Goooo....llll Suara teriakan histeris terdengar di
menit ke 30 pertandingan pertama Piala Dunia 2002 di Seoul antara
Senegal dan Perancis. Pape Bouba Diop pemain depan Senegal secara
mengagumkan dapat memanfaatkan umpan dari El Hadji Diouf. Bola yang
datang begitu cepat, disonteknya sehingga penjaga gawang Perancis,
Fabien Barthez tidak mampu menahan bola tersebut dan terjadilah gol
pertama dalam Piala Dunia ini (Gb.1)
Saat Diop menciptakan gol ini, mungkin ia tidak
berpikir tentang fisika. Namun apa yang dia lakukan erat sekali
hubungannya dengan fisika. Sebut saja ketika Diop menendang bola ke
gawang, ia harus mengarahkan bola dengan kecepatan dan sudut elevasi
tertentu. Kecepatan dan sudut elevasi yang terlalu besar, menyebabkan
gravitasi bumi tidak mempunyai cukup waktu untuk membawa bola turun
sehingga bola akan melewati mistar. Sebaliknya jika sudut elevasi dan
kecepatan terlalu kecil, gravitasi bumi akan membuat bola jatuh di
depan gawang. Seorang pemain sepakbola profesional adalah seperti
seorang ahli fisika, ia harus mampu mengukur dengan tepat berapa besar
gaya yang harus diberikan dan kemana arah bola harus ditendang agar
bola dapat masuk gawang dengan cukup keras dan akurat.
Sepakbola adalah permainan fisika. Dengan mengerti
fisika kita bisa lebih menikmati permainan sepakbola, kita dapat
mengerti dan tahu mengapa gerakan bola berbentuk parabola, bagaimana
terjadinya tendangan pisang, mengapa penjaga gawang sulit menahan
tendangan pinalti, bagaimana orang menyundul bola dengan lebih efektif
dan masih banyak lagi. Seorang pemain profesional yang diperlengkapi
dengan ilmu fisika akan dapat memperbaiki skill dan kemampuannya.
Gerakan Parabola
Pelajar SMP dan SMU tahu betul tentang gerakan
parabola ini. Ketika bola ditendang dengan suatu sudut elevasi
tertentu, bola akan bergerak melengkung seperti sebuah parabola.
Gerakan ini disebabkan karena adanya gravitasi bumi. Tanpa gravitasi
bumi gerakan bola akan lurus ke atas (Gb. 2a). Gravitasi bumi menarik
bola ke bawah sehingga kecepatan vertikalnya makin berkurang dan
berkurang. Ketika mencapai titik tertinggi kecepatan vertikalnya nol.
Selanjutnya gravitasi akan membuat bola bergerak ke bawah dipercepat
(Gb. 2b).
Bentuk parabola, tergantung pada kecepatan dan
sudut elevasi yang diberikan. Untuk menendang bola sejauh mungkin,
pemain sepakbola harus menendang bola dengan sudut elevasi 450.
Tendangan Pisang
Tahun 70-an Pele terkenal dengan tendangan
pisangnya. Tahun 1998 gantian Roberto Carlos dipuja-puja karena
tendangan pisangnya. Kini para penonton sedang menunggu-nunggu
bagaimana David Beckham mengecoh para penjaga gawang dengan tendangan
pisangnya yang sangat terkenal itu.
Kita tentu masih ingat gol manis David Beckham yang
meloloskan Inggris ke piala dunia. Saat itu Beckham mengambil eksekusi
tendangan bebas yang dilakukan sekitar 30 meter didepan gawang.
Didepan dia berdiri pasukan Yunani membentuk pagar betis. Dengan
tenang Beckham menendang bola, dan bola bergerak dengan kecepatan
sekitar 128 km/jam, melambung sekitar 1 meter melewati kepala para
pagar betis itu dan secara tiba-tiba bola membelok serta masuk ke
gawang Yunani (Gb.3). Tepukan menggemuruh menyambut gol yang sangat
spektakular ini.
Bagaimana David Beckham melakukan ini?
Seorang pengamat sepakbola Keith Hanna mengatakan
bahwa Beckham melakukan ini karena otaknya yang jenius dapat memproses
perhitungan fisika yang kompleks secara cepat sekali, "The man can
carry out a multi-variable physics calculation in his head to compute
the exact kick trajectory required, and then execute it perfectly,
That is why the man is a football physics genius". Peneliti lain dari
Universitas Sheffield, Inggris mengatakan hal yang sama: "... Beckham
was applying some very sophisticated physics," Tendangan melengkung
atau tendangan pisang yang dilakukan oleh David Beckham sudah sejak
lama menjadi perhatian para peneliti. Bahkan hingga kinipun peneliti
dari Jepang dan Inggris masih terus menganalisa tendangan aneh ini.
Gustav Magnus tahun 1852 pernah meneliti kasus sebuah bola yang
bergerak sambil berputar. Anggap suatu bergerak sambil berputar
(spin). Gerakan bola menyebabkan adanya aliran udara disekitar bola.
Anggap sumbu putaran bola tegak lurus arah aliran udara (Gb. 4).
Akibat adanya rotasi bola, maka aliran udara pada sisi bola yang
bergerak searah dengan arah aliran udara (A) relatif lebih cepat
dibandingkan aliran udara pada sisi bola yang bergerak berlawanan arah
dengan aliran udara (B). Menurut Bernoulli semakin cepat udara
mengalir, semakin kecil tekanannya. Akibatnya tekanan di B lebih besar
dibandingkan tekanan di A. Perbedaan tekanan ini akan menimbulkan gaya
yang menekan bola untuk membelok ke arah BA. Membeloknya bola ini
akibat adanya perbedaan tekanan ini sering disebut efek magnus untuk
menghormati Gustav Magnus.
Efek magnus maksimum jika sumbu putar bola tegak
lurus dengan arah aliran udara. Efek ini mengecil ketika arah sumbu
putar ini makin mendekati arah aliran udara dan menjadi nol ketika
arah sumbu putar ini sejajar dengan arah aliran udara. Pada tendangan
bebas (free kick), bola yang bergerak dengan kecepatan 110 km/jam dan
berotasi dengan 10 putaran tiap detiknya, dapat menyimpang lebih dari
4 meter, cukup membuat penjaga gawang kebingungan. Jika kita
perhatikan lebih jauh lagi, yang membuat tendangan Beckham lebih
spektakular adalah efek lengkungan tajam di dekat akhir lintasan bola.
Lengkungan tajam yang tiba-tiba inilah yang membuat kiper-kiper
terperangah karena bola berbelok begitu cepat dengan tiba-tiba. Apa
yang menyebabkan ini? Peneliti dari Inggris, Peter Bearman mengatakan
bahwa efek magnus akan mengecil jika kecepatan gerak bola terlalu
besar atau rotasinya lebih lambat. Jadi untuk mendapat efek magnus
yang besar, seorang harus membuat bola berputar sangat cepat tetapi
kecepatannya tidak boleh terlalu cepat. Ketika Beckham menendang bola
secara keras dengan sisi sepatunya sehingga bola dapat berotasi cepat
sekali, bola melambung dan mulai membelok akibat adanya efek magnus.
Gesekan bola dengan udara akan memperlambat gerakan bola (kecepatan
bola berkurang). Jika rotasi bola tidak banyak berubah, maka
pengurangan kecepatan dapat menyebabkan efek magnus bertambah besar,
akibatnya bola melengkung lebih tajam, masuk gawang, membuat penonton
terpesona dan berdecak kagum. Menyundul
Menyundul merupakan bagian penting dalam permainan
sepakbola. Banyak gol diciptakan melalui sundulan kepala. Pada
pertandingan pertamanya di piala dunia 2002, Jerman mencukur gundul
Arab Saudi 8-0. Hebatnya 3 gol Jerman ini dihasilkan melalui sundulan
kepala Miroslav Klose (hat-trick pertama dalam piala dunia 2002).
Sundulan kepala juga telah menyelamatkan Inggris dari kekalahannya.
Menyundul tidak sesederhana orang bayangkan. Disini
beberapa konsep fisika memegang peranan penting. Seorang dapat
menyundul bola dan mengarahkan pada sasaran membutuhkan akurasi, daya
dan pemanfaatan waktu yang baik, karena ini melibatkan kecepatan dari
bola yang datang dan koordinasi dari kepala dan badan.
Gb. 5 menggambarkan bagaimana Klose menaklukan
penjaga gawang Arab Saudi melalui sundulannya. Kalau dilihat bagaimana
Klose menyundul dan mengarahkan bola, kemungkinan besar Klose tahu
tentang hukum pemantulan (sudut datang bola sama besar dengan sudut
pantulnya). Otak Klose bekerja cepat memperkirakan berapa besar gaya
yang harus diberikan kepalanya pada bola dan kemana arahnya agar bola
dapat mengecoh kiper Al Daeyea.
Ada 2 posisi menyundul bola: 1) ditempat (berdiri
atau melompat vertikal) 2) berlari sambil melompat menyambut bola.
Pada posisi 2, bola akan bergerak lebih cepat karena dalam hal ini
bola mendapat tambahan momentum akibat gerakan kita. Besarnya momentum
yang diterima oleh bola sangat tergantung pada ke elastisan bola dan
kekuatan otot tulang belakang ketika kita menyundul bola. Untuk
membuat sundulan sekuat mungkin, kepala harus ditarik kebelakang
sebanyak mungkin (badan melengkung), paha ditarik kebelakang dan lutut
bengkok (Gb. 6). Pada posisi ini terjadi keseimbangan aksi-reaksi,
pemain tidak terpelanting atau terputar dan kepala siap memberikan
sundulan kuat ke bola. Saat bola menyentuh kepala, tubuh harus setegar
mungkin agar lebih banyak energi dapat diberikan ke bola (gerakan otot
dan urat yang tidak perlu akan menyerap energi kita dan dapat
mengurangi energi yang diberikan pada bola).
Waktu sentuh kepala dengan bola (23 milidetik) yang
relatif lebih lama dibandingkan waktu sentuh kaki ketika ia menendang
bola (8 detik), memungkinkan kita untuk mengarahkan bola secara akurat
ke arah yang kita inginkan.
Orang botak biasanya sering mendapat keuntungan
dalam menyundul bola (rambut gondrong akan menyerap sebagian energi
bola sehingga bola yang terpantul akan berkurang kecepatannya). Tetapi
bukan berarti orang gondrong tidak bisa menyundul keras. Gol pertama
Argentina diciptakan dari kepala Gabriel Batistuta atau Batigol yang
gondrong itu.
Tendangan pinalti
Kemenangan Brazil atas Turki pada pertandingan
pertamanya di Piala Dunia 2002 ditentukan oleh eksekusi tendangan
pinalti yang dilakukan pada jarak 11 m dari gawang. Rivaldo tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini, ia menyontek ke sebelah kiri gawang
yang dijaga oleh Rustu Recbar dan terjadilah goal.
Tendangan pinalti yang ditembakkan ke ujung-ujung
gawang biasanya jarang gagal. Seorang pemain sepakbola profesional
dapat menendang bola dengan kecepatan sekitar 30 meter per detik (108
km/jam).. Untuk mencapai ujung kanan atas dibutuhkan waktu 0,45 detik
sedangkan untuk ujung kanan bawah 0,38 detik.
Menurut perhitungan Sam Williamson, fisikawan yang
bekerja di Center for Neural Science New York, waktu reaksi terbaik
dari seorang penjaga gawang adalah 0,26 detik. Untuk bergerak
menangkap bola, sang penjaga gawang membutuhkan waktu tambahan untuk
pengiriman sinyal dari otak ke otot. Itu sebabnya sukar bagi penjaga
gawang untuk menangkap bola yang bergerak cepat itu. Untuk melatih
reaksi yang cepat dan tepat dibutuhkan latihan yang panjang dan
pengalaman yang cukup. Itu sebabnya para kiper atau penjaga gawang
dalam piala dunia ini rata-rata lebih tua dibandingkan pemain lainnya.
Tendangan pinalti berbeda dengan tendangan bebas.
Pada tendangan pinalti bola tidak perlu ditendang terlalu keras. Yang
penting adalah berusaha memasukkan bola ke pojok-pojok gawang atau
mengecoh penjaga gawang. Memang menendang bola ke pojok-pojok gawang
tidak terlalu mudah. Si penendang harus memperhatikan arah angin,
rotasi dan kecepatan bola. Bola yang berotasi terlalu cepat dapat
menimbulkan efek magnus yang akan menyimpangkan bola. Bola yang
terlalu cepatpun dapat menimbulkan masalah karena dapat menimbulkan
turbulens udara yang mengakibatkan bola menyimpang. Menurut
penelitian, tendangan yang paling efektif adalah tendangan dengan
kekuatan 75 % sampai 80 % dari kekuatan maksimum (kecepatan bola
sekitar 80 km/jam). Pada kecepatan ini penjaga gawang sulit menangkap
bola dan kemungkinan terjadinya gol lebih besar dibandingkan dengan
tendangan dengan kekuatan penuh.
Bicara sepakbola dengan fisika, sangat mengasyikan
dan tak ada habisnya. Gerakan parabola, tendangan pisang, gerakan
menyundul dan tendangan pinalti yang kita bahas diatas hanya sebagian
dari asyiknya fisika dalam sepakbola. Di arena piala dunia 2002 ini
kita bisa menikmati lebih banyak lagi bagaimana asyiknya fisika
diterapkan dalam sepakbola. Coba saja perhatikan bagaimana kiper
Nigeria memanfaatkan hukum pemantulan untuk menepis
tendangan-tendangan maut dari para pemain Argentina. Atau perhatikan
bagaimana Vieri menggunakan konsep keseimbangan ketika menghentikan
bola dengan tubuh atau kakinya. Atau juga bagaimana Klose menggunakan
konsep momentum, tumbukan dan momentum sudut yang tepat untuk
menggerakan kepalanya dan menyundul bola ke gawang musuh. Atau
bagaimana Hasan sas dengan menggunakan keseimbangan yang sempurna
melakukan tendangan voli yang indah dan memasukkan bola ke gawang
Brazil. Itu baru sebagian. Kita masih akan disuguhkan dengan banyak
atraksi-atraksi lainnya yang membuat kita terkagum-kagum. Kita akan
melihat bagaimana Batistuta, Zidane dan Hwang menggunakan perhitungan
fisika (besar kecepatan, besar gaya dan arah ) untuk memasukkan bola
ke gawang lawannya. Kita juga akan menyaksikan Rivaldo dan para
eksekutor lain mengkombinasikan fisika dengan kecerdikan untuk
menaklukan kiper-kiper terbaik dunia. Dan tentu saja kita akan
saksikan bagaimana Beckham atau Roberto Carlos memanfaatkan efek
magnus dalam melakukan tendangan pisangnya. Akhirnya selamat menikmati
piala dunia dan selamat menikmati fisika dalam sepakbola.
penulis: Yohanes Surya
Sumber: ?