Koan
Koan adalah semacam cerita pendek atau terkadang puisi,
yang menceritakan ajaran buddha yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
penerangan (enlightment). Ceritanya kadang membingungkan, tetapi coba lihat dan
baca sendiri aja dan make your own conclusion!!
Secangkir teh
Nan-in, seprang Master Zen menrima seorang Dosen Universitas yang mencari
tahu tentang Zen.
Nan-in menghidangkan secangkir teh . Ia menuangkan teh itu ke dalam cangkir
tamunya hingga penuh, dan masih saja terus menuang.
Dosen tersebut memandang tumpahan teh hingga akhirnya ia tidak bisa bertahan
untuk berdiam diri. "Sudah penuh, tidak muat lagi!"
"Sama seperti cangkir ini, "Nan-in mengatakan, "anda penuh
dengan gagasan dan spekulasi diri anda sendiri. Bagaimana saya bisa
menunjukkan kepada anda Zen, jika anda tidak mengosongkan terlebih
dahulu?"
Zen Joshu
Seorang murid bertanya pada Joshu, "Jika saya tidak mempunyai apa-apa
di dalam pikiran, apakah yang harus saya lakukan?"
Joshu menjawab, "Buanglah."
"Akan tetapi, jika saya tidak mempunyai apa-apa, bagaimana saya bisa
membuangnya?" jawab murid yang bertanya itu.
"Yah", kata Joshu, "lalu isilah."
Waktu Untuk Mati
Ikkyu secara tidak sengaja menjatuhkan cangkir kesayangan gurunya dan
ketakutan sekali. Ketika ia mendengar langkah kaki gurunya, ia segera
memungut pecahan cangkir itu dan menyembuyikannya di balik badannya. Ketika
melihat gurunya, Ikkyu bertanya, " Mengapa manusia harus mati?"
"Itu adalah proses alami," jelas gurunya. "Segala sesuatu
harus mati dan hanya mempunyai rentang waktu hidup tertentu."
Ikkyu memperlihatkan cangkir teh yang telah pecah sambil berjata' "
Sudah waktunya bagi cangkir guru untuk mati."
Tidak Ada
Yamaoka Tesshu, sebagai pelajar muda Zen, mengunjungi Dokuon dari Shohoku.
Dengan maksud menunjukkan pencapaiannya ia berkata, "Pikiran, Buddha,
dan makhluk berindera, semuanya tidak ada. Sifat sebenarnya dari semua
fenomena adalah kehampaan. Tidak ada penyadaran, tiada khayalan, tiada orang
bijak, tidak ada orang awam. Tidak ada pemberian dan tidak ada yang
diterima."
Dokuon, secara diam-diam merokok, tidak mengatakan apa-apa. Tiba-tiba ia
memukul Yamaoka dengan pipa rokok bambunya, ini membuat pemuda itu marah.
"Jika tidak ada apa-apa", jelas Dokuon, "Dari manakah
kemarahan ini bersumber?"
(Sumber : Daging Zen, Tulang Zen, terjemahan, 1996)
(Silakan anda mengirim e-mail kepada saya
tentang page ini. Saya membutuhkan masukan, saran, atau kritik dan jika saya
membuat kesalahan, tolong beritahu saya. Saya termasuk awam tentang ajaran
Buddha).