Kebejatan Sexualitas Muhammad

http://indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=4755

 

Sumbangan Tulisan NoMind

Untuk topik ini, kita akan mempertanyakan nilai2 moral apa yang hendak diajarkan oleh Nabi Besar kepada umat muslim dengan:

  1. Mencontohkan mengawini anak ingusan berusia 6 th dan menidurinya pada usia 9 th.

    Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Wedlock, Marriage (Nikaah). Hadith 065.

    Narrated By 'Aisha:
    That the Prophet married her when she was six years old and he consummated his marriage when she was nine years old. Hisham said: I have been informed that 'Aisha remained with the Prophet for nine years (i.e. till his death)."

    Sahih Muslim. Book 8. Marriage. Hadith 3310.
    'Aisha (Allah be pleased with her) reported:
    Allah's Apostle (may peace be upon him) married me when I was six years old, and I was admitted to his house when I was nine years old.
  2. Menyatakan bahwa "legitnya" Aisha yang berumur 9 th secara fisik, seperti tharid (hidangan roti dan daging), tidak ada bandingannya.

    Sahih Bukhari. Volume 4, Book 55, Number 623:

    Narrated Abu Musa:
    Allah's Apostle said, "Many amongst men reached (the level of) perfection but none amongst the women reached this level except Asia, Pharaoh's wife, and Mary, the daughter of 'Imran.
    And no doubt, the superiority of 'Aisha to other women is like the superiority of Tharid (i.e. a meat and bread dish) to other meals."
  3. Menganjurkan untuk mengawini anak2 gadis perawan yang masih ingusan sehingga bisa meraba2 mereka dan bermain2 dengan mereka.

    Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Wedlock, Marriage (Nikaah). Hadith 017.

    Narrated By Jabir bin 'Abdullah :
    When I got married, Allah's Apostle said to me, "What type of lady have you married?" I replied, "I have married a matron'
    He said, "Why, don't you have a liking for the virgins and for fondling them?" Jabir also said: Allah's Apostle said, "Why didn't you marry a young girl so that you might play with her and she with you?'

___________________ Sumbangan Tulisan otlhixch dibawah ini ______________________

Sumbangan Tulisan : otlhixch

Topic pembicaraan mengenai hal pernikahan Aisha dengan Muhammad memang sudah banyak disinggung dan dibicarakan , malahan ada diforum situs-situs yang berorientasi Islam tidak mengizinkan atau langsung mendelete thread yang membicarakan hal ini.

Tetapi memang hal tsb. sangat penting dalam menelaah moral dan etika seseorang apalagi orang tsb. adalah Rasul yang paling diagung-agungkan oleh umat muslim , perbuatan aib dan cela yang semacam ini ditutupi rapat-rapat atau dibantah dan dijelaskan dengan 1001 macam dalil-dalil yang tidak masuk akal.

Demikianpun dengan tingkah laku MUhammad dalam mengadopsi kebiasaan Arab Jahiliyah seperti peperangan , kekejaman , pembunuhan , polygami , perbudakan dll....selalu ditutupi atau dikemas sedemikan rupa dengan alasan-alasan yang absurd.

Pokok bahasan yang perlu dikedepankan adalah : Pantaskah seseorang yang mempunyai watak , kebiasaan , sifat dan pemikiran sedemikan tidak terpuji layak disebut sebagai Nabi besar , malahan disanjung sebagai Rasul yang dijunjung dan dipuja-puja melebihi Nabi yang manapun sepanjang masa oleh umat muslim.


Dan untuk langkah berikutnya , layak-kah ajaran yang dicetuskan dan dikarang oleh orang tsb. diterima oleh umat. Ini menjadi sangat penting , mengingat baik buruknya suatu ajaran atau ideologi tergantung dari teladan yang bersangkutan , dalam hal ini adalah Muhammad.

Memang sepatutnya semua Nabi mempunyai sisi buruk dan sisi baiknya , dan itu dibicarakan dan diceritakan secara terbuka dalam Alkitab Perjanjian Lama agama Kristen , mereka tidak menutup-nutupi keburukan Nabi-Nabi itu , dan secara jelas diceritakan pula dosa dan hukuman yang dijatuhkan oleh Tuhan kepada mereka. Semua Nabi tidak terlepas dari dosa dan kedagingan mereka.

Hal tsb. tidak ada dalam kamus umat Islam , yang menganggap semua nabi adalah orang suci yang terlepas dari segala dosa , apalagi mengenai Muhammad yang demikian disanjung dan diteladani , seakan-akan Muhammadlah adalah Aulloh dari umat muslim.

Atau memang sebenarnya Muhammad sendirilah adalah Aulloh , karena beliaulah yang menciptakan eksistensi Islam dengan Aullohnya.


_________________ Start NoMind Artikel _________________________________
Sumbangan Tulisan : NoMind

 

Kalangan umat muslim sendiri terpecah dua dalam hal perkawinan Muhammad (54 th) dengan Aisha (6 th).

Satu kalangan dengan gagah mengatakan bahwa memang benar Muhammad mengawini Aisha pada umur 6 th menidurinya pada umur 9 th karena memang tercatat demikian dalam beberapa hadist Sahih (Bukhari dan Muslim) dan berupaya membela habis-habisan alasan Muhammad meniduri Aisha pada usia 9 th dengan mengesampingkan seluruh nilai moral dan hati nurani yang ada, misalnya umur 9 th sudah matang secara fisik atau sudah mens yang artinya sudah siap utk ditiduri tanpa memperhatikan sisi psikologisnya sama sekali.

Kalangan lain, mungkin karena lebih memperhatikan nilai2 moral dan hati nurani, berupaya mati-matian menyanggah bahwa Muhammad menikahi Aisha pada usia 6 th dengan mengajukan hipotesa2 bahwa Aisha waktu itu sudah berumur paling tidak 16 th, dan dengan sendirinya menyanggah kesahihan hadist yang sudah dinyatakan sahih.

Kedua pendapat tersebut di atas sama2 merupakan upaya untuk membersihkan "cacat" yang ada, tetapi upaya kedua kalangan tsb tidak menolong.

Jika memang benar Muhammad mendiuri anak 9 th yang masih bermain dengan bonekanya, maka nilai moral yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad sangat "menjijikan" dan tidak bisa diterima oleh siapa saja yang masih bermoral dan berhati nurani. Seorang Nabi selayaknya memberikan standard nila moral yang tinggi dan bukan terbawa arus pada saat itu.

Jika ternyata Muhammad mengawini Aisha bukan pada umur 6 th spt yang tercatat dalam hadist2 sahih, maka bagaimana kesahihan hadist2 tsb dapat dipertanggunjawabkan. Dengan sendirinya Al Quran juga layak dipertanyakan kesahihan, keaslian, dan keabsahannya.