:
24.00 Wib Minggu,
02 Januari 2000
Tiga Aparat Dianiaya Orang tak Dikenal
*Dua Meninggal
Serambi-Banda Aceh
Tiga aparat keamanan (Polri dan TNI) dianiaya orang tak dikenal dalam waktu
terpisah dan tempat yang berbeda. Dua di antara aparat itu menemui ajalnya
akibat penganiayaan tersebut.
Aparat yang tewas adalah Serka Zenda, petugas
Polsek Peureulak, akibat tusukan benda tajam ke perutnya, Jumat (31/12).
Sedangkan Serda Zulkifli, anggota Koramil Simpangtiga, Pidie, tewas dibacok oleh
sekelompok orang tak dikenal di Keude Giegieng, Sabtu (1/1). Yang luput dari
maut adalah Kopral Armaidi. Petugas Intel Kodim 0104 Aceh Timur ini mengalami
cedera setelah ditembak dengan senjata sejenis pistol, Kamis
(30/12).
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Serambi, sekitar pukul 19.30
WIB, Kamis (30/12), Kopral Armaidi dan bersama rekannya sesama anggota Intel
yang bermarga Simajuntak, berbocengan mengendarai sepeda motor Astrea hendak
pulang ke asrama Kodim. Saat kedua aparat itu melewati Lapangan Merdeka Langsa
atau persisnya di depan tugu bambu runcing, mereka dihadang olah dua orang tak
dikenal yang juga berboncengan mengendarai sepeda motor Honda Pro. Salah seorang
di antara penghadang itu mencabut pistol yang terselip di pinggangnya dan
melepaskan tembakan ke arah kedua aparat itu. Setelah melepaskan tembakan, kedua
orang tak dikenal itu tancap gas dan meghilang menuju arah barat. Armaidi dan
Simanjuntak terjatuh dari sepeda motornya. Tembakan yang dilepaskan sipil
bersenjata mengenai Armaidi. Rahang dan gigi korban hancur akibat peluru
menembus ke dua pipinya. Sedangkan Simanjuntak yang dibonceng hanya terluka kena
batu akibat terjatuh.
Musibah yang menimpa Serka Zenda, anggota Polri yang
tewas ditusuk senjata tajam oleh orang tak dikenal itu, berdasarkan informasi
yang diperoleh, terjadi sekitar pukul 12.00 Wib. Insiden itu terjadi ketika
korban sedang dalam perjalanan ke masjid hendak menunaikan shalat Jumat.
Namun di perjalanan, secara tiba-tiba korban disekap. Tanpa sempat
memberikan perlawanan, korban ditusuk perutnya bertubi dengan sebilah pisau olah
orang tak dikenal itu. Korban tersungkur, ususnya terburai ke luar. Setelah
menusuk korban di siang bolong itu, orang tak dikenal melarikan
diri.
Masyarakat mencoba memberikan pertolongan dengan melarikan korban ke
Puskesmas Peureulak. Namun aparat polisi yang malang itu menghembuskan napas
terakhir. "Jenazah korban, tadi pagi (kemarin) dipulangkan ke daerah asalnya
Sumatera Barat," kata Kapolres Aceh Timur, Letkol Pol Drs Abdullah Hayati kepada
Serambi kemarin.
Kapolres sangat sesalan terjadinya peristiwa yang
mengakibatkan anggotanya itu menjadi korban pembunuhan. Padahal pada waktu itu,
korban hendak ke masjid untuk shalat Jumat. "Lagi pula apa kesalahan petugas
polisi, sehingga menjadi sasaran pembunuhan," kata Kapolres kesal.
Bacok
leher
Sedangkan Serda Zulkifli (38) tewas seketika setelah dibacok sekelompok
pemuda tak dikenal di kawasan Keude Gigieng Kecamatan Simpangtiga Kabupaten
Pidie, Sabtu (1/1). Korban meninggal di tempat, setelah mengalami luka bacok di
bagian leher dan lambung.
Keterangan yang dihimpun Serambi menyebutkan, hari
itu sekitar pukul 14.00 WIB, korban datang di Keude Gigieng dengan tujuan
membeli ikan. Tiba-tiba sekelompok pemuda dengan mengendarai sepeda motor
menyergap dan langsung membacok, ketika itu korban masih sempat minta
tolong.
Masyarakat yang menyaksikan adegan pembunuhan sadis itu kaget dan tak
berani berkutik. Sebagian masyarakat langsung menutup kedainya dan sebagian
menghindar dari lokasi kejadian. Dalam sekejap, suasana pusat pasar menjadi
sunyi sepi dan mencekam.
Dandim Pidie, Letkol Inf Iskandar MS kepada Serambi,
kemarin mengatakan pihaknya sangat menyesal perlakukan sadis terhadap anak
buahnya. "Bagaimana kita katakan lagi, bulan puasa masih juga melakukan
perbuatan terkutuk. Syariat Islam bagaimana yang akan diterapkan, sementara
masih ada yang membunuh sesama muslim," ungkapnya.
Sore itu, jelas Dandim
Iskandar, korban hendak membeli ikan dipusat pasar Gigieng, apalagi korban
merupakan putra asal daerah tersebut. Karena mengalami luka serius di bagian
leher dan lambung, akhirnya korban meninggal di lokasi kejadian.
Setengah jam
setelah peristiwa itu, puluhan TNI mengamankan lokasi kejadian untuk
mengevakuasi korban yang telah jadi mayat. Tembakan ke udara pun tak
terhindarkan dan mengejutkan masyarakat setempat, sekaligus aparat mengumpulkan
masyarakat yang berada di sekitar lokasi kejadian.
Suara tembakan terhenti
setelah Pasie Ops Kodim 0102/Pidie, Kapten Inf Sunardi melarang anak buahnya
untuk menghamburkan peluru. Perwira itu memerintahkan pasukannya supaya tidak
mengasari dan merusak harta milik rakyat. "Hentikan, jangan pukuli rakyat!,"
tegasnya berulang-ulang.
Sejumlah warga sempat dibawa ke Makodim untuk
diminta keterangan tentang peristiwa tersebut. Namun, mereka disuruh pulang
karena tidak terindikasi terlibat. "Semua mengaku tak kenal dengan pelaku
pembunuhan, tapi masyarakat dengan jujur mengatakan melihat adegannya," tambah
Dandim Iskandar.
Atas peristiwa yang menimpa anak buahnya, Dandim Iskandar,
minta kepada LSM dan pegiat HAM di Aceh, supaya tidak menutup mata. Artinya,
tidak hanya korban dari pihak rakyat sipil yang diperhatikan. Karena apa yang
menimpa anak buahnya juga merupakan pelanggaran HAM. Apalagi cukup banyak korban
dari pihak TNI/Polri, baik yang dibunuh dan diculik.
Selama ini, tambah
Dandim Iskandar, pihaknya sudah bersabar tidak melakukan operasi karena
menghormati bulan puasa. Tapi, pihak lain tidak peduli dan tega membunuh sesama
pada bulan suci. "Kami bukan tidak mau berperang, tapi sekarang masih bersabar
dan menghormati masyarakat yang sedang berpuasa," katanya.(tim)
Mapolsek Dibom, Jamaah Tarawih
Kucar-kacir
Serambi-Lhokseumawe
Ratusan masyarakat Kutamakmur
yang sedang bersiap-siap untuk melaksanakan shalat Isya dan tarawih berjamaah di
masjid setempat, Jumat (31/12) malam, terpaksa lari kucar-kacir menyelamatkan
diri menyusul ledakan dahsyat yang menghantam sekaligus merusak sebagian kecil
Markas Polisi Sektor (Mapolsek) setempat oleh kelompok yang diklaim kepolisian
sebagai GAM.
Namun, hingga kemarin tidak ada laporan korban jiwa dari
peristiwa tersebut, kecuali beberapa masyarakat yang mengalami luka lecet lutut
dan kakinya yang terjatuh pada saat lari menyelamatkan diri.
Jamaah shalat
Isya dan tarawih di masjid Buloh Blang Ara sangat terkejut ketika mendengar tiga
dentuman keras layaknya suara bom yang jatuh tidak beberapa jauh dari lokasi
masjid. "Itu bom rakitan yang dilemparkan kelompok GAM ke Mapolsek Kutamakmur,"
jelas Kapolres Aceh Utara, Letkol Pol Drs Syafei Aksal, ketika dikonfirmasi
beberapa saat setelah kejadian.
Didampingi Perwira Penghubung Penerangan,
Kapten Pol Drs AM Kamal, kapolres menyebutkan akibat pemboman tersebut kamar
mandi Mapolsek rusak. Namun, tidak ada anggota Polri yang korban. Kapolres
mengatakan, kerusakan bangunan Mapolsek itu tidak seberapa dibandingkan gangguan
yang dirasakan masyarakat pada saat mereka hendak melaksanakan ibadah di bulan
suci Ramadhan ini.
"Sungguh, perbuatan itu telah mengganggu ketenteraman
masyarakat dalam beribadah. Bayangkan saja, bagaimana kucar-kacirnya jamaah yang
sedang bersiap-siap untuk shalat Isya ketika peristiwa itu terjadi.
Mudah-mudahan Allah mengampuni perbuatan pelaku pemboman Mapolsek Kuta Makmur
tersebut," ungkap kapolres dalam nada prihatin.
Menurut catatan Serambi,
selama tahun 1999 ini Mapolsek Kuta Makmur sudah tiga kali, dua di antaranya
dalam bulan Ramadhan ini, hendak dibumihanguskan dengan cara penggranatan dan
pemboman. Namun, dari serangkaian kejadian itu, baru peristiwa Jumat malam yang
membuat kamar mandi Mapolsek rusak.
Suasana panik sangat terasa di Kuta
Makmur, pada malam pergantian tahun 1999 ke 2000 itu. Apalagi, selain suara
dentuman keras itu, masyarakat juga digamangkan oleh rentetan suara tembakan,
yang dilukiskan kapolres, sebagai baku tembak di kegelapan malam antara pasukan
kepolisian dengan GAM.
Kecuali aksi pemboman Mapolsek Kuta Makmur, malam
pergantian tahun di Aceh Utara berlangsung tanpa gangguan berarti lainnya. (tim)
Warga A Selatan Ditemukan Jadi mayat di
Darulmakmur
Serambi-Meulaboh
Masyarakat Desa Alu Rambot,
Kecamatan Darul Makmur, Aceh Barat, Jumat (31/12) sekitar pukul 04.00 WIB
menemukan sesosok mayat pria yang diidentifikasi bernama M Yusuf, warga Desa
Babah Rot, Aceh Selatan. Saat ditemukan, posisi korban berada di pinggir jalan
di desa tersebut.
Mayat pria yang diperkirakan berumur 27 tahun itu, saat
ditemukan pada tubuhnya terdapat dua luka tembak yaitu bagian paha dan bagian
dada sebelah kanan. Ketika ditemukan, korban menggunakan baju kaos warna kuning
tua, dan celana jean coklat tua.
Menurut keterangan Ketua Ipelmabar Banda
Aceh Posko Cabang Kuala, Marwan kepada Serambi Jumat (31/12) menjelaskan, mayat
yang dengan postur tinggi badan 161 cm, kulit sawo matang ditemukan oleh
masyarakat Desa Alu Rambot, Kecamatan Darul Makmur, Aceh Barat. Setelah itu,
pihak masyarakat melaporkan kepada anggota Ipelmabar yang secara kebetulan
Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Aceh Barat (Ipelmabar) tersebut melintasi kawasan
itu setelah kembali mengadakan safari Ramadhan dan dialog dengan masyarakat
sekitar desa itu.
Oleh Ipelmabar bersama teman-teman dari Pokso IPMKK Kuala,
dan Pokso Kampdan Darulmakmur setempat mengambil mayat korban selajutkan dibawa
ke Puskesmas Alue Bilie. Setelah korban divisum dengan disaksikan oleh
masyarakat, akhirnya Ipelmabar sekitar pukul 10.30 Wib korban dibawa ke RSU Cut
Nyak Dhien dengan Ambulance Puskesmas Alue Bilie.
Namun, setelah beberapa jam
berada di RSU Cut Nyak Dhien, sore hari itu juga, Jumat (31/12) korban dijemput
oleh keluarganya dibawa pulang ke Desa Babah Roat, Aceh Selatan, dengan
menggunakan mobil ambulance, kata Direktur RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh dr T Amir
Hamzah SpPD kepada Serambi, kemarin.
Menurut Marwan, saat ditemukan korban
tidak memiliki identitas lengkap, kecuali dalam kantongnya terdapat uang sebesar
Rp 51.000, dan selembar tiket bus angkutan umum atas nama M Yusuf, berangkat 30
Desember 1999, pukul 18.30 WIB dari Blangpidie tujuan Medan.(za)
Kapolda Brigjen Bachrumsyah
Situasi Aceh Sangat Labil
*Kasus Pembunuhan Meningkat 265
Persen
Serambi-Banda Aceh
Kapolda Aceh Brigjen Pol Drs
Bachrumsyah menyatakan, kondisi Aceh sepanjang tahun 1999 sangat labil,
lebih-lebih pada Mei sampai Desember hampir karena setiap hari terjadi
penembakan, pembunuhan, penculikan, perampokan, perampasan dan pemerasan dan
pembakaran.
Pada tahun 1999 ini kasus pembunuhan terjadi kenaikan tajam
sampai 265 persen (168 kasus) dibandingkan tahun 1998 hanya 46 kasus. Korban
pembunuhan itu bukan saja menimpa masyarakat, tapi juga terhadap TNI dan Polri.
Sejak digelar Operasi Rencong I & II Mei sampai Desember 1999, tercatat
jumlah personil TNI yang meninggal 43 orang, luka 43 orang hilang 10 orang.
Sedangkan anggota Polri meninggal 51 orang, luka 50 orang dan hilang 15 orang.
Sedangkan masyarakat 206 orang meninggal, luka 78 orang dan hilang 41 orang.
"Jumlah anggota masyarakat yang menjadi korban bisa saja lebih banyak dari
jumlah tersebut, karena banyak yang tidak melapor," kata Bachrumsyah kepada pers
di Banda Aceh, Jumat (31/12).
Labilnya situasi Aceh saat ini, kata Kapolda,
karena ulah yang memanfaatkan kesempatan dengan "memancing" di air keruh mencari
keuntungan untuk pribadi ataupun kelompoknya. Bahkan disinyalir, bandit-bandit
dari Medan ikut nimbrung dalam kondisi Aceh yang tidak menentu ini dengan cara
melakukan pemerasan dan perampokan harta benda masyarakat.
"Dengan
mengatasnamakan GAM, bandit-bandit itu mendatangi pengusaha dan masyarakat,
dengan memperlihat senjata di balik jaketnya mereka merampok dan memeras, bahkan
merampok pengiriman uang. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk membunuh
korbannya. Siapa saja bisa melakukan itu, wartawan saja yang tidak mau
memanfaatkan situasi ini," kata Kapolda.
Diakui Kapolda, bahwa hukum sudah
tidak berjalan lagi di daerah ini, aparatnya sendiri tidak berdaya akibatnya
banyaknya sipil bersenjata yang memanfaatkan situasi ini. Bahkan aparat
kepolisian yang bertugas melindungi rakyat mereka berondong, diculik dan bunuh.
Aparat keamanan masih berusaha untuk menahan diri, walaupun anggotanya terus
dibantai satu persatu. "Kesabaran dari aparat ini, guna menghindari jatuhnya
korban dari masyarakat yang tidak berdosa."
Ketika ditanya wartawan, tentang
tindakan sewenang-wenang dari aparat kepolisian yang melakukan pengejaran
terhadap kelompok bersenjata dengan membakar rumah masyarakat, Kapolda
menyatakan keprihatinan atas kejadian itu. "Lillahi Taala, saya tidak pernah
memerintahkan kepada anggota supaya membakar rumah ataupun toko milik
masyarakat. Saya mohon maaf kepada masyarakat Aceh atas tindakan keras anggota
saya di lapangan itu. Tolong sampaikan permintaan maaf saya itu,"
ujarnya.
Menurut kapolda, hampir setiap hari ia menerima telepon dari
Kapolsek ataupun Kapolres di Aceh yang melaporkan sekaligus minta petunjuk untuk
menangani setiap kasus terbunuhnya anggota Polri di berbagai tempat di daerah
ini. "Saya tetap memerintahkan supaya anggota di lapangan jangan bertindak keras
apalagi membakar rumah rakyat. Tapi dari sepuluh daerah yang saya berikan
perintah itu, ternyata satu dua ada yang kebobolan. Yaitu tadi, mereka tidak
bisa manahan diri melihat temannya dibunuh, lalu mengadakan pengejaran terhadap
pelakunya yang lari ke rumah-rumah masyarakat. Sehingga petugas jadi penasaran
maka yang jadi korban adalah masyarakat," katanya,.
Kapolda mengimbau kepada
seluruh masyarakat supaya menolak kehadiran sipil bersenjata di rumah ataupun di
lingkungannya. "Tolak saja kehadiran sipil bersenjata itu, katakan kalau aparat
datang rakyat nanti yang jadi korban," tegas Kapolda.
Labilnya situasi Aceh
saat ini, menurut Kapolda cepat atau lambat pasti akan berakhir. Tinggal lagi
tergantung dari masyarakat sendiri yang harus ikut bersama untuk menangkal
berbagai aksi yang meresahkan itu.
Memasuki tahun 2000 jajaran kepolisian
berupaya mempersempit ruang gerak orang yang berniat jahat dan pelaku
kriminalitas melalui berbagai kegiatan penegakan hukum, dan berupaya membuat
"perangkap" untuk menangkalnya .
Upaya memperkecil kemungkinan terjadi
perbuatan pelanggaran hukum di propinsi berpenduduk mayoritas beragama Islam itu
diharapkan mendapat dukungan masyarakat dan kalangan wartawan. "Wartawan
hendaknya mendukung upaya ini," kata Kapolda.
Berdasarkan data selama
"Operasi Sadar Rencong II" sejak Mei 1999, berbagai kasus pelanggaran hukum
telah terjadi di provinsi Aceh antara lain pembakaran kantor dan gedung sekolah,
pembunuhan dan aksi perampokan perbankan. Menurut Kapolda, tindakan pembakaran
kantor pemerintah dan gedung sekolah selama enam bulan terakhir (Mei-Desember
1999) terjadi 181 kali, pembunuhan 104 kasus, penculikan 57 kali, penembakan 139
kali dan perampokan 13 kali.
Narkotik ganja
Selama enam bulan tersebut,
kata Bachrumsyah, sipil bersenjata melakukan penghadangan terhadap aparat 32
kali, peledakan pos aparat 9 kali, penyerangan markas komando 27 kali, penemuan
mayat 83 kali dan kasus narkotika (ganja) 120 kali.
Jumlah daun ganja yang
berhasil disita aparat sebanyak 2.741 kg dan 66.207 batang. Semua itu ditemukan
di Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh
Tengah dan Aceh Tenggara.
Dalam berbagai peristiwa yang terjadi selama enam
bulan itu, katanya, 77 warga meninggal dunia, 12 luka-luka, ditemukan 24 senjata
api, 1.755 amunisi, 8 buah HT, 108 Ranmor, 12.114 bendera GAM, dan aparat
menangkap orang yang diindikasi sebagai anggota GAM sebanyak 157 orang.
(tim)
Warga Banda Aceh Dikejutkan
Dentuman
Serambi-Banda Aceh
Beberapa menit setelah jarum jam
melangkah ke millenium baru, warga Banda Aceh, khususnya di seputaran Jeulingke,
Sabtu (1/1) dinihari dikejutkan dengan dentuman senjata yang amat dahsyat.
Diperkirakan, asal suara itu berada di sekitar kompleks Brimob,
Jeulingke.
Dentuman senjata juga menggema di Kecamatan Bakongan, Aceh
Selatan, persis sekitar pukul 00.00 WIB Sabtu (1/1). Menurut keterangan,
tembakan senjata di Bakongan itu dilepas aparat untuk menyambut tahun baru
2000.
Bagi masyarakat yang berdiam di dua lokasi tersebut, suara senjata yang
menggema itu membuat mereka terkejut, bahkan panik. Beberapa warga sekitar
Jeulingke, sejak pagi hingga Sabtu sore kemarin, menelepon ke redaksi Serambi
untuk menanyakan apa penyebab sehingga tembakan di pergantian tahun menggema.
Bahkan mereka juga menyampaikan bahwa mereka diliputi ketakutan yang luar
biasa.
"Setelah pagi beredar perbincangan bahwa akibat dentuman itu ada
masyarakat yang pingsan, bersembunyi di kandang ayam, bahkan ada yang
mengeluarkan kotoran di celana karena ketakutan," lapor seorang masyarakat
Jeulingke, Sabtu siang.
Menurut keterangan masyarakat, ada dua kali terdengar
tembakan dahsyat. Pertama sekitar pukul 00.10 WIB yang lama sekitar lima menit.
Sekitar 10 menit kemudian terdengar lagi suara rentetan tembakan.
Pada saat
terjadi tembakan tersebut tidak ada satu warga yang berani keluar rumah, dan
mereka lebih baik mengurung diri di rumah masing-masing. "Malam itu saya sedang
menonton acara televisi, lalu beberapa saat memasuki tahun 2000, terdengar suara
tembakan di sekitar asrama Brimob," kata Iqbal yang kebetulan rumahnya berjarak
sekitar 50 meter dari asrama tersebut.
Menurut dia, dari suara tembakan itu
sepertinya para penembak menggunakan beberapa jenis senjata, mulai dari pistol
dan senjata laras panjang. Sementara itu, Kadispen Polda Aceh, Letkol Pol Sayed
Hoesainy yang ditanyai Serambi kemarin tidak membantah adanya suara tembakan di
sekitar asrama Brimob Jeulingke pada pukul 00.10 WIB, namun dilaporkan tidak ada
korban jiwa.
Ia menyebutkan, pertama sekali suara tembakan tersebut berasal
dari arah sebelah barat asrama Brimob yang ditembakan oleh orang tak dikenal
sebanyak lima kali. Karena mendengar suara tembakan, maka anggota Brimob yang
sedang berjaga pada malam itu langsung membalas suara tembakan, sehingga pada
malam tahun baru 2000 itu warga setempat dikejutkan dengan letusan
senjata.
Menyangkut dengan ada isu bahwa suara tembakan itu lepas oleh
kelompok yang menggunakan kendaraan roda empat yang meluncur dari kota ke arah
Darussalam, Kadispen Polda mengatakan, setahunya, pada malam itu tidak ada
kendaraan yang melaju dari kota dan melepaskan tembakan ke arah asrama Brimob.
Katanya, tidak ada korban jiwa dalam rentetan peristiwa tembakan
itu.
Sementara warga setempat membantah jika disebutkan ada suara tembakan
dari arah barat asrama Brimob. "Tidak ada suara tembakan dari luar asrama, yang
kami dengar suara itu dari awal sampai akhir dari asrama Brimob itu," protes
warga.
Secara umum kondisi keamanan di Banda Aceh pada malam pelepasan tahun
1999 dan menyambut tahun 2000 berjalan lancar, aman dan damai, serta tidak ada
gangguan Kantibmas yang berarti. Pergantian tahun di Banda Aceh sempat diwarnai
turun hujan, namun ada beberapa warga yang tetap merayakan tahun baru dengan
melakukan pawai kelil- ing kota dengan menggunakan puluhan kendaraan bermotor,
baik roda empat dan roda dua.
Di Bakongan
Sementara itu, dari Bakongan
Aceh Selatan di laporkan tokoh masyarakat setempat, juga terdengar suara
tembakan bersahut-sahutan di sekitar Koramil dam Polsek setempat. Suara tembakan
itu diduga warga dilakukan aparat untuk memeriahkan acara penyambutan tahun
baru. Akibatnya, warga di sekitar itu menjadi ketakutan yang sangat berat.
"Perlu diketahui ada warga tidak berani lagi keluar rumah, bahkan anggota jaga
malam (pageu gampong) pun ada yang langsung pulang saat itu," ujar sumber
itu.
Anehnya, tambah sumber tersebut, telepon ke Mapolsek Bakongan tidak bisa
dihubungi. Sehingga pada pagi hari baru warga bisa menghubungi ke Polsek untuk
menanyakan sumber suara tembakan itu. Katanya, petugas Polsek mengaku tidak tahu
dari mana sumber suara tembakan itu. Kepada masyarakat petugas Polsek itu
mengaku sedang menyelidikinya.
Masyarakat sangat menyesalkan terhadap orang
yang melakukan tembakan itu. Jika benar untuk menyambut tahun baru, kenapa tidak
terlebih dahulu memberitahukan kepada masyarakat melalui kepala
desa.
Meninggal
Di hari pertama tahun 2000 kemarin, seorang laki-laki yang
diindikasikan sebagai supir labi-labi menghembuskan nafas yang terakhir tanpa
ada yang mengetahuinya. Menurut keterangan yang diperoleh Serambi dari warga
Kelurahan Kampung Baru, Banda Aceh, laki-laki itu diketahui meninggal menjelang
waktu shalat Maghrib Sabtu (1/1). "Sekitar siangnya ia masih terlihat
keluar-masuk dari rumah itu. Banyak yang memperkirakan ia meninggal menjelang
shalat Ashar di hari pertama tahun 2000," kata seorang warga Kampung
Baru.
Sebelum meninggal, sebut warga di situ, ia sudah tiga bulan tinggal di
rumah dinas Camat Baiturrahman tersebut. Bahkan layaknya sudah seperti warga di
Desa Kampung Baru. Namun tetangga di situ tidak ada yang mengetahui asal-usul,
maupun identitasnya.
Usut punya usut, ternyata supir labi-labi itu tinggal di
rumah dinas camat itu atas permintaan Mukhsin Lurah Kampung Baru. Maksudnya,
supaya tidak kosong, Camat Baiturrahman minta kepada lurah itu agar tinggal di
situ saja. Sebab, camat yang baru bertugas di kecamatan itu masih menempati
rumah pribadinya di Desa Batoh.
Beberapa warga Kampung Baru menginformasikan,
keberadaan lelaki itu dianggap biasa saja oleh para tetangga. Pagi ia pergi cari
sewa, dan baru kembali ke rumah itu lagi setelah sore hari, sehingga tidak ada
waktu untuk menyelami siapa sebenarnya laki-laki itu.
Tapi, Sabtu sore
kemarin, lurah yang diindikasikan sebagai pemilik labi-labi yang disewa lelaki
itu, menemui korban di rumah tersebut. Sebab, sudah tiga hari, korban tidak
menyetor uang sewaan. Tapi, setelah dipanggil-panggil dan tak ada sahutan,
akhirnya rumah dimasuki. Saat itulah diketahui lelaki itu sudah dipanggil Yang
Maha Kuasa. Selepas maghrib, jenazah dievakuasi dari rumah dinas camat dengan
mobil ambulans.
Sementara itu Camat Baiturrahman Nasrullah yang dihubungi
Serambi tadi malam via telepon di kediamannya tidak berada di tempat. "Bapak
belum pulang dari shalat tarawih," ujar Ny Nasrullah. Ketika ditanyakan pada
Sang Nyonya apakah ia tahu identitas orang yang meninggal di rumah dinas camat
tersebut, dia mengatakan tidak tahu. Bahkan ia tidak tahu kalau ada orang yang
meninggal di rumah tersebut. "Yang saya tahu rumah itu selama ini disuruh jaga
kepada Mukhsin Lurah Kampong Baru sekarang," ujar Ny Nasrullah. Karena itu, ia
mengaku tidak mengetahui sama sekali jika ada orang lain yang selama ini tinggal
di rumah tersebut.(tim)