10.
00
Wib Minggu, 05 Maret 2000
Panglima GAM Wilayah Blangpidie Tertembak
Serambi-Tapaktuan
Aparat Keamanan menyatakan panglima GAM Wilayah Blangpidie, Tgk Rajuddin Abbas (43), tewas setelah ditembak pada bagian paha kiri dalam kontak senjata dengan aparat pada saat rumahnya yang berada di Desa Alue Jeureujak, Kecamatan Pembantu Babahrot, Aceh Selatan, hendak digrebek aparat, Sabtu (4/3) pagi kemarin.
Selain itu dalam serangan fajar tersebut aparat juga menyita empat butir peluru FN, satu magazen, dan dokumen GAM lainnya. Sementara, kata aparat, empat orang kawanan GAM lainnya berhasil meloloskan diri bersama dua senjata laras panjang dalam kontak senjata itu.
Kapolres Aceh Selatan Letkol Pol Teuku Kemala melalui Wakapolres, Mayor Pol Drs Supriyadi Djalal kepada Serambi, Sabtu kemarin, menyatakan Tgk Rajuddin Abbas alias Ramli alias bin Tgk Lamno (43) mengalami pendarahan hebat setelah paha kirinya ditembus peluru. Ia menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan dari Puskesmas Kuala Batee ke RSU Dr Yulidin Away, Tapaktuan.
Dijelaskan, Panglima GAM Wilayah Blangpidie yang membawahi tujuh kecamatan mulai Kuala Batee - Meukek ini tertembak di rumah istri keduanya di Desa Alue Jeureujak, sekitar pukul 05.00 WIB, kemarin. Pada saat itu, sekitar 35 personil aparat kepolisian yang berintikan Polsek Kuala Batee dan Brimob yang di-BKO-kan di bawah pimpinan Lettu Pol Agung melakukan penggerebekan, setelah sebelumnya mendapat informasi bahwa Tgk Rajuddin bersama sejumlah pengikutnya berada di rumah tersebut.
Ketika rumahnya hendak digerebek, ia bersama empat kawannya langsung menghadang aparat dengan tembakan, maka terjadilah kontak senjata. Peristiwa kontak senjata yang dikatakan berlangsung 10 menit itu berhasil dipatahkan pihak aparat dan langsung menerobos masuk ke rumah tersebut yang terletak tidak jauh dari pinggir jalan raya Blangpidie - Meulaboh.
Saat aparat menerobos masuk ke rumah, ternyata Tgk Rajuddin masih berada dalam rumah dan pada saat bersamaan ia hendak berusaha lari meloloskan diri dari kepungan aparat tersebut. Karena melihat gelagat korban hendak kabur itu, maka aparat terpaksa melumpuhkannya dengan satu tembakan pada bagian paha kiri hingga tembus dan akhirnya ia berhasil diringkus. "Kalau ia tidak lari mungkin tidak ditembak, karena sebelumnya telah diperingatkan," ungkap Wakapolres.
Sementara, empat orang kawannya berhasil meloloskan diri dalam subuh buta dari jalan belakang rumah tersebut dengan membawa dua pucuk senjata laras panjang. Mereka diperkirakan lari dan bersembunyi ke sekitar hutan setempat.
Sedangkan, korban yang mengalami luka tembak pada paha kiri karena mengalami pendarahan hebat sekitar pukul 06.00 WIB baru berhasil dievakuasi ke Puskesmas Kuala Batee yang jaraknya sekitar 15 km dari TKP. Karena pendarahan yang dialami korban semakin parah akhirnya diputuskan untuk dirujuk ke RSU Dr Yulidin Away, Tapaktuan, sekitar pukul 09.30 WIB. Dalam perjalanan dari Kuala Batee - Tapaktuan itulah akhirnya korban menghumbus nafas terakhir. Dari keterangan yang berhasil dihimpun didapat informasi, rumah papan yang digerebek aparat tersebut, beberapa saat setelah peristiwa itu terbakar hingga rata dengan tanah. Namun, sejauh ini belum diketahui siapa yang melakukan pembakaran terhadap rumah tersebut. "Saya belum menerima laporan mengenai adanya kebakaran rumah itu," kata Supriadi.
Menurut Wakapolres, pihaknya juga berhasil menyita sejumlah barang buktinya lainnya yaitu, 4 butir peluru jenis FN, satu buah magazen, dan sejumlah dokumen GAM lainnya. Sedangkan, empat anggota GBPK yang berhasil meloloskan diri tersebut saat ini terus dilakukan upaya pengejaran. "Kita terus memburu mereka tersebut dan orang-orang itu telah berhasil kita identifikasi. Untuk itu kami minta mereka segera menyerahkan diri dengan baik-baik kalau tidak mau diperlakukan dengan cara keras," katanya.
Sedangkan, jenazah Tgk Rajuddin yang sempat berada beberapa jam di kamar mayat RSU Tapaktuan, akhirnya sekitar pukul 20.30 WIB dibawa pulang ke Kuala Batee setelah dijemput keluarganya untuk dikebumikan. "Kita telah serahkan jenazah Rajuddin tersebut pada keluarganya," kata Wakapolres.(tim)
Ditemukan Kuburan Korban Kekerasan
*Dishut Atim Dibom
*Di Seunagan Ditemukan Mayat
Serambi-Lhokseumawe
Dua korban tindak kekerasan ditemukan terkubur di Dusun Blang Abek Desa Keude Simpang Empat Kecamatan Kutamakmur, Aceh Utara, Sabtu (4/3) dalam kondisi menggenaskan. Kedua korban, usai digali diketahui bernama Lukman (35) penduduk Desa Simpang Empat sedangkan korban lain yang dikubur dengan jarak enam meter, diidentifikasi bernama M Thaib (35), warga Desa Meunasah Tengoh Kecamatan Syamtalira Aron.
Keterangan yang dikumpulkan Serambi dari Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal yang didampingi Perwira Perhubungan Penerangan kapten Pol Drs AM Kamal serta relawan PMI, menyebutkan kedua korban dievakuasi sekitar pukul 10.00 oleh aparat keamanan, petugas PMI, dan masyarakat setempat. Ada yang memperkirakan korban dibunuh oleh kelompok bersenjata. Namun, hingga tadi malam, pihak GAM tak ada yang memberi klarifikasi tentang penemuan mayat dengan luka penganiayaan itu.
Kapolres Syafei Aksal menambahkan, keduanya ditemukan sudah terkubur dan menebarkan aroma kurang sedap di dua lubang terpisah yang hanya berjarak enam meter di semak-semak. Korban yang bernama Lukman dijemput keluarganya usai digali, sedangkan M Thaib yang kepala dan tangan kiri terpisah dengan badan sempat diotopsi di RSU Lhokseumawe, sebelum dijemput familinya. "Kasus tersebut dalam penyelidikan Polres Aceh Utara. Pelakunya akan dikejar aparat keamanan," tegas Syafei Aksal.
Amatan Serambi di ruang jenazah RSU Lhokseumawe, M Thaib mengenakan celana jins pendek dan baju kemeja. Sementara kulit dada korban terkelupas hingga menampakkan tulang rusuk. Ditambahkan petugas medis, korban ditemukan terkubur dibalut dengan plastik hitam dengan kepala dan lengan kiri korban terpisah dari badan.
Menurut Sadli, salah seorang keluarga M Thaib yang ditemui Serambi di RSU Lhokseumawe, korban sudah menghilang seminggu lalu sebelum kemudian ditemukan meninggal dalam kondisi yang menyedihkan. Siang kemarin, korban dijemput keluarganya dan dibawa pulang ke Desa Keude Teupin Punti Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara.
Dibom
Dari Langsa dilaporkan, Kantor Dinas Kehutanan Aceh Timur yang terletak di Jalan Ahamd Yani kembali diserang dengan bom rakitan. Tak ada korban jiwa akibat yang meledak sekitar pukul 23.30, Jumat (3/3) malam. Kerusakan hanya pada bagian ruangan personalia. Instansi itu sudah dua kali dibom yang dilontarkan oleh orang tak dikenal.
Suara letusan bom itu cukup besar sehingga membuat warga di sekitar instansi itu terkejut. Suasana pada malam itu cukup sepi, tidak ada lagi kendaraan bermotor yang berlalu lalang pada jalan protokol.
Tak ada masyarakat yang berani keluar rumah, sebelum aparat tiba di tempat kejadian. Menurut kepolisian, bom rakitan itu dilempar oleh pelakunya dari jalan aspal yang kemudian terjatuh persis di emperen dekat dinding ruang personalia. Letusan bom itu membuat berlubang berbentuk lingkaran sikitar 30 centimeter. Selain itu dinding beton terkelupas terkena serpihan bom dan atap asbes pecah.
Kapolres Aceh Timur, Lekol Pol H Abdullah Hayati kepada wartawan kemarin melalui Kasat Intel Pam Pol, Lettu Muh Husin mengatakan instansi kehutanan sudah dua kali dibom oleh orang tak dikenal. Pada pertengahan Februari lalu, disasarkan pada ruang kepala dinas. Mayat
Sementara itu, masyarakat Kecamatan Seunagan, Aceh Barat, menemukan sesosok mayat tanpa identitas di pinggiran Krueng Nagan kawasan Desa Cot Kuta kecamatan setempat, Sabtu (4/3) sekitar pukul 14.00 WIB. Mayat yang diperkirakan berusia 30 tahun itu, hingga kemarin masih terbaring di kamar mayat RSU-CND Meulaboh.
Petugas UGD RSU-CND Meulaboh, kepada Serambi menjelaskan, mayat yang menggunakan celana warna hitam, baju kaus putih bergaris-garis hitam, tali pinggang hitam merek Queen itu, diantar oleh petugas Puskesmas Seunagan bersama Kapolsek setempat Letda Pol Jauhari Iskandar, sekitar pukul 17.00 WIB.
Sesuai hasil pemeriksaan di RSU CND Meulaboh, mayat itu mengalami luka tembak di paha sebelah kiri hingga tembus, leher terikat dengan tali nilon dan luka di bagian muka, sehingga sulit dikenal, apalagi tidak ada identitas diri, kata petugas UGD. "Ciri-ciri lain, tubuh mayat itu gemuk pendek, rambut lurus dan rayeuk talak (dalam bahasa aceh)," jelas Abd Azis.
Petugas UGD RSU-CND Meulaboh, Abd Aziz menyatakan, kepada seluruh masyarakat Aceh Barat terutama penduduk Kecamatan Seunagan, Beutong dan Kuala, agar dapat datang untuk melihatnya. Karena dari beberapa warga yang telah melihat, tak ada satupun yang mengenalnya.
Karena kondisi mayat telah mulai membusuk, maka pihak RSU-CND akan menunggu sampai hari Minggu (5/3). "Bila hingga pukul 10.00 WIB hari ini --Minggu 5/3) --tak dijemput, maka mayat ini akan kami kebumikan," kata Abd Aziz.(tim)
Di Aceh Barat
Dua GAM Tewas, Satu TNI Luka
*PNS dan Masyarakat Berikrar
Serambi-Meulaboh
Dua anggota GAM tewas tertembak dalam insiden kontak senjata di kawasan Pantecermin, Kecamatan Kaway XV, Aceh Barat, Sabtu (4/3) sore. Salah seorang anggota GAM yang tewas itu, diidentifikasi bernama Nyak Kula AR, warga Desa Manjeng, kecamatan itu. Sedangkan satu lainnya, belum diketahui identitasnya.
Dalam peristiwa itu, seorang anggota TNI Yonif 112/DJ Pratu Edi Ham Pohan juga terkena tembakan. Tapi, menurut keterangan aparat, peluru hanya melukai bagian kening sebelah kanan. Ia dirawat di RS Kesdim Meulaboh dan menurut rencana ia akan dirujuk ke Medan.
Menurut Danrem 012/TU Kolonel Czi Syarifuddin Tippe melalui Dandim 0105 Aceh Barat Letkol Inf Widhagdo kepada Serambi, insiden tersebut diawali ketika kelompok GAM melakukan penghadangan terhadap anggota masyarakat yang akan menghadiri kegiatan silaturrahmi dengan Danrem Syarifuddin di lapangan Peureumeu, Kaway XVI. Dalam penjelasannya Dandim didampingi Komandan Unit Intel-nya Letda Inf Agus Supomo, Danramil Kaway XVI Letda Inf Jamiral. Hingga berita ini diturunkan tengah malam tadi, tidak ada penjelasan pers dari pihak GAM tentang peristiwa di Pantecermin itu.
Menurut keterangan Dandim Widhagdo yang dibenarkan Kapolres Aceh Barat Letkol Pol Drs Her Aris Sumarman, setelah diperoleh informasi adanya kelompok GAM yang melarang masyarakat menghadiri acara pertemuan dengan Danrem, pasukan gabungan TNI/Polri langsung menuju ke kawasan Pantecermin. Ketika pasukan gabungan TNI/polri menuju lokasi, pihak GAM (menurut aparat) mengendarai 24 unit sepeda motor, melakukan penyerangan terhadap pasukan TNI/Polri yang berjumlah satu regu. Dalam penyerangan tersebut, Pratu Edi Ham Pohan anggota Yonif 112/DJ tertembak dan melukai bagian kening sebelah kanan.
Meskipun salah seorang teman mereka terkena tembakan, pasukan gabungan langsung memberi perlawanan sambil melakukan pengejaran terhadap kelompok GAM tersebut. Dalam pengejaran yang sempat diwarnai kontak senjata, aparat menembak dua anggota GAM hingga tewas di tempat.
Menurut Widhagdo, satu dari dua anggota GAM yang tewas itu adalah Nyak Kula AR, warga Desa Manjeng, Kecamatan Kaway XVI. Sedangkan seorang lainnya hingga kemarin belum diketahui identitasnya.
Menyerah
Sementara itu, sesuai dengan pernyataan insaf yang disampaikan Ali Syuib (Pangsagoe Wilayah Woyla) sekitar 2.473 orang personil GAM Kecamatan Woyla, Aceh Barat, kemarin, menyerahkan diri di hadapan Danrem 012/TU Kolonel Czi Syarifuddin Tippe. Acara yang dipusatkan di Keude Kuala Bhee, Ibukota Kecamatan Woyla juga diikuti sekitar 3.000 masyarakat dengan menyatakan ikrar kesetiaan kepada negara RI.
Sorenya, Danrem Syarifuddin dalam kegiatan silaturrahminya ke Kecamatan Kaway XV, Aceh Barat, juga menerima pernyataan kesetiaan dari 4.000 warga setempat. Disamping itu, Jumat (3/3) malam, pegawai negeri sipil (PNS) yang terlibat langsung dalam GAM juga menyerah di hadapan Danrem. Pernyataan insaf dari PNS yang terlibat GAM itu, disampaikan oleh Amir Faisal.
Isi pernyataan insaf pada tiga lokasi yang berbeda itu, tidak jauh berbeda. Antara lain dinyatakan, "Kami dengan sadar kembali kepada pangkuan ibu pertiwi, dan berjanji tidak akan terlibat lagi dalam GAM maupun dalam gerakan separatis lainnya."
Sedangkan seluruh PNS di Aceh Barat, baik di jajaran pemda maupun instansi vertikal dan BUMN/BUMD pernyataan kesetiaan kepada negara RI masing-masing disampaikan oleh Kakansospol Drs Hasyim Ibrahim (mewakili PNS lingkup pemda), Kakandepdikbud Aceh Barat Dra Cut Suwarni MScED (mewakili PNS instansi vertikal), dan mewakili BUMN dan BUMD oleh Johan Arifin (Kepala BPD Aceh Barat).
Dalam acara silaturrahmi yang turut dihadiri Bupati Aceh Barat Drs Nasruddin MSi, Pembantu Gubernur Wilayah III Drs Zulkifli Jafar, Ketua DPRD Drs Sofyan S Sawang, Danrem mengingatkan bagi personil GAM yang selama ini pernah mengambil milik orang lain dalam bentuk apa saja, setelah sadar dan insaf supaya bisa bermusyawarah dengan masyarakat dalam upaya penyelesaian secara kekeluargaan.(tim)
Soal Perdagangan Senjata
Dibayar dengan Ganja
Serambi-Jakarta
Pemeriksaan terhadap belasan tersangka (sipil dan militer) pemasok senjata api kepada Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) semakin menarik. Para tersangka mengaku, selain dibayar dengan uang tunai, penjualan juga dibarter dengan ganja.
Pengakuan para tersangka tersebut diungkap Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kol Pol Drs Nono Supriono kepada wartawan di Mapolrestro Jaksel, Sabtu (4/3). Berdasar pengakuan para tersangka itu, Nono yakin masih banyak tersangka yang berkeliaran di Aceh. "Kita kirim anggota ke Aceh, sekaligus mengontak Polda Aceh guna melacak penjualan senpi (senjata api) berat itu," ujar Nono.
Seperti diketahui, jajaran Polrestro Jaksel berhasil membongkar kasus jual beli senjata api yang diduga untuk kepentingan AGAM. Sebanyak 12 tersangka (sipil dan militer) ditangkap. Mereka adalah, Andi Kholid, Sarmili alias Ali, Hendrik Prayoga, Haris, Iskandar dan Bob (semuanya Jakarta), Fachrizal dan Hanafiah (keduanya dari Aceh), Kopda Idris (TNI AD kesatuan Yon Armed 7), Serda Jhon (TNI AD kesatuan Yon Armed 7), Kapten TNI Eka dan Mayor TNI Supriyadi (MABAD), dan Andi Sunarto (Bandung). Sedang Sertu Pol Prabowo (anggota Brimob), Sulaiman dan Faisal (keduanya dari Jakarta) masih buron.
Sementara itu barang bukti berupa puluhan senjata api jenis FN maupun Colt kaliber 22 dan ribuan amunisi berhasil diamankan.
Dari pengakuan tersangka didapat informasi bahwa mereka sudah beberapa kali menjual senjata api ke AGAM. Senjata api itu diduga produksi Pindad dan dijual dengan harga Rp 4 juta hingga Rp 8 juta setiap senjata api jenis FN termasuk amunisi senjata M 16.
Libatkan jenderal
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Bambang Widjojanto menduga, penjualan senjata itu bisa melibatkan para jenderal TNI. Alasannya, merekalah yang mempunyai otoritas untuk mengeluarkan, apalagi bila melihat amunisi dan senjata yang ditemukan Polri berlabel Pindad.
"Anak jenderal tidak punya otoritas, kalau jenderalnya punya, artinya itu bisa saja sebagai sebuah kemungkinan," kata Bambang.
Ia menambahkan, bila ditemukan aparat ikut bermain dalam peredaran dan penjualan senjata maka institusi militer harus bertanggungjawab. Karena, hal itu menunjukkan keteledoran aparat sendiri.
Bambang mengaku khawatir bila peredaran senpi merupakan operasi intelijen yang sengaja dilakukan untuk membuat peredaran senpi di mana-mana.
Selain itu, dia melihat ada upaya proses stigmatisasi terhadap GAM yang disebut sebagai pihak yang membeli.
Karenanya, dia mempertanyakan kebijakan tentang senpi karena di masyarakat masih banyak ditemui pemilikan senpi yang tentunya ada pihak penjual. Karena, tambahnya, konteks pemilikan senpi ilegal tidak hanya dikaitkan GAM tapi juga masyarakat sebagai alat membela diri.
"Waktu kerusuhan Mei banyak yang punya senjata karena merasa tidak aman, mereka dapat dari mana?" tandas Bambang.
GAM Palsu
Sementara itu, Ketua Presidium Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA), M Nazar menjawab wartawan di Jakarta mengatakan, pihaknya meragukan keterangan aparat keamanan tentang penjualan senjata api ke GAM. Karena, katanya, di Aceh ada GAM asli dan GAM palsu. Karena itu, kata dia, perlu ada penelitian dan pemilihan siapa pembeli senjata yang melibatkan oknum aparat itu.
Sebab, tambahnya, SIRA melihat sendiri semua operasi militer di Aceh pada ujungnya berakhir pada uang. Ia memberi contoh, kalau masyarakat memberi uang maka sweeping ditiadakan. "Seperti proyek begitu," ujarnya.
Berdasarkan itu, ia meyakini ada benang merah dengan kasus penjualan senjata yang dikabarkan dibeli oleh GAM. "Tapi saya tak yakin, karena GAM dapat senjata dari luar negeri atau anggota TNI yang desersi."
Karena itu, ia berharap Presiden Gus Dur harus bertindak tegas dalam hal ini, kalau tidak maka rakyat sipil yang terus menderita. "Gus Dur harus punya konsensi dan konsekuensi terhadap aparat militer yang terlibat dan jangan ada lagi rekayasa karena rakyat sipil yang menderita."(sug/aw/opi)
Jakarta Serius dengan UU NAD
Serambi-Banda Aceh
Menteri Urusan HAM Dr Hasballah M Saad menyatakan pemerintah pusat di Jakarta sangat serius dalam menanggapi rancangan UU Negeri (Nanggroe) Aceh Darussalam.
"Buktinya, draft UU itu menjadi bahan kajian di tingkat nasional," kata Hasballah M Saad dalam wawancara khusus dengan Serambi, Sabtu (4/3). Sebagai putera Aceh, katanya, dalam waktu dekat ini akan membuat seminar di Jakarta sehubungan dengan rancangan NAD tersebut.
Seminar itu, katanya, akan diikuti sejumlah pakar ekonomi, pemerintahan, politik, dan budaya. Diharapkan, para pakar yang terlibat bisa menyumbangkan kajian-kajian ilmiah yang lebih mendalam tentang Undang-Undang Negara Aceh Darussalam sebelum diajukan kepada legislatif (DPR).
Ketika ditanya, siapa yang paling berperan untuk memperjuangkan agar UU itu disetujui DPR/MPR, ia secara tegas mengatakan selain anggota DPR/MPR asal Aceh juga semua komponen yang ada dalam masyarakat. "Kita tak bisa membebankan hanya pada anggota DPR/MPR. Dukungan moril juga diperlukan, terutama dari orang-orang Aceh yang ada di luar DPR/MPR," katanya.
Katanya, jika perjuangan untuk menggolkan UU NAD mengandalkan para anggota legislatif, berarti hanya ada belasan orang saja. "Tapi, jika diperjuangkan bersama-sama, yang berat itu akan terasa ringan."
Peradilan HAM
Sebelumnya, Hasballah membuka pelatihan advokasi pelanggaran HAM bagi pengacara/advokat se Aceh di Hotel Sultan Banda Aceh. Dalam kesempatan itu ia mengatakan pemerintah pusat saat ini sedang mempersiapkan draft Rancangan Undang-undang peradilan HAM dan perlindungan terhadap saksi. UU HAM ini dipersiapkan menggantikan Perpu No 1 yang kurang memadai diterapkan pada peradilan HAM.
Meski UU masih dipersiapkan, kata Hasballah, upaya pemerintah untuk menyidangkan perkara pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh tak akan berhenti. Sebab, penggelarannya masih bisa dilakukan dengan instrumen hukum yang ada sekarang ini.
Untuk itu, katanya, ia sangat berkepentingan hadir pada acara pelatihan yang diselenggarakan Pos Pengaduan dan Informasi Pelanggaran HAM (PIP-HAM) Aceh. Karena berkaitan erat dengan upaya mendorong penanganan bagi orang-orang yang merasa haknya dilanggar.
Kepada sekitar 40 orang peserta pelatihan, Hasballah M Saad juga menyebutkan, kesadaran terhadap HAM ini telah tumbuh dalam dua tahun belakangan ini. Peluang ini terbuka lebar setelah lengsernya Soeharto dari tampuk kekuasaan.
Sejak itu pula, persoalan HAM di dalam negeri menjadi indikator hubungan antarnegara. Karena persoalan HAM di dalam negeri misalnya, Indonesia dikucilkan oleh negara-negara yang tergabung dalam kelompok Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Pengaruh ini, menempatkan supremasi hukum merupakan pilihan yang tidak ada tawar menawar lagi. Setiap pelanggaran HAM harus diselesaikan secara hukum. Bila hukum tak mampu lagi, baru dicari jalan keluar lainnya. Diantaranya melalui rekonsiliasi.
Saat ini, kata Hasballah, instrumen hukum belum sepenuhnya bisa digerakkan. Karena, kurang memadainya peraturan hukum yang ada.
Menurut penilaiannya, Perpu No 1 yang mengatur pelanggaran HAM masih banyak kekurangan. Untuk itu pemerintah pusat sedang mempersiapkan Draft UU pengganti yang saat ini baru selesai sampai draft ke sembilan. Draft itu belum lengkap, untuk itu perlu pengkajian dan revisi-revisi lagi.
Selain itu, katanya, UU yang mengatur perlindungan terhadap saksi juga masih terlalu lemah. Keadaan ini juga merupakan kendala yang jadi pemikiran Meneg HAM dan instansi terkait.
Begitupun, katanya, hukum jangan dijadikan arena balas dendam. Tapi supremasi itu bertujuan untuk memberikan keadilan terhadap pelanggar hak-hak azasi.
Yang terjadi saat ini, tambah Hasballah, semua orang bicara tentang HAM. Tapi tak semuanya dari yang berbicara memahami apa itu HAM. Untuk itu, ia menganggap pelatihan ini perlu bagi para advokad dan pengacara. Tujuannya, agar para peserta bisa mendorong masyarakat untuk mengerti dan memahami HAM.
Penegakan dan kemajuan HAM, kata Hasballah, juga sedang diupayakan melalui universitas. Bahkan, pada suatu saat persoalan HAM akan menjadi penilaian bagi suatu propinsi.
Semakin sedikit pelanggaran yang terjadi di daerah, akan semakin banyak perhatian pemerintah pusat terhadap daerah tersebut. Tapi ini semuanya masih dalam tahap diperjuangkan dalam kabinet, ujar Hasballah M Saad.(ed)