Dan lalu siapa lagi?" tanya laki-laki itu. Nabi menjawab: "Ayahmu." (Bukhari Muslim)
Di antara beberapa aturan tingkah laku dalam Islam yang orang-orang Muslim masih dengan setia memperhatikannya hingga saat ini adalah perlakuan yang penuh perhatian kepada ibu. Penghargaan yang ibu-ibu Muslim terima dari anak-anak laki-laki dan perempuannya adalah ideal. Hubungan intens yang hangat antara ibu-ibu Muslim dan putera puteri mereka dan penghormatan yang mendalam dengan mana laki-laki Muslim bersikap terhadap ibu-ibu mereka biasanya membuat orang-orang Barat kagum ( 43 Armstrong, op. cit., p. 8)