Kembali

Ikatan Alumni

SEBUAH KEPENTINGAN UNTUK GERAK BERSAMA

Oleh: Catur Febri Hananto, S.Hut (Angkatan ’93)

 

 


Bercermin dari universitas-universitas besar di Jawa yang memiliki Fakultas Kehutanan, maka kita sangat ketinggalan dalam banyak hal.  Pengorganisasian anggota, informasi kampus dan peluang kerja, jaringan perbantuan kegiatan mahasiswa, beasiswa bagi mahasiswa dan kampus, sampai pada pergerakan untuk menyongsong otonomi.

 

Saat tulisan ini terbuat, saya mendengar kabar bahwa dalam waktu dekat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) akan mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) di Balikpapan. Bayangkan, sebuah pertemuan antara alumni sebuah universitas besar di Jawa dilakukan di Kalimantan.  Sebuah kebanggaan bisa menasionalkan diri sebagai alumni yang tidak hanya berkonsentrasi di Jawa. Bahkan dalam rangkaian acara tersebut diadakan seminar di Samarinda yang bertajuk Otonomi Daerah. Dan yang lebih mencengangkan lagi, acara tersebut diadakan di Dinas Kehutanan Kaltim.

 

Sebenarnya, adalah sebuah kewajaran apabila alumni-alumni sebuah universitas besar mengadakan pertemuan akbar di luar daerah kuliahnya, apalagi banyak juga lulusan UGM yang berasal dari Kalimantan dan telah menjadi “orang berhasil” di sini.  Dan kekaguman saya bukan untuk memperkecil hati kita tetapi lebih pada sebuah kalimat: “Kita pun pasti bisa, bahkan lebih dari itu !!!.

 

K i t a, alumni Fakultas Kehutanan  Unmul,  adalah potensi-potensi negara yang mengemban amanat ratusan juta hektar Hutan Tropis Katulistiwa.  Kita adalah bagian dari sebuah siklus bisnis besar triliunan rupiah dan miliaran dollar uang yang bersumber dari kayu-kayu kualitas terbaik. Kita adalah  a s e t  daerah yang dikenal sebagai Propinsi terkaya di Indonesia. Kita adalah sebuah kekuatan yang telah lahir sejak eksploitasi komersial skala besar merambah Kaltim. Kita adalah yang juga bertanggungjawab atas kerusakan hutan dan vegetasi serta terpinggirkannya masyarakat lokal.

 

Harus diakui bahwa secara individual potensi alumni Fahutan Unmul telah mewarnai berbagai sisi kehutanan nasional dan internasional. Setiap tahunnya professor-profesor baru terlahir dan ratusan karya ilmiah menghiasi jurnal-jurnal ilmiah dan popular. Seiring bertambahnya wawasan dan peta globalisasi, pertumbuhan lembaga swadaya masyarakat sebagai “bisnis baru” telah menempatkan sarjana-sarjana kehutanan sebagai anggota aktif komunitas bermanajemen efektif tersebut. Dan saya yakin dengan bertambahnya umur dunia ini maka akan meningkatkan pula jenis “bisnis baru” yang secara langsung maupun tidak menggunakan jasa alumni Fakultas Kehutanan ataupun keilmuan di bidang ke-alam-an.

 

Namun secara “almamater”, harus diakui bahwa label alumni Fahutan Unmul masih “kalah” gengsi dan kalah intelek dibanding alumni IPB atau UGM yang bekerja di institusi yang sama (khususnya HPH). Juga peran alumni Fahutan Unmul secara kelompok untuk mewarnai kebijakan kehutanan Kaltim dan Indonesia dapat dikatakan kurang, jika tidak ingin disebut tidak ada sama sekali. Seminar-seminar kehutanan di Kaltim banyak digagas oleh institusi yang berbau 2 universitas besar di Jawa tersebut. Kebijakan-kebijakan kehutanan Kaltim pun jarang dibuat dengan melibatkan alumni Fahutan Unmul secara individual maupun kelompok. Paling-paling peran alumni Fahutan Unmul sedikit tertolong dengan permintaan wartawan Manuntung Kaltim Pos untuk menanggapi sebuah masalah dengan menulis artikel.

 

Memang, di dunia yang semakin tanpa batas ini peran primordialisme almamater mulai memudar seiring berbaurnya masyarakat dunia tanpa memandang asal usul. Namun sebuah kepedulian tentang nasib alumni-alumni yang juga teman-teman seperjuangan  dibangku kuliah dulu adalah tidak jelek. Dan isu primordial yang melokal juga tidak salah untuk dikemukakan, apalagi di era otonomi daerah sekarang ini. Banyaknya alumni yang belum memiliki pekerjaan yang relatif tetap cukup kontras dengan terus masuknya alumni Fahutan dari daerah lain untuk bekerja di sektor kehutanan Kaltim. Melimpahnya dana Kaltim dalam masa otonomi sepertinya menggelitik dan mendorong kita untuk berinisiatif memperjuangkan nasib rekan-rekan yang ingin bekerja dalam komunitas kehutanan non wiraswasta.

 

Berpijak dari keperluan untuk bernostalgia juga bisa dijadikan alasan untuk bertukar informasi tentang peluang bisnis, peluang kerja, peluang pengabdian dan sebagainya yang semakin membuat penting artinya sebuah Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman.

 

Dan jika sedikit mendengar keluhan dari pengurus IKA Fahutan Unmul yang mandeg di bawah kepe-mimpinan Bapak Maman Sutisna maka keperluan untuk menjadikan kepengurusan lebih profesional terasa masuk akal. Beberapa senior yang telah saya minta pendapatnya juga menganjurkan agar kita meninggalkan budaya “pengurus sosial” dan beralih pada “pengurus profesional” untuk ikatan kita ini. Pengajuan-pengajuan kepengurusan bukan lagi asal main tunjuk atau asal senior, tetapi inisiatif dan proposal dari siapa saja yang merasa sanggup untuk mengurus sebuah badan usaha alumni ini.

 

D e n g a n  bermaksud mengajak siapa saja alumni Fahutan Unmul yang berminat untuk berinisiatif maka saya mengajukan diri untuk “ngurusin” IKA Fahutan Unmul dengan melihat titik berat pada program yang mungkin “muluk-muluk”:

 

KEBUTUHAN

Alumni Fahutan Unmul memiliki berbagai kepentingan terhadap kepengurusan IKA Fahutan Unmul seperti di bawah ini:

Ø      NOSTALGIA  (r e u n i/ pulang kampus, tempat nyantai); dibutuhkan Rumah Alumni, Media Komunikasi Berkala, Museum/Pusat Dokumentasi, Reuni Tahunan.

Ø      P E L U A N G (pekerjaan, kerjasama usaha, jaringan kerja); perlu dibuat Bursa Tenaga Kerja, mengerjakan proyek-proyek kehutanan, fasilitasi pasar kerjasama antar alumni. 

Ø      PENGABDIAN (K e p a d a Kampus dan Hutan); memberikan beasiswa kepada mahasiswa dan alumni, perkuat posisi IKA Fahutan Unmul dalam penentuan arah kehutanan Kaltim dan Indonesia.

Ø      PENGURUS YANG PROFESIONAL (khusus)


 


BAGAN USULAN STRUKTUR KEPENGURUSAN IKA FAHUTAN UNMUL

 

·   DIREKTUR: Bertanggung jawab atas tugas-tugas dari Musyawarah Besar Alumni dan perjanjian kerja dengan pemegang saham serta mengelola usaha atas inisiatif sendiri.

·   MANAJER SEKRETARIAT: Mengurusi media informasi, rumah alumni, urusan nyantai (olah raga, hiburan, dll) dan bursa tenaga kerja.

·   MANAJER HUBUNGAN LUAR: Mengurusi pengabdian kampus dan hutan.

·  MANAJER PROYEK / USAHA: Mengurusi pencarian  dan pengelolaan usaha/proyek.

 

Alur kepengurusan di atas menghendaki sebuah keberanian untuk menjadi profesional dan jiwa entrepreneur, apalagi di era yang semakin tidak gratis ini. Tentunya nilai-nilai kesetiakawanan, kepentingan bernostalgia dan pengabdian tanpa pamrih bukannya dilarang.  Minimal, kita bisa menghargai sebuah pelayanan dan secara bersama-sama memiliki niat mulia untuk saling mengisi. Semoga acara Pertemuan Ikatan Alumni Fakultas Kehutanan Unmul dapat berlangsung lancar dan memberi dampak yang secara umum baik.

(Yang menginginkan kemajuan bersama Alumni Fahutan Unmul**)