|
Daftar Isi: | |
Kisah 1: Kisah Seekor Kupu-Kupu (file pdf:78,85 kb) | |
Kisah 2: Mutiara (file pdf: 93,73 kb) | |
Kisah 3: Kisah Sesendok Madu (file pdf: 82 kb) |
Kisah 1: Kisah Seekor Kupu-Kupu
Seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Semuanya tak pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.
Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut. Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita mintakan. Kita mungkin tidak akan pernah dapat "Terbang". Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan maha Penyayang. Kita memohon Kekuatan.… Dan Tuhan memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar. Kita memohon kebijakan... Dan Tuhan memberi kita Berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana. Kita memohon kemakmuran...Dan Tuhan memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran. Kita memohon Keteguhan Hati...Dan Tuhan memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi. Kita memohon Cinta...Dan Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Kita Memohon kemurahan / kebaikan hati...Dan Tuhan memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.
Begitulah cara Tuhan membimbing Kita... Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan? Kadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti / mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan, padahal justru itulah yang terbaik untuk kita.
Hai
Anakku." Kata Seorang Guru kepada muridnya yang duduk berhadapan dihamparan
pasir pantai. "Sepertinya sudah cukup engkau belajar dariku, saatnya engkau
belajar dari dunia luar, lingkungan yang sebenarnya", papar Sang Guru
kemudian. "Namun ada satu hal lagi yang harus engkau lakukan,
sebagai bekalmu nanti, dan pelajaran akhir dariku.”
"Apa itu Guru ?" tanya murid tersebut.
"Carilah
mutiara di laut yang indah itu."
"Mencari
mutiara di laut itu Guru ?" tanya murid minta kepastian.
"Bukankah di dasar laut itu gelap Guru, bagaimana aku bisa tahu itu
mutiara atau bukan?"
"Dengan
ilmu yang engkau miliki, engkau bisa menerangi dasar laut
yang gelap tsb sehingga engkau bisa membedakan mana yang mutiara dan
bukan", jelas Gurunya. "Kecuali
kalo kamu sengaja mengambil yang bukan mutiara."
“Baiklah
kalo bagitu Guru."
"Untuk
itu aku akan memberimu sesuatu buatmu, yang pertama adalah kuberi kau sebuah
kantung di mana dengan kantung ini kau bisa menyimpan mutiara yang engkau
dapatkan sebanyak-banyaknya, semakin banyak kau dapatkan maka kau akan semakin
kuat sehingga bisa untuk mencari mutiara di tempat lain, jangan kau masukkan
mutiara yang cacat atau selain mutiara, karena hal itu akan melemahkanmu dan
akan membuatmu berat, mengerti kau?"
"Mengerti
Guru, lalu apa lagi Guru?"
"Satu
lagi, yaitu kuberi engkau sebuah kotak, yang dengan kotak ini
engkau dapat menyimpan mutiara maksimal sebanyak empat. Namun tidak
sembarangan mutiara yang engkau masukkan. Masukkanlah mutiara yang
menurutmu paling bagus, paling indah, paling bersinar, bisa
menyenangkanmu, semakin cepat engkau memasukkan mutiara yang menurutmu paling
indah tersebut dalam kotak ini, maka kekuatanmu akan berlipat ganda, lebih dari
kantung mutiara tadi, tapi ingat jika engkau memasukkan mutiara ke dalam kotak
itu lebih dari satu sedang engkau tidak bisa menahan kekuatannya, maka engkau
yang akan mendapat kerugian, kotak tersebut akan pecah, mutiara tersebut akan
hilang dan kekuatanmu akan melemah, engkau harus pandai-pandai dan bijaksana
mengambil keputusan, serta aku sangat tidak menyukai engkau mengambil lagi
mutiara yang telah engkau masukkan dalam kotak tersebut kecuali jika memang
mutiara yang engkau masukkan justru akan mengurangi kekuatanmu dan ingat,
waktumu sampai matahari terbenam di ufuk Barat." jelas Guru tersebut pada
muridnya.
"Baiklah
Guru, akan kuingat pesanmu" jawab muridnya sambil menerima kedua barang
dari Gurunya.
Tidak
lama kemudian turunlah murid tersebut ke dalam lautan. Dengan
ilmunya, dia sanggup berada di dalam laut, dan mampu melihat dasar laut yang
gelap gulita. Kemudian diapun sibuk mencari mutiara di antara batu-batu kerikil,
banyak mutiara yang ditemukan, ada kemilau, bersinar, dan sebagainya.
"Lumayan
juga, banyak mutiara yang telah kudapatkan, tenagaku pun
terasa lebih kuat, aku akan pergi ke tempat lain lagi, barangkali di sana
kutemukan mutiara yang cocok untuk kotak ini" pikir murid tersebut sambil
memasukkan mutiara-mutiara yang ditemuinya ke dalam kantung. Di tempat lain, hal
samapun dilakukan, sambil mencari mutiara yang cocok untuk dimasukkan dalam
kotak, sampai suatu ketika ditemuinya sebuah mutiara yang cukup membuat hatinya
tertarik, sebuah mutiara putih bersih kemilauan dengan sinarnya yang terang
menerangi hati. Akhirnya diambil mutiara tersebut dan dimasukkan kedalam kotak.
Benar kata Gurunya, mutiara tersebut memberi kekuatan yang berlipat ganda, tapi
masih ada waktu lagi untuk mencari, maka pergilah dia ketempat lain untuk
mengumpulkan mutiara-mutiara yang lain. Namun ditempat lain tersebut ditemuinya
lagi sebuah mutiara yang lebih indah dari mutiara yang dimasukkan kotak
tersebut. Muncul kebimbangan hati dalam diri murid tersebut.
"Guruku
berpesan, jika aku tidak kuat, maka jangan memasukkan mutiara
ini ke dalam kotak yang sudah terisi, akan berbahaya bagiku, Guruku juga
melarangku untuk mengeluarkan mutiara dalam kotak ini apalagi mutiara tsb telah
memberiku kekuatan, tapi mutiara ini teramat indah, lebih indah dari
sebelumnya" cukup lama juga murid tersebut dalam kebimbangan, akhirnya
diputuskan untuk memasukkan mutiara terindah itu ke dalam kantung saja, kemudian
dia melanjutkan lagi perjalanannya mencari mutiara karena waktunya masih ada. Di
tempat lain dia juga mengalami hal serupa, dia menemukan mutiara yang lebih
indah lagi, tapi dengan ketetapan hatinya, dia tetap mempertahankan mutiara
dalam kotak tersebut. dan meletakkan mutiara terindah itu ke dalam kantung,
hingga batas waktunya telah tiba, dan dia harus kembali pada sang Guru.
Ditemuilah
Gurunya dengan membawa hasil yang diperolehnya.
"Guru,
aku sudah menyelesaikan tugas ini Guru, aku sudah berhasil membawa mutiara dalam
kantung ini dan dalam kotak ini"
"Bagus
kalau begitu, ketahuilah wahai anakku, aku akan memberitahumu sesuatu di balik
hal tersebut, Ketauhilah bahwa kantung yang kuberikan itu ibarat tempat untuk
menampung teman/sahabat, maka carilah sahabat yang baik.
Buatmu carilah sahabat yang menjadi mutiara bagimu yang mampu memberimu
kebaikan, semakin banyak engkau memiliki sahabat, maka akan banyak sahabat lagi
yang akan kau dapatkan di kemudian hari, seakan-akan tempat itu bisa menampung
tak terbatas banyaknya, semakin banyak akan semakin baik, tetapi jika engkau
memiliki sahabat yang buruk yang bukan mutiara bagimu, maka hal itu akan
memberatkanmu dan akan merugikanmu."
"Lalu
apa maksud dari kotak ini Guru?"
"Kotak ini memiliki maksud dengan pasangan hidup atau istri, nanti dalam hidupmu, engkau hanya diperkenankan memiliki istri maksimal empat, carilah istri yang engkau anggap paling indah, paling engkau suka menurut pandanganmu karena hal itu akan memberimu kekuatan, kebahagian kesenangan, mungkin juga setelah engkau memiliki istri, suatu saat engkau akan menemukan lagi orang yang lebih indah menurut pandanganmu, jika engkau memang sanggup dan dapat berlaku adil dan bijaksana, maka hal itu baik juga bagimu, tetapi jika engkau tidak kuat, dan tidak dapat berlaku adil pada mereka maka engkau juga yang akan menderita, dan terbebani, juga akan membuat mutiara tersebut tidak bisa memberimu kekuatan, justru memberatkanmu, Jika engkau mengeluarkan mutiara atau engkau menceraikan istrimu padahal dia telah memberikan kebaikan bagimu, sesungguhnya hal itu sangat tidak disukai,dan engkau telah dzalim kepadanya. kecuali jika memang istrimu bukan mutiara, tidak memberikan kebaikan bagimu, melainkan memberatkanmu maka menceraikannya adalah hal yang baik bagimu. Karenanya engkau harus pandai-pandai dalam mengambil keputusan, engkau harus bisa memilih mutiara diantara batu-batu dan memilih mutiara terbaik bagimu serta engkau harus bijaksana jika engkau suatu saat menemukan orang yang lebih baik dari istrimu, menemukan mutiara yang lebih baik dari yang ada, apakah engkau mengerti Wahai Anakku"
"Insya
Allah mengerti Guru"
"Nanti
jika engkau telah berada diluar, gunakanlah ilmumu, gunakanlah Al-Islam sebagai
penerang bagimu, dalam menentukan mana yang baik dan yang buruk, insya Allah
engkau akan mendapatkan hasil akhir yang baik jika engkau berpegang
padanya."
"Baik
Guru, insya Allah saya akan mengingat pesan-pesan Guru, jika
nanti saya berada di dunia luar, doakan saya agar saya sanggup berpegang
teguh dengan Al-Islam."
(Ikhwan
Izzuddin Al-Farisy)
==============================================================
"Ya Alloh, tetapkanlah
hati ini untuk selalu mencintai-Mu, Janganlah
Kau palingkan wajahku kejalan yang lain, dekatkanlah hatiku hanya
Kepada-Mu, kupasrahkan semua amalanku hanya kepada-Mu, jauhkanlah
riya', sombong dari pandanganku, karena godaannya terlalu berat
bagiku"
==============================================================
Alkisah,
pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warga kotanya.
Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah
ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan ke dalam sebuah bejana yang
telah disediakan di puncak bukit di tengah kota.
Seluruh warga pun memahami benar perintah tersebut dan menyatakan
kesediaan mereka untuk melaksanakannya.
Tetapi,
dalam pikiran sorang warga kota (katakanlah Si A) terlintas suatu cara untuk
mengelak, “Aku akan membawa sesendok penuh tetapi bukan madu.
Aku akan membawa air. Kegelapan
malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang.
Sesendok air pun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan diisi
madu oleh seluruh warga kota.”
Tibalah
waktu yang telah ditetapkan. Apa
yang kemudian terjadi? Bejana
ternyata terisi seluruhnya oleh air. Rupanya,
semua warga kota berpikiran sama dengan Si A.
Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan
diri dari tanggung jawab.
Kisah
simbolik ini dapat terjadi, bahkan mungkin telah sering terjadi, dalam berbagai
masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam, memberikan
petunjuk-petunjuk agar kejadian di atas tidak terjadi:
Katakanlah (Hai Muhammad), inilah jalanku.
Aku mengajak ke jalan Alloh disertai dengan pembuktian yang nyata.
Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108).
Dalam
redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya
sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan
pengikut-pengikutnya.
Berperang
atau berjuang di jalan Alloh tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri,
dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS
4:8).
Perhatikanlah
kata-kata “tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri.”
Nabi Muhammad saw. Pernah bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri,
kemudian susulkanlah keluargamu.” Setiap
orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas yang dipimpinnya,
ini berarti bahwa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental yang demikian inilah yang dapat menjadikan
bejana Sang Raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.
Dari: Lentera Hati, karya M. Quraish Shihab. Penerbit: Mizan