:
00.30 Wib Rabu,
01 Maret 2000
Mapolsek Kluet Diserang
* Satu
Brimob Tewas, Satu Kritis
Serambi-Tapaktuan
Markas Polisi Sektor
(Mapolsek) Kluet Selatan, Aceh Selatan dihujani peluru yang ditembakkan kelompok
sipil bersenjata, Senin (28/2) malam. Satu anggota Brimob, Sertu Pol Syair Syah
(37) yang berada dalam kantor polisi tersebut tewas diterjang peluru, seorang
lainnya, Serda Pol Junaidi (24) mengalami luka-luka kena tembakan.
Dengan
peristiwa tersebut berarti selama dua pekan terakhir tercatat tiga personil
Polsek Kluet Selatan tewas korban penembakan kelompok bersenjata. Peristiwa,
Senin (14/2) pagi lalu, Kapolsek Kluet Selatan, Letda Pol Cut Ajat SH (37) dan
Bataud setempat, Serma Pol Meurah Hayat (38) tewas setelah Mobil patroli yang
ditumpangi diserang sipil bersenjata ketika melintasi jalan Kandang (Kluet
Selatan)-Kotafajar (Kluet Utara).
Kapolres Aceh Selatan, Letkol Pol Teuku
Keumala ketika dihubungi, Serambi, kemarin menjelaskan, penyerangan Mapolsek
Kluet Selatan berlokasi di Kandang dilakukan kelompok GBPK (Gerombolan
Bersenjata Pengacau Keamanan) --sebutan aparat untuk kelompok GAM-- terjadi
setelah shalat maghrib atau sekitar pukul 19.30 WIB.
Aksi penyerangan
dilakukan secara mendadak berasal dari empat titik arah depan Mapolsek yang
berdekatan dengan deretan ruko (rumah toko). Masing-masing dari arah depan atau
dari Kantor Pos dan Giro, dari arah WC umum, dari arah jalan desa menuju sungai
dan dari arah tempat usaha perabot.
Kelompok penyerang diperkirakan
beranggotakan antara 5-8 orang menggunakan senjata laras panjang jenis AK 47, M
16 dan Sten. Serangan pada malam hari itu mengakibatkan dinding samping kanan
dan kiri kantor Mapolsek Kluet Selatan yang terbuat dari papan bolong-bolong
ditembus peluru, demikian juga kaca depan kantor pecah berhamburan.
Pada
saat terjadi hujan peluru, aparat polisi (Brimob, Gegana, dan personil Polsek
setempat) yang berada didalam kantor Mapolsek yang berlokasi dekat makam
pahlawan Teuku Cut Ali itu, menurut Kapolres Letkol Pol Teuku Keumala segera
melakukan serangan balasan. Namun anggota GAM memilih melarikan diri dari lokasi
bengitu aparat melepas tembakan balasan.
Menurut Kapolres Letkol Teuku
Keumala, serangan anggota GAM tersebut mengakibatkan seorang anggota Brimob,
Sertu Pol Syair Syah (Bintara Peleton/Baton) tewas setelah terkena tembakan pada
bagian punggung (dari belakang). Sedangkan seorang anggota Brimob lainnya, Serda
Pol Junaidi (24) mengalami luka-luka kena tembakan pada tangan kanan.
Kedua
aparat Brimob itu berasal dari Polda Sumatera Barat (Sumbar) yang di-BKO-kan di
Polsek Kluet Selatan. Menyusul aksi penyerangan, seluruh personil BKO dan aparat
Polsek pada malam itu juga melakukan aksi penyisiran, sementara anggota yang
tewas dan luka-luka segera dilarikan ke RSU Dr Yulidin Away
Tapaktuan.
Jenazah Sertu Pol Syair Syah sekitar pukul 05.30 WIB, kemarin
dipulangkan kesatuannya Polda Sumbar untuk dikebumikan di kampung halamnnya.
Jenazah korban dilepas dalam suatu upacara di Mapolres Tapaktuan dengan
inspektur Letkol Pol Teuku Keumala. Pada saat yang sama, Serda Pol Junaidi yang
mengalami luka tembak pada tangan kanan juga dirujuk ke Rumah Sakit Polda Sumut
dengan mobil ambulan setelah mendapat pertolongan dokter RSU Yulidin Away
Tapaktuan.
Peristiwa penyerangan yang merengut satu korban jiwa aparat Brimob
dan satu lainnya menderita luka-luka sangat disesalkan Kapolres Aceh Selatan.
Karena aksi penyerangan justru terjadi pada saat situasi keamanan Aceh Selatan
semakin kondusif. "Penyerangan itu dilakukan pihak yang tidak menginginkan
daerah ini aman," tegas Kapolres.
Karenanya aparat polisi sebagaimana
ditegaskan Kapolres Letkol Pol Teuku Keumala tidak tinggal diam. Dengan mendapat
dukungan masyarakat setempat, tindakan pengejaran untuk menangkap tersangka
pelaku penyerangan terus dilakukan dengan melakukan aksi penyisiran yang
melibatkan aparat Brimob, Gegana dan personil Polres/Polsek.
Menyusul aksi
penyerangan kantor Polsek Kluet Selatan, aparat BKO dan personil Polres segera
melakukan penyisiran, namun sore kemarin (Selasa sore), Kapolres mengakui belum
ada tersangka yang ditangkap. "Aksi penyisiran semakin intensif. Target kami
meringkus tersangka penembakan," tegas Letkol Teuku Keumala.
Menurut
Kapolres, dalam aksi penyesiran, Selasa (29/2) pagi kemarin, aparat polisi
berhasil menyita barang bukti di sekitar Mapolsek setempat. Barang bukti yang
disita berupa 33 selonsong peluru AK 47, 22 selonsong peluru senjata sten
kalibar 9 mm, termasuk satu butir peluru sten yang masih utuh, dan 3 selonsong
peluru M 16.
Di halaman Mapolsek juga ditemukan satu buah bom yang tidak
meledak setelah dilempar kelompok penyerang malam itu. Bom yang tidak meledak
tersebut, menurut Kapolres kini diamankan oleh Resimen Gegana.
Sementara itu
dari Kluet Selatan dilaporkan, sampai tadi malam suasana masih mencekam,
menyusul aksi penyisiran yang dilakukan aparat Brimob, Gegana dan personil
Polres. Rumah penduduk dan toko-toko, khususnya di Kandang/Suaq Bakong (pusat
Kecamatan Kluet Selatan) tidak buka. Warga masih enggan keluar rumah. Namun
sejauh ini belum ada laporan tentang kejadian tidak diinginkan sebagai ekses
aksi penyerangan kantor Mapolsek Kluet Selatan itu.(tim)
Setelah 10 Bulan tak Bertuan, Polisi Kembali Hidupkan
Nisam
Serambi-Lhokseumawe
Setelah 10 bulan praktis menjadi
daerah tak berpemerintahan, Kecamatan Nisam, Aceh Utara, Selasa (29/2) kemarin,
kembali "bertuan" yang ditandai dengan come back-nya Polisi Sektor (Polsek)
membuka kantor di bawah tenda yang dibangun di antara puing-puing reruntuhan
bangunan balai desa yang dibakar.
Kecamatan yang berjarak 26 km barat daya
Kota Lhokseumawe itu, sejak Mei 1999 lalu, menjadi salah satu kecamatan tak
berpemerintahan di Aceh Utara menyusul memburuknya situasi keamanan dan
dibakarnya hampir seluruh bangunan kantor pemerintahan yang ada di sana.
Polisi sebagai salah satu instrumen hukum membuka kembali kantornya secara
resmi di Nisam, petang kemarin, sekitar pukul 17.00 WIB. Untuk menjalankan
fungsi penegakan hukum dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sebanyak
dua satuan setingkat peleton (SST) Brimob dan UPS plus anggota Polsek "diinvasi"
ke sana dengan menggunakan tiga truk dan sejumlah minibus.
Dansubsektor
Operasi Sadar Rencong-III Wilayah Tengah Aceh Utara, Kapten Pol Drs Kamaruddin,
yang memimpin kembalinya polisi ke kecamatan tersebut mengingatkan segenap
personil yang ditempatkan di sana bahwa kehadiran polisi di Nisam untuk
melindungi rakyat.
Selaras dengan itu, perwira muda kelahiran 1968 tersebut
minta para prajuritnya untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat. "Lindungi dan
bantu masyarakat sepenuhnya untuk bisa menjalankan aktivitas kesehariannya
dengan cara meniadakan gangguan dan pelanggaran hukum," pesan Kapten
Kamaruddin.
Kehadiran kembali aparat kepolisian di Kecamatan Nisam, kemarin,
disambut masyarakat setempat dengan kibaran bendera merah putih di hampir setiap
bangunan rumah dan pertokoan. "Bendera itu dalam sekejap sudah berkibar, padahal
tidak ada perintah apalagi paksaan dari kita," ungkap Kapten
Kamaruddin.
Selain kibaran bendera merah putih, masyarakat yang berpapasan
dengan armada pasukan juga tampak menunjukkan simpatinya dengan mengangkat
tangan dan memberikan salam.
Pembukaan kembali Mapolsek Nisam -- walau di
bawah tenda, turut disaksikan dua staf Mapolres Aceh Utara masing-masing Kasat
Bimmas, Kapten Pol Drs AM Kamal dan Kabag Administrasi, Lettu Pol M Harun
Hasyem. Kapolsek Nisam Lettu Pol Dasrizal juga hadir di tengah suasana
itu.
Untuk melayani masyarakat sekaligus kebutuhan penginapan personelnya,
Polsek Nisam membangun dua tenda di sekitar komplek Puskesmas. Sebelumnya di
sana ada dua bangunan permanen. Yakni Balai Desa dan Kantor Urusan Agama. Namun,
keduanya sudah menjadi puing-puing setelah dibakar dan kemudian
dirubuhkan.
Kecamatan Nisam yang berluas 241,47 kilometer bujur sangkar dan
berpenduduk sekitar 40.000 jiwa yang tergabung dalam 6.000 KK merupakan sebuah
kecamatan potensial pertanian. Hamparan sawah dan perkebunan tampak subur.
Sejumlah jalan kabupaten di daerah dimaksud juga tembus ke berbagai kecamatan
lain seperti Sawang dan Pante Bahagia, Matangkuli. (tim)
Perubahan Besar Terjadi di Aceh
Serambi-Banda Aceh
Jika draft UU Nanggroe (Negeri) Aceh
Darussalam (NAD) disetujui MPR/DPR-RI secara utuh, maka akan terjadi
perubahan-perubahan besar di Aceh. Di antaranya, lembaga DPRD I Aceh akan
dibubarkan. Tapi, kalangan pimpinan partai politik di Aceh menyatakan perubahan
ini tidak menjadi persoalan. Karena diupayakan demi kebaikan masyarakat yang
berdiam di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.
Hal itu diungkapkan Abdoeh
Hamid (Wakil Ketua DPW PAN Aceh), Abdullah Saleh SH (Wakil Ketua DPW PPP Aceh),
dan Moersyid Minosra (Sekretaris DPD I Golkar Aceh) yang dihubungi Serambi
secara terpisah di Banda Aceh, Selasa (29/2).
Menurut Abdoeh Hamid,
merupakan persoalan biasa jika lembaga DPRD yang multipartai ini dibubarkan.
Sebab, nanti akan digantikan dengan lembaga Dewan Rakyat Aceh (DRA) yang juga
mewakili rakyat di dalam Nanggroe Aceh Darussalam.
Bedanya, semua persoalan
hukum dan pemerintahan akan dipertanggungjawabkan kepada para tuha lapan
(delapan tokoh/pemuka) yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat Aceh
Darussalam (MRA). Anggotanya berjumlah delapan kali lipat banyaknya kecamatan
yang ada di Aceh.
Dengan demikian, katanya, basis kekuatan rakyat Aceh jika
UU itu disahkan, akan berada di kecamatan. Karena, tuha delapan akan dipilih
melalui rakyat yang ada dalam sebuah kecamatan.
Rasanya, kata Abdoeh yang
juga sebagai Ketua Pansus DPRD Aceh ketika lembaga itu diminta menyusun UU
dimaksud, Undang-undang itu baik jika utuh diterima. Karena, bisa mewakili
aspirasi masyarakat dari lapisan yang paling bawah.
Sedangkan Sekretaris DPD
I Golkar Aceh, Moersyid Minosra menyebutkan, partainya akan mati-matian
memperjuangkan agar UU itu disetujui MPR/DPR-RI. Karena, Golkar merasa konsen
dengan apapun keinginan rakyat Aceh.
Lagi pula, kata Moersyid yang juga Wakil
Ketua DPRD Tk I Aceh, pengganti DPRD nanti juga lembaga dewan yang dibentuk
rakyat Aceh. Dengan demikian, walaupun lembaganya beda, tapi fungsinya akan sama
dengan yang ada sekarang.
Bagi Golkar, kata Moersyid, tidak persoalan jika
lembaga DPRD di bubarkan. Yang penting, Aceh ke depan harus lebih baik dari hari
ini.
Sedangkan Wakil Ketua DPW PPP Aceh, Abdullah Saleh SH, menyatakan
optimis UU ini bisa diterima masyarakat Aceh maupun pemerintah pusat. Karena, UU
ini merupakan salah satu solusi bagi pemecahan masalah Aceh.
Lagi pula, kata
Abdullah Saleh, penyelenggaraan hukum dan pemerintahan yang ada dalam draft UU
tersebut, kondisi budayanya berciri khas Aceh. Keadaannya akan mirip dengan
situasi di masa kejayaan Aceh dulu.
Kala itu, tambah Abdullah Saleh, Sultan
Iskandar Muda bisa mengatur kerajaan Aceh, berdampingan dengan ulama-ulama besar
yang ada ketika itu. Situasi seperti itu pula yang membuat kerajaan Aceh mampu
tampil sebagai negara Islam kelima terbesar di dunia.
Maka, jika RUU NAD
diterima pemerintah pusat maupun rakyat Aceh, berarti Rahmatallil'alamin itu
akan kembali lagi di daerah ini. "Warganya tidak lagi keliru seperti yang
terjadi pada sebagian besar masyarakat sekarang ini. Memegang dan memeluk agama
Islam tidak secara kaffah," katanya.
Menurut prediksi ketiga tokoh Parpol
itu, UU ini akan segera dibahas di tingkat pusat. Jika disetujui, kata Abdoeh,
paling tidak akan efektif diberlakukan sekitar tahun 2003. Sedangkan Moersyid
menyebutkan akan diperjuangkan agar segera bisa efektif. Sementara Abdullah
Saleh memperkirakan sekitar tahun depan.(ed)