Update: 05.00 Wib Minggu,  30  Januari 2000


Danrem 012:


Anggota GAM yang Bunuh TNI pun Saya Maafkan

Serambi-Meulaboh
Komandan Korem 012/TU Kolonel Syarifuddin Tippe menegaskan, pihak yang sudah telanjur berbuat salah tetap dimaafkan jika bersedia minta maaf. "Jangankan yang bersalah seperti membai`at masyarakat, GAM yang telah membunuh anak buah saya juga akan saya maafkan, kalau bersedia minta maaf," tegas Danrem.
Danrem Syarifuddin menegaskan hal itu ketika mengadakan silaturrahmi dengan tokoh masyarakat dan anggota TNI di Aceh Barat, Jumat (29/1) malam. Selain silaturrahmi, Komandan Korem juga berceramah di beberapa masjid dalam wilayah Kota Meulaboh, seperti Masjid Babussalam.
Usai memberikan ceramah, Komandan Korem kepada Serambi mengatakan, pihaknya tetap akan memaafkan orang yang bersalah jika bersedia minta maaf. Minta maaf itu, katanya, tidak pakai biaya, dan maaf itu adalah persoalan hati.
"Tidak hanya pihak yang bersalah seperti ikut membai`at masyarakat, GAM yang sudah terbukti membunuh, termasuk membunuh anggota saya juga akan saya maafkan. Saya ini muslim, kok. Saya tidak akan mengungkit-ungkit lagi masalah lalu mereka jika sudah minta maaf. Saya akan coret daftar nama-nama mereka, tapi serahkan senjatanya dong," tegas Danrem.
Danrem juga mengingatkan, jika ingin minta maaf tidak cuma orangnya saja, tapi juga menyerahkan senjatanya. Karena senjata itu haram dan racun jika digunakan sembarang orang, apalagi illegal. Kalau tidak mau menyerahkan senjata, tapi mau buang ke laut misalnya, silakan saja. Sama-sama naik feri tenggelamkan ke laut sana.
Danrem tidak mempersoalkan orang yang ikut membai`at dan yang sudah dibai`at jika sudah minta maaf. "Kepada yang bersalah malah saya menganjurkan taubat nasuha kepada Allah. Di samping itu, saya juga minta maaf karena ada juga prajurit saya yang serempet-serempet. Mari kita saling memaafkan. Nabi saja memaafkan orang kafir, apalagi kita sesama muslim. Silakan kita shalat tahajjud di malam hari dan shalat istikharah memohon kepada Allah semoga kondisi yang tidak kondusif cepat-cepat berakhir," tambah Danrem.
Danrem Syarifuddin juga mengatakan, banyak sekali masyarakat yang ikut-ikutan, dan itu adalah keliru semua. Keliru karena perintah, dan bukan karena keinginan pribadi dia. Yang mengajak yang datang dari Pidie, yang datang dari Utara, dari Timur. Kenapa tidak saling memaafkan.
"Kita ini Serambi Mekkah, masyarakat kita masyarakat muslim. Mari kita saling memaafkan. Nggak akan saya dimarahi, kalau saya memaafkan yang bersalah. Nggak akan, nggak akan saya dimarahi Pangdam, Insya Allah. Sehati saya dengan Pangdam, sehati saya dengan Pak Widodo. Tidak mau saya sulit, dan yang paling mudah adalah persoalan minta maaf, ujar Danrem. Jenguk pasien
Danrem Syarifuddin Tippe, Sabtu (29/1) pagi kemarin, juga menjenguk Mukhtar (34), salah seorang pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit Kesdim 0105 Meulaboh. Korban yang diketahui sebagai Pangsagoe Wilayah Meutulang Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, ditembak oleh aparat karena melarikan diri pada tanggal 19 Januari 2000 lalu.
Korban yang tertembak di bagian kaki sebelah kanan itu, saat ini sedang mendapat perawatan secara intensif di RS Kesdim Meulaboh. Saat mengunjungi korban bersama Dandim 0105/Aceh Barat Letkol Inf Widhagdo, Danyon 121, dan 131, dan Tgk Syech H Abubakar Sabil, Pimpinan Pesantren Babussalam Meulaboh, Danrem Syarifuddin sempat mengadakan dialog dengan korban.
Jangan ceroboh
Sedangkan Tgk Hambali, yang mengaku anggota GAM wilayah Woyla via telepon ke Serambi mengingatkan aparat TNI/Polri agar jangan bertindak ceroboh terhadap masyarakat. Kasus tertembaknya M Daud Ali (60) warga Desa Lagan Bubon, Kecamatan Wolya, Aceh Barat, sekitar pukul 16.00 WIB, Selasa (25/1), dinilainya sebagai kecerobohan aparat.
"GAM wilayah Woyla selama ini tidak pernah mengganggu dan membuat kerusuhan. Ini kami ingatkan untuk menghindari timbulnya korban masyarakat yang tidak berdosa," ujar Hambali.
Tindakan sewenang-wenang aparat Brimob menembak masyarakat yang tidak bersalah itu, katanya, merupakan perbuatan yang tidak bisa ditolerir. Seharusnya aparat memberikan pengamanan dan perlindungan kepada masyarakat -- malah justru sebaliknya menyakiti rakyat. "Jangan coba-coba ulangi lagi menyakiti rakyat," kata Hambali. (tim)



Dua Anggota Kodim Diberondong, 1 Luka

Serambi-Lhokseumawe
Dua anggota TNI yang sedang dalam perjalanan dari Lhokseumawe ke Batuphat Kecamatan Muara Dua, Sabtu (29/1) dinihari menjadi sasaran penembakan di lintasan Medan - Banda Aceh kawasan Meuria Paloh atau tak jauh dari Pintu 53 PT Arun. Seorang prajurit mengalami luka- luka dalam insiden penembakan tersebut.
Keterangan yang dikumpulkan Serambi dari berbagai sumber menyebutkan, dua anggota Kodim 0103 Aceh Utara, Serda Saiful Bahri (37) dan Serda Jafaruddin (39) sedang melakukan perjalanan tugas dari Lhokseumawe menuju Batuphat, Kecamatan Muara Dua. Namun setibanya di Desa Meuria Paloh atau 3 Km arah timur Lhokseumawe sekitar pukul 00.15 WIB, mereka diberondong sejumlah lelaki bersenjata.
Menurut Komandan Komando Distrik Militer 0103 Aceh Utara Letkol In Suyatno, dua anggotanya itu langsung kabur ke arah timur saat penembakan itu terjadi. Namun tak ayal, Serda Saiful yang mengendarai sepeda motor, terkena tembakan di bahu dan pipi. Sedangkan Serda Jafaruddin yang duduk di belakang, luput dari sasaran.
Dandim Suyatno mengungkapkan, para pelaku penembakan kedua anak buahnya itu bersembunyi kebun yang terletak persis di jalan raya Medan - Banda Aceh. "Jumlah mereka sekitar tujuh orang bersenjatakan pistol, M 16, dan AK 47. Tapi syukurlah, Allah masih menyelamatkan jiwa anggota saya," ujarnya.
Mayat di RSU
Ambulan PMI Cabang Aceh Utara, kemarin, membawa sesosok mayat lelaki yang sudah membusuk di sebuah desa di Kecamatan Matangkuli. Kondisi mayat yang sudah mengembung mengakibatkan sulit mengenali wajah korban.
Petugas medis RSU Cut Meutia memperkirakan korban berusia 30-an dan mengalami penyiksaan sebelum meninggal. Hal itu terlihat jelas dari tubuh korban yang penuh luka. Sampai pukul 20.00 WIB tadi malam, petugas medis dan relawan PMI belum mengetahui nama dan alamat korban.(tim)



Galon Blang Malu Dirampok


* Petugas Disekap

Serambi-Sigli
Sekelompok pria bersenjata dan bertopeng merampok Stasion Pompa Bensin Umum (SPBU) Blang Malu Beureunuen Kecamatan Mutiara, Pidie, Sabtu (29/1) dini hari. Petugas jaga malam disekap, brankas uang dibawa lari.
Keterangan yang dikumpulkan Serambi menyebutkan aksi rampok dimulai pada pukul 02.00 WIB dini hari, ketika itu petugas pompa sudah istirahat. Tiba-tiba datang sebuah mobil kijang yang berpura-pura mengisi bensin. "Kami terpaksa melayani mereka, kendati sudah tutup," kata seorang petugas.
Setelah petugas mengisi bensin penuh tangki mobil, kala itu perampok dengan menggunakan senjata dan bertopeng meraup uang yang ada dalam laci di lokasi SPBU. Kemudian perampok masuk ke kantor yang juga masih dalam komplek sama. Dengan todongan senjata meminta petugas jaga malam menyerahkan kunci brankas.
Sebelum beraksi ke ruangan kantor, tiga pria bersenjata dengan memakai topeng terlebih dahulu menyekap petugas ke salah satu ruangan lainnya. "Kami sangat takut dan tak bisa berkutik, karena mereka menodong dengan senjata," kata seorang petugas kepada polisi.
Kelompok perampok lebih bringas ketika diminta kunci brankas, sementara kunci tersebut tak ada sama petugas jaga malam. Akhirnya brankas ukuran sedang bersama tivi, dan kipas angin mereka bawa lari dengan mobil kijang yang mereka tumpangi.
Kapolres Pidie, Letkol Pol Endang Emiqail Bagus ketika dihubungi Serambi, kemarin sedang berada di luar daerah. Tapi, pemilik SPBU dan petugas jaga sudah melaporkan masalah tersebut kepada Mapolsek setempat. "Kami sudah menerima laporan tentang perampokan itu dan sudah saya laporkan ke atas," kata Kapolsek Mutiara, Letda Pol M Jamil Yahya. Menurut polisi perampokan tersebut diduga sudah sangat berencana. Apalagi, sebelum beraksi mereka terlebih dahulu memutuskan hubungan komunikasi dengan cara memutuskan hubungan telepon yang ada di tempat tersebut. Sehingga mereka lebih mudah dalam beraksi.
Perampok bersenjata itu, menurut Jamil, juga membawa lari brankas uang hasil jualan bensin atau solar pada hari Jumat (28/1). Diperkirakan, uang yang ada dalam brankas sekitar Rp 15 juta. Sedangkan uang dari laci yang berhasil diambil sekitar Rp 3 juta. Keseluruhan kerugiannya mencapai Rp 20 juta, termasuk harga tivi dan barang lainnya.
Selain itu, menurut Jamil, perampok juga berhasil membawa kabur sebuah tivi dan kipas angin, yang selama ini dipasang dalam kantor SPBU tersebut. "Semua sudah sering mengimbau supaya tidak menyimpan uang di kantor, apalagi kondisi seperti sekarang ini," katanya.
Drama perampokan SPBU terbesar di Pidie itu, tidak ada korban jiwa dan tak satu pun terdengar letusan senjata. Petugas jaga malam yang sudah disekap dalam sebuah ruangan, akhirnya berhasil lolos sekitar pukul 03.00 WIB. Mereka sangat terkejut begitu melihat brankas sudah dibawa kabur.
Aksi perampokan bersenjata kini sudah mulai menjalar di Pidie, terutama di kota dagang Beureunuen. Sebulan lalu--menjelang lebaran--sekelompok bersenjata juga telah merampok Kantor Pos dan Giro di kota itu. Sebanyak Rp 230 juta uang untuk pembayaran gaji pensiun lenyap.(tu)



Pabrik PT WL Dibakar


* 1600-an Buruh Terancam Nganggur

Serambi-Langsa
Pabrik moulding (pengolahan/pembentukan kayu) PT Wira Lanao di kawasan Kecamatan Ranto Seulamat, Aceh Timur dibakar sekawanan orang tak dikenal, Jumat (28/1) malam. Akibat aksi pembakaran tersebut, sekitar 1600-an karyawan pabrik terancam nganggur.
Kerugian diperkirakan puluhan milyar rupiah. Selain lokasi pabrik, gudang PT WL, PT Tegas Nusantara (TN), dan PT Tjipta Rimba Djaya (TRD) di pinggir alur air asin Desa Sungai Raya juga dibakar orang tak dikenal. Aksi pembakaran itu terjadi pada waktu bersamaan. Pihak kepolisian menduga pelakunya kelompok yang sama.
Aksi pembakaran itu terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Setelah menerima laporan adanya kebakaran itu aparat keamanan yang terdiri dari petugas Polres Aceh Timur dibantu satuan Brimob Sektor C dan tiga unit mobil pemadam kebakaran bergerak ke lokasi untuk mengamankan situasi.
Setengah jam perjalanan barulah aparat tiba di TKP. Sebagian aparat meneruskan perjalanan ke lokasi gudang ketiga perusahaan kayu yang jaraknya masuk ke dalam sekitar lima kilometer itu.
Mengetahui aparat keamanan datang para pelaku pembakaran itu melarikan diri di kegelapan malam. Tidak ada korban jiwa. Semua karyawan pabrik selamat, termasuk petugas Satpam yang kabarnya sempat disekap.
Kebakaran yang terjadi di lokasi pabrik itu sangat mencemaskan warga desa yang bermukim di lingkungan pabrik itu. Kobaran api cukup besar membumbung tinggi, nyaris menjilat rumah-rumah warga desa di sekitar pabrik itu.
Warga desa malah sudah mengeluarkan harta bendanya dari rumah. Untung saja pada malam itu tidak ada angin, sehingga kobaran api tidak menyambar rumah warga desa. "Jika ada angin habislah kami," kata seorang warga desa setempat.
Petugas pemadam kebakaran bersama aparat dibantu buruh pabrik yang bekerja pada malam nahas itu terpaksa kerja keras untuk memadamkan api. Kobaran api di lokasi pabrik moulding kayu itu baru dapat dijinakkan sekitar pukul 04.00 WIB, Sabtu (29/1).
Komandan Sektor C, Letkol Pol Drs Priyatna didampingi Kapolres Aceh Timur, Letkol Pol Drs H Abdullah Hayati serta Kasat Serse Lettu Pol Nurodin kepada Serambi kemarin mengatakan, akibat aksi pembakaran itu yang paling besar mengalami kerugian PT WL. Diperkirakan WL menderita rugi puluhan milyar rupiah.
Separuh lebih bangunan pabrik moulding PT WL beserta isinya ratusan ton kayu olahan (kayu les, hiasan, bingkai, dsb) yang telah dibentuk maupun yang belum dikerjakan kini menjadi abu. Berbagai peralatan pabrik tinggal puing.
Begitu juga komplek perumahan karyawan yang bangunannya berdekatan dengan bangunan pabrik rata dengan tanah. Satu unit truk Fuso, satu unit mobil Daihatsu Taft GT turut terpanggang. Terkecuali dua unit mobil Isuzu Panther yang juga berada di lokasi itu dirampas orang-orang tak dikenal itu.
Lokasi pabrik moulding PT WL itu terletak di pinggir jalan Banda Aceh-Medan kawasan Desa Sungai Raya, Ranto Seulamat. Kini para karyawan Pabrik PT WL sebanyak 1600-an orang itu terancam nganggur. "Aktivitas kerja di pabrik PT WL terpaksa dihentikan dalam waktu yang tidak dapat dipastikan," kata Priyatna mengutip keterangan Manajer Pabrik PT WL, Johanes Sembiring.
Musibah kebakaran di pabrik moulding PT WL bermula dengan disekapnya Satpam Pabrik oleh enam orang warga sipil pada malam itu. Dua orang di antaranya memiliki senjata api. Seorang memegang senjata laras panjang dan seorang lagi menggenggam sepucuk pistol. Katika itu di pabrik sedang bekerja sebanyak 50 orang karyawan.
Setelah menyekap petugas Satpam, kawanan sipil bersenjata itu masuk ke dalam pabrik. Semua yang bekerja di dalam pabrik baik yang berada di kompleks diperintahkan ke luar. Setelah itu barulah dilakukan aksi pembakaran itu.
Sementara gudang PT WL, TRD dan TN yang berlokasi di areal lopon (pelabuhan kecil) tepi alur air asin Desa Sungai Raya yang juga dibakar orang-orang tak dikenal hanya sebagian bangunan gudang saja terbakar.
Namun ada benda lain yang ikut terbakar di areal lopon itu. Di lokasi gudang PT WL, sebuah mobil tanki. Di gudang TRD satu unit Hard Top. Di gudang TN satu unit loader ikut terbakar.
Sedangkan yang membakar gudang PT WL, TN dan TRD yang terletak di pinggir alur air asin itu diperkirakan empat orang dari kelompok pembakar yang sama. Pihak aparat sempat melakukan pengejaran, namun para pelaku pembakaran itu berhasil meloloskan diri.
Jurubicara GAM Tgk Ismail Syahputra via telepon kepada Serambi tadi malam menyatakan pihaknya tak terlibat dalam aksi itu. "Kami menduga malah pabrik dan gudang-gudang itu dibakar sendiri oleh pihak dalam karena sekarang mereka kesulitan bahan baku. Jadi, jangan dikait-kaitkan dengan GAM," katanya. (tim)



Ulama Protes Pencidukan Al-Chaidar

Serambi-Jakarta
Kalangan ulama dan pimpinan ormas Islam menyesalkan sikap dan tindakan Pemerintah, terutama aparat keamanan, yang "asal main tangkap" terhadap tokoh dan aktivis Islam, tanpa memperdulikan asas praduga tak bersalah yang menjadi semangat reformasi dewasa ini.
Sikap "main tangkap" dari aparat keamanan itu dikhawatirkan bisa mengganggu proses demokratisasi serta menghidupkan kembali sikap represif pihak penguasa yang menerapkan pola kebijaksanaan Orde Baru terhadap kalangan Islam kritis, demikian rangkuman pendapat Sekretaris Umum Majelis Ulama Indoensia (MUI) Nazri Adlani, Ketua Umum PB Al-Jamiatul Washliyah Azzeddin kepada pers di Jakarta, Sabtu (29/1).
Pendapat itu diungkapkan Nazri dan Azzeddin menanggapi pertanyaan wartawan mengenai penangkapan yang dilakukan aparat keamanan terhadap Al-Chaidar, selaku Panitia Aksi Sejuta Ummat di Lapangan Monas (7/1) yang dituduh sebagai provokator peristiwa Mataram, NTB. Al-Chaidar yang putra Aceh Utara, adalah penulis sejumlah buku. Antara lain buku Aceh Bersimbah Darah dan Gerakan Aceh Merdeka.
Nazri Adlani yang juga wakil Ketua MPR-RI mengatakan, pihak kepolisian sebaiknya menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah dalam melakukan penangkapan terhadap tokoh Islam itu.
Ia juga menyesalkan sikap aparat keamanan yang telah menuduh secara sepihak kepada Al-Chaidar dengan menyebarkan informasi ke media massa bahwa yang bersangkutan adalah provokator peristiwa Mataram, NTB. "Padalah, hal itu belum dibuktikan secara hukum," katanya.
"Maka, jika demikian sikap kepolisian, nantinya orang takut berkhotbah di mimbar Jum'at, karena bisa disebut provokator," kata Nazri.
Sedangkan, Azzeddin mengatakan, pihak kepolisian seyogyanya memanfaatkan kedekatan hubungannya dengan para ulama untuk mengadakan silaturrahmi dengan Al-Chaidar itu, bukan main tangkap seperti itu.
"Sebaiknya adakan dialog dulu dan dimusyawarahkan dengan para tokoh dan ulama yang lebih senior dan jelaskan kepada mereka hal yang dituduhkan itu," katanya.
Azzeddin, yang juga anggota MPR-RI menyatakan tidak setuju dengan tindakan aparat keamanan itu padahal negara Indonesia adalah negara hukum. "Jangan kita terjebak lagi ke dalam lubang yang sama seperti jaman Orba," katanya.
Ia mengkhawatirkan sikap Pemerintah seperti itu berkembang sehingga timbul lagi citra Islam radikal yang menyebabkan umat Islam di Indonesia dianggap sebagai musuh Pemerintah dan anti-persatuan.
Sebagaimana dilaporkan media massa bahwa Polda Metro Jaya pada hari Kamis (27/1) menangkap Al-Chaidar, penyelenggara tabligh akbar sejuta umat ketika baru saja mendarat dari Malaysia di Bandara Soekarno-Hatta.
Hingga Jumat sore, Al-Chaidar masih terus diperiksa petugas di Polda Metro, padahal ia belum berstatus tersangka. Namun, ia disebut-sebut sebagai penanggungjawab acara tabligh akbar sejuta umat di Monas.
Dikabarkan salah satu orator dalam acara itu, pidatonya tidak sesuai dengan ideologi negara sehingga harus dipertanggungjawabkan.
Sejalan dengan penangkapan Al-Chaidar, Ketua Umum Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) Eggy Sudjana juga menjalani pemeriksaan sebagai saksi kerusuhan di Mataram, NTB. (ant)



Empat Ormas Aceh Keluarkan Sikap

Ada Upaya 'Pembusukan' Islam

Serambi-Banda Aceh
Empat organisasi berbasis Islam mencurigai adanya upaya 'pembusukan' terhadap citra Aceh yang islami. Di antaranya dengan melakukan berbagai tindak kekerasan sadis tehadap etnis lain sesama muslim, penembakan di lingkungan masjid, atau mengarak 'tersangka' pelaku kesalahan sesuka hati dengan maksud hura-hura.
Dugaan adanya grand skenario membusukkan Aceh dan Islam itu, berkembang dalam diskusi marathon empat organisasi Islam, yaitu Badko HMI, PW PII, Thaliban, adan KAMMI, sejak Jumat hingga Sabtu sore kemarin.
Diskusi itu membahas situasi Aceh terakhir, serta beragam organisasi gerakan dengan baju HAM, demokratisasi, lingkungan, dan semacamnya. Menurut Ormas Islam ini, apa pun baju mereka dapat diterima sepanjang operasionalnya secara langsung atau tersamar, tidak malah merendahkan martabat Aceh dan Islam itu sendiri.
"Kembalilah ke Islam! Ada yang tidak jujur menafsirkan syariah Islam sehingga mengesankan suasana kacau balau begini," kata Ketua M Tanwier Mahdi, Pj Ketua Badko HMI Aceh ketika menjelaskan hasil diskusi Ormas berbasis Islam tersebut.
Diskusi itu mengeluarkan satua seruan yang ditandatangani oleh Tgk H Bulqaini Tanjungan, SAI (Thaliban), M Noor Fakhrurrazi (KAMMI), M Tanwier Mahdi (Badko HMI), dan M Ysuf AG, S.AG.
Mengutip pendapat dalam diskusi, Aceh tidak lebih tinggi dari Islam. Karenanya, tidak ada alasan memakai label Aceh untuk melanggar hukum Islam, seperti membunuh etnis lain, mengarak orang yang diduga berbuat salah, atau semacamnya. Tanwier melihat ada yang ingin mencitrakan Aceh dan Islam--dua hal yang tak bisa dipisah--sebagai satu kesatuan yang kacau balau, bahkan bar-bar. Mereka secara langsung atau tidak, memprovokasi rakyat untuk melanggar hukum Islam itu sendiri.
"Menyakitkan sekali," katanya. Padahal, tambah Tanwier, umat Islam secara nasional saat ini sedang 'dianiaya' secara kasar. Kasus Ambon atau Maluku, pemboman masjid Istiqlal, atau kerusuhan di berbagai komunitas mayoritas Islam, adalah contoh-contoh nyata. "Kasus Aceh dan pencitraan Islam yang kasar di Serambi Mekkah ini agaknya punya benang merah dengan berbagai situasi nasional itu. Semoga masyarakat cepat memahami ini. Sebab, Aceh adalah kebanggaan Islam, dan karenanya Aceh harus 'dibusukkan'," tambahnya.
Karena itu, keempat organisasi berbasis Islam ini mengeluarkan sejumlah butir sikap. Diantaranya, meminta agar semua pihak menyelesaikan persoalan Aceh secara Islami, mengajak agar rakyat berpegang teguh pada tali (hukum) Islam, dan meningkatkan ukhuwah islamiah, serta mengajak agar semua pihak tidak meninggalkan ulama.
Kepada komponen umat Islam di Aceh, apapun suku dan rasnya, agar, agar merapatkan barisan dan mewaspadai upaya-upaya menghancurkan citra Islam oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan Aceh aman. Apa pun upaya penyelesaian Aceh, keempat organisasi ini tetap berprinsif pada kebenaran yang bersumber dari al-Quran dan Hadits.(tim)



MUI Aceh Imbau AGAM dan Militer Gencatan Senjata

Serambi-Banda Aceh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh mengimbau GAM/AGAM dan TNI/Polri agar segera melakukan gencatan senjata, sehingga tidak ada lagi jatuh korban akibat pertikaian mereka.
"Tidak ada cara lain, kecuali kedua belah pihak yang bertikai agar menghentikan tindakan kekerasan dan secepatnya melakukan gencatan senjata," ujar Ketua Umum MUI Aceh, Dr Tgk H Muslim Ibrahim MA dalam keterangan persnya yang diterima Serambi, di Banda Aceh, kemarin.
MUI Aceh mengimbau umat Islam di daerah ini agar senantiasa dan terus-menerus mendekatkan diri kepada khaliq, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbanyak amal shalih lainnya. Demikian pula dalam hal ibadah sosial, umat Islam dapat memelihara ukhuwah Islamiah, rasa kepedulian sesama dan saling membantu dalam kebaikan.
MUI Aceh juga menyatakan merespon dan mendukung sepenuhnya pernyataan sikap mahasiswa, Thaliban, LSM, dan komponen masyarakat lainnya di Aceh, supaya pihak-pihak yang bertikai (TNI/Polri dan AGAM, GAM), agar menghentikan berbagai tindak kekerasan, melakukan gencatan senjata dan meninggalkan berbagai tindakan arogansi lainnya terhadap rakyat sipil, serta senantiasa menghargai kehidupan, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Selanjutnya kepada berbagai komponen masyarakat, MUI mengharapkan supaya terus berupaya maksimal untuk menemukan solusi efektif guna menyelesaikan kasus Aceh secara damai, terhormat, berkeadilan, bermartabat, dan menyeluruh menuju terwujudnya masyarakat Baldatun Thaiyibatun Warabbul Ghafur. "Dalam hal ini, menjaga dan melestarikan semangat Ukhuwah Islamiah dan persatuan antarberbagai komponen masyarakat merupakan suatu keniscayaan," kata Tgk Muslim.
Kepada penyelenggara negara dan elit politik Aceh dan Jakarta, MUI mengharapkan dapat mengambil sikap proaktif dalam menghentikan berbagai tindak kekerasan, pembakaran, penjarahan, dan penistaan nilai-nilai kemanusiaan yang secara faktual masih saja terjadi di Aceh.
"Kemudian, kepada alim ulama, aktivis dan tokoh-tokoh masyarakat hendaknya memberi perlindungan dan pengayoman serta mendorong rakyat untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik," demikia MUI Aceh.(y)