Home > Artikel > (Sekali Lagi) Jangan Bayangkan Linux itu Gratis

(Sekali Lagi) Jangan Bayangkan Linux itu Gratis

Lanjutan dari (Lagi-Lagi) Jangan Bayangkan Linux itu Gratis, Apalagi Murah (?)

Saya salah, telah mengira perdebatan seputar gratis tidaknya Linux sudah berakhir. Seminggu yang lalu, di sebuah tabloid bisnis, lagi-lagi ada yang mempertanyakan hal yang sama. Cuma, kali ini dalam konteks seputar rencana Microsoft merazia Windows bajakan di kalangan bisnis. Di akhir tulisan itu, penulisnya (yang masih punya akal sehat) menyarankan penggunaan Linux sebagai alternatif pemakaian Windows dan aplikasinya. Saran yang simpatik, memang. Sayangnya, setelah itu, dengan lugunya penulis artikel itu menyebutkan (kurang lebihnya) bahwa Linux itu (seperti Windows) tidak boleh dikopi, namun bisa didownload gratis dari internet, dan biaya software Linux per workstation adalah hanya sekitar $27-$30, yang berarti jauh lebih murah daripada Windows yang akan menghabiskan ratusan bahkan ribuan dolar.

Di mana letak kesalahannya ? tentu saja, sebagai pemerhati tulisan-tulisan terdahulu, kita sudah mengetahui secara tepat. Linux tidak bisa dikopi ? entah dari mana anggapan ini muncul. Kalau yang selama ini terdengar adalah Linux itu gratis segratis-gratisnya, tentunya tidak ada yang melarang pengopiannya, dalam arti penggandaan distro Linux menggunakan CD writer atau menggunakan satu CD distro untuk menginstal satu kantor atau bahkan seluruh Indonesia pun malah dianjurkan, sesuai lisensi Linux sebagai free software dan open source software. Kecuali kalau yang dimaksud adalah mengkopi Linux yang sudah terinstalasi ke komputer lain yang masih 'kosong', ya agak repot, kecuali keduanya mempunyai spesifikasi yang sama persis, itu pun harus sudah dipartisi dan diformat dulu harddisknya (?).

Jadi, perilaku pengguna software di Indonesia sudah cocok, kopi-mengkopi, pinjam-meminjam, atau jual-menjual dan rental-merental. Cuma, kalau dilakukan terhadap software berbasis Windows tentu saja tidak tepat. Cocoknya tentu dilakukan dengan software yang berlisensi free software, seperti Linux dan keluarganya. Tinggal satu lagi budaya yang mesti ditumbuhkan, yaitu semangat partisipasi dalam pengembangan software open source dan free software. Namun, harap diingat bahwa free software dan open source itu berbeda. Free software adalah bagian dari open source software yang gratis segala-galanya, kecuali pengubahan lisensi menjadi tidak gratis bagi turunannya. Open source software hanya mensyaratkan source code yang terbuka, dapat diperoleh tanpa biaya tambahan bila diinginkan, sedangkan file biner (terkompilasi dari source code tadi) bisa dijual dan berlisensi komersial. Sedangkan free software betul-betul gratis, baik source code maupun file binernya.

Jadi, sekali lagi, jangan bayangkan Linux itu gratis apalagi murah. Kalau yang dimaksud Linux itu sebagai kernel, bisa dipastikan seratus persen gratis segratis-gratisnya. Sebagai sistem operasi lengkap atau distro, umumnya gratis kecuali beberapa distro komersial dan terbatas. Sebagai platform, tidak semua aplikasi berbasis Linux itu gratis, dan ini memang diperbolehkan. Toh, nantinya konsumen yang memilih antara solusi komersial atau alternatif gratisannya. Kembali ke tulisan tadi, ada komentar yang cukup simpatik bahwa secara umum, Linux dan aplikasinya sudah memenuhi kebutuhan bisnis. Ini menunjukkan bahwa penulis artikel tersebut tidaklah selugu yang kita bayangkan... :)

Artikel Terkait

back to index


Homepage ini seisinya © 2002-2007 oleh Imam Indra Prayudi