Jalan Kebaikan
Manusia diberi kebebasan memilih. Hanya saja pada setiap pilihan terdapat tanggung jawab atas pilihannya itu. Allah
memberikan kepada manusia dua jalan yang dapat dipilih, yaitu jalan kejelekan dan jalan kebaikan. Bila jalan pertama
yang ditempuh, masuklah ia ke dalam kesengsaraan, dan bila jalan kedua yang ditempuh, maka masuklah ia ke dalam
kebahagiaan.
Jalan kebaikan itu dilukiskan sebagai jalan mendaki yang sulit. Itu karena untuk mendapatkan kebahagiaan, seseorang
harus menempuhnya dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, baik dengan tenaga, harta, dan bahkan dengan jiwa. Bukankah
hidup adalah akidah dan perjuangan, sebagaimana yang dikatakan seorang penyair Mesir, Syauqi Bek.
Di antara jalan mendaki yang sulit itu adalah (1) memerdekakan budak, (2) memberi makan orang yang sedang dalam
kelaparan, (3) memelihara anak yatim, (4) memperhatikan nasib fakir miskin.
Budak adalah gambaran dari seorang yang tidak memiliki kebebasan, tertindas, tertekan, baik fisik, jiwa, mental,
ekonomi, sosial, maupun tekanan kekuasaan. Meskipun sekarang budak sudah tidak ada tapi orang-orang yang tertekan
layaknya budak masih sering kita dapatkan. Untuk membebaskan orang-orang yang berada dalam tekanan sungguh merupakan
perkara sulit, membutuhkan pengorbanan, bukan hanya harta tetapi jiwa pun bisa ikut terancam.
Memberi makan orang yang kelaparan adalah jalan kebaikan. Ketika ada orang yang sangat membutuhkan, sedang kelaparan,
kemudian datang orang yang menolong, mengulurkan tangannya untuk memberi makan. Orang tersebut akan senang dan
berterima kasih. Tidak semua orang yang kaya mau melakukan hal itu, bisa karena dia takut hartanya habis, dan jatuh
miskin seperti orang yang hendak diberi.
Anak yatim memang merupakan beban, karena yang tadinya menjadi tanggungan orangtuanya kini menjadi tanggungan kita.
Beban inilah bagian dari jalan mendaki yang sulit yang akan mendatangkan kebahagiaan. Rasulullah saw bersabda bahwa
dirinya dan orang yang memelihara anak yatim itu nanti di surga ibarat dua jari yang saling berdekatan. Inilah
gambaran betapa terhormat orang yang memelihara anak yatim.
Dalam masa krisis seperti sekarang ini, banyak sekali orang yang berada dalam kesulitan. Jumlah orang yang miskin
semakin banyak. Hari-hari sulit seperti ini mengundang kita untuk peduli kepada mereka, meskipun kita sendiri juga
tidak luput dari kesulitan. Bila kita rela berkorban untuk mereka dengan memberikan sebagian harta untuk meringankan
beban mereka, walau terasa sulit, maka Allah akan memberi balasan besar.
Kemudian yang terpenting, perbuatan itu dilakukan atas dasar iman yang kuat dalam dada, bukan karena ingin mendapatkan
sanjungan, penuh keikhlasan demi mendapatkan ridha dari Allah. Amal kebaikan itu dilakukan untuk mengajak orang
yang berada dalam kesulitan untuk lebih bersabar dan tabah menjalani hidup, dalam rangka memupuk rasa kasih sayang
dan saling tolong. Yang kuat mengasihi yang lemah, yang kaya menyantuni yang miskin, yang pandai mengajari yang
bodoh.
Penulis: Drs H Shobahussurur MA
***