Update: 00.30 Wib Sabtu,  6 Mei 2000
 

  Semua Rakyat Harus Dukung Perundingan Gubernur Aceh Syamsuddin Mahmud menyatakan semua komponen Syamsuddin Mahmudrakyat yang ada di Aceh harus mendukung secara tulus upaya perundingan damai antara pemerintah dengan pihak GAM yang akan berlangsung di Jenewa, Swiss, 12 Mei mendatang. "Pertemuan itu adalah sebuah usaha menyelesaikan masalah Aceh secara damai.

  Rumah Dinas Kapolda Digranat Rumah dinas Kapolda Aceh Brigjen Pol Drs Bachrumsyah Kasman yang terletak di Jalan Iskandarmuda, Banda Aceh, Jumat (5/5) malam menjelang Isya, digranat oleh orang tak dikenal.

  Mahalnya Kenyamanan dalam Perjalanan Kecelakaan yang terjadi di lintasan Medan - Banda Aceh Desa Loskala Kecamatan Muara Dua, Aceh Utara, Rabu (3/5) siang, menimbulkan kemacetan memanjang. Pada saat yang sama, di tempat itu sedang ada penebalan jalan hingga badan jalan hanyaSweeping di Banda Aceh bisa dimanfaatkan separuhnya untuk dilalui kendaraan. Otomatis, antrian kendaraan terjadi di lintasan timur dan barat. Sebuah panser yang lampunya menyala menjadi isyarat bagi pengendara sebelah barat bahwa ruas jalan hanya bisa digunakan separuh. Dua pemuda yang mengendarai sebuah sepeda motor yang meluncur ke arah barat, nekad melintasi lajur kanan. Tapi tiba-tiba harus berhenti setelah seorang aparat mengacungkan senjatanya.

  Giliran PT PIM Diteror

  Dalam Pertemuan, GAM Bukan Sebagai Negara

  Korban Tuduhan Keliru, Sipir LP Cedera Dipukul

  850 Prajurit TNI Tinggalkan Aceh

  Oknum TNI Aktif Terlibat di Aceh

  Pelaku Pelempar Bom Rakitan Diciduk

  Mayat Terjerat Dicampak di Jalan

  Guru jangan Mogo, Gaji Segera Dibayar

  Penyerbuan Kampus Dipimpin Kapolsekta

  Harga Semen Padang di Meulaboh Mencekik
 
 
 
 
 
 
 
 

Syamsuddin Mahmud:

Semua Rakyat Harus Dukung Perundingan

Serambi-Banda Aceh
Gubernur Aceh Syamsuddin Mahmud menyatakan semua komponen rakyat yang ada di Aceh harus mendukung secara tulus upaya perundingan damai antara pemerintah dengan pihak GAM yang akan berlangsung di Jenewa, Swiss, 12 Mei mendatang.
"Pertemuan itu adalah sebuah usaha menyelesaikan masalah Aceh secara damai. Mari kita doakan bersama-sama agar perundingan itu berjalan lancar tanpa ada halangan apapun," ujar Pak Syam seperti ditirukan jubir Pemda Aceh Drs T Pribadi yang menghubungi orang nomor satu di daerah Serambi Makkah lewat telepon seluler kepada Serambi, Jumat (5/5). Pak Syam kini tengah berada di Jakarta. Pernyataan yang hampir senada dengan Gubernur Aceh itu juga diungkap Kapolda Brigjen Pol Drs Bachrumsyah Kasman.
Pak Syam menilai perundingan RI-GAM merupakan langkah positif yang dapat melahirkan optimisme lebih besar untuk penyelesaian konflik Aceh secara keseluruhan. "Mari kita sambut baik upaya yang dilakukan Presiden Gus Dur tanpa praduga yang macam-macam. Perundingan ini hendaknya dapat mengukir sejarah baru bagi masyarakat Aceh, sehingga hasilnya dapat diterima oleh seluruh komponen masyarakat, sekaligus tercipta suasana aman, tenteram dan kedamaian bagi masyarakat Serambi Mekkah," kata Pak Syam.
Demi terwujudnya kedamaian yang telah sangat didambakan seluruh rakyat Aceh itu, Pak Syam mengharapkan agar semua masyarakat, terutama para alim ulama, tokoh masyarakat dan komponen lainnya memanjatkan doa secara bersama-sama baik di masjid maupun meunasah. "Apapun hasil yang akan diputuskan dalam perundingan itu nantinya, marilah kita terima dengan ikhlas demi kebaikan kita bersama," tambah Pak Syam.
Secara terpisah, Kapolda Aceh Brigjen Pol Drs Bachrumsyah, yang dihubungi Serambi kemarin petang di ruang kerjanya, juga menyampaikan harapan yang sama. "Saya berkeyakinan kuat bahwa pemerintah RI di bawah pimpinan Gus Dur memandang Aceh adalah suatu masalah yang harus diselesaikan," kata Bachrumsyah.
Kapolda melihat langkah yang ditempuh Gus Dur saat ini mempunyai nilai yang positif dan berniat baik untuk Aceh. "Apapun langkah yang akan diambil oleh Gus Dur, harus kita back up secara tulus dan penuh," tegasnya.
Kapolda mengharapkan, kesepakatan yang akan dilaksanakan ini dapat berjalan dengan lancar, dan sekaligus bisa mengakhiri konflik yang terjadi selama ini. Tentunya, bila mendapat dukungan dari semua masyarakat yang ada di Aceh.
"Kepada saudara-saudara saya dari pihak GAM, marilah kalau kita itu betul-betul mengangkat senjata demi kepentingan masyarakat Aceh, kali ini kita buktikan untuk menghentikan kegiatan kita, demi kepentingan dan ketenteraman masyarakat Aceh," harap Bachrumsyah.
Bagi kelompok-kelompok lain di luar GAM, Kapolda mengatakan, "Sudah cukuplah kegiatan tuan-tuan kepada kami masyarakat Aceh. Hentikanlah, jangan tuan-tuan bermain-main di atas gelimangan darah aparat keamanan, khususnya rakyat Aceh yang sudah lama menderita."
Seluruh aparat keamanan yang bertugas di Aceh, kata Kapolda, harus juga bertekad mendukung kebijaksanaan Presiden. Sehingga kita dapat segera menyelesaikan tugas, dalam arti situasi Aceh yang aman, tertib, lancar sebagaimana yang kita harapkan dapat segera terwujud.
"Mari kita dukung penyelesaian ini dengan harapan Allah SWT tetap memberkati dan melindungi upaya yang akan kita laksanakan."
Menyangkut imbauan seorang pimpinan GAM agar pasukannya menahan diri --seperti diberitakan beberapa koran-- menurut Kapolda itu merupakan imbauan yang sangat baik. Mudah-mudahan imbauan ini bisa tembus ke hati sanubari. "Kalau imbauan ini berdasarkan hati nurani. Seluruh aparat keamanan harus mendukung. Karena Aceh terlibat pertikaian yang sudah terlalu lama, dan cukup melelahkan kita semua." kata Bachrumsyah. (tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Rumah Dinas Kapolda Digranat
*Di Atim: 5 Truk Aparat

Serambi-Banda Aceh
Rumah dinas Kapolda Aceh Brigjen Pol Drs Bachrumsyah Kasman yang terletak di Jalan Iskandarmuda, Banda Aceh, Jumat (5/5) malam menjelang Isya, digranat oleh orang tak dikenal. Tidak ada korban manusia dalam peristiwa itu.
Kapolres Aceh Besar Letkol Pol Sayed Husaini yang ditanya Serambi menyatakan, lemparan granat itu jatuh di sisi kiri rumah dinas yang berbatasan dengan Stasion RRI Regional Aceh. "Pecahan granat hanya membuat beberapa lobang kecil di dinding, dan plafon bagian luar rumah pecah" katanya. Keterangan senada juga disebutkan Kasub Satgaspen Operasi Sadar Rencong III, Kolonel Pol Safri DM.
Granat tersebut hanya mengenai dinding WC dan membuat tanah di lokasi jatuhnya granat berlubang. Menurut perwira polisi itu, granat tersebut diduga dilemparkan dari samping kantor RRI Regional-I Banda Aceh, yang kebetulan berdampingan dengan rumah Kapolda.
Dikatakannya, saat kejadian penggranatan yang mengeluarkan suara dentuman suara keras hingga radius satu kilometer itu, Kapolda Aceh, Brigjen Pol Bachrumsyah Kasman sedang berada di dalam rumah.
Dikatakan, penggranatan kediaman rumah Kapolda Aceh itu bukan bertujuan untuk menghancurkan, tetapi sebagai upaya untuk shock therapy terhadap aparat keamanan. "Saya menganalisa bahwa penggranatan itu bukan untuk menghancurkan," kata Safri DM.
Ia menyebutkan, dari barang bukti serta serpihan yang didapati di lapangan, dapat diidentifikasikan bahwa jenis bahan peledak yang ditemukan di sejumlah lokasi penggranatan di daerah ini, sama dengan bahan peledak yang ditemukan di kediaman Kapolda itu.
Pasca penggranatan rumah kediaman Kapolda Aceh, puluhan aparat keamanan gabungan Brimob dan Gegana dikerahkan di lokasi kejadian untuk mencari para pelaku penggranatan tersebut. Selain pasukan Brimob dan Gegana, tampak juga hadir antara lain Irpolda, Kolonel Pol Basri Harun, Kapolres Aceh Besar, Letkol Pol Sayed Husaini dan sejumlah perwira BKO yang tergabung dalam tim Operasi Sadar Rencong III ikut terjun di lokasi kejadian.
Pasukan Brimob dan Gegana yang bersenjata lengkap, tampak disebarkan di lokasi kejadian, termasuk di sekitar gedung RRI, namun hingga berita ini diturunkan aparat keamanan tidak berhasil menemukan tersangka pelaku. "Kemungkinan, setelah melakukan aksinya, para pelaku terus melarikan diri," kata Kolonel Safri.
Ketika mendengar letusan dahsyat saat penggranatan itu, sejumlah karyawan RRI yang bertugas jaga malam langsung mengamankan diri. Suasana kota Banda Aceh yang berpenduduk sekitar 350 ribu jiwa berjalan seperti biasa.
Truk militer
Di Aceh Timur, lima truk militer bermuatan anggota TNI dan bahan logistik yang melaju dari arah timur (Idi Rayeuk) menuju ke arah barat, dilempari granat oleh orang tak dikenal di kawasan Desa Damar Pulo Sa, Kecamatan Darul Aman, Jumat (5/5) sekitar pukul 10.00 WIB.
Menurut saksi mata, kelima truk militer yang berkonvoi menuju ke arah barat itu, sekitar pukul 10.00 Wib melintas di kawasan perbatasan Kecamatan Idi Rayeuk dan Darul Aman. Tiba-tiba terdengar ledakan, yang diperkirakan suara granat dilempar dari arah hutan belukar di sisi jalan negara Medan-Banda Aceh.
Granat tersebut tak sampai mengenai truk. Hanya pecahannya sempat meletuskan sebuah ban truk. Spontan terdengar tembakan balasan sekaligus tembakan peringatan dari dalam truk-truk militer tersebut selama 15 menit. Diduga pelaku melarikan diri.
Aparat sempat melakukan 'sweeping' di desa-desa sekitar TKP. Menurut laporan masyarakat, dalam penyisiran itu aparat membakar dua rumah penduduk, satu kilang padi, dan satu kedai.
Dandim 0104 Aceh Timur Letkol Inf Deni K Irawan, melalui Pasi Intelnya, Kapten Inf Maman Suriaman, membenarkan dalam insiden tersebut hanya sebuah ban truk yang meletus terkena pecahan granat. Tak ada korban di pihak TNI.
Tentang pembakaran beberapa rumah masyarakat sekitar, menurutnya, tidak mungkin aparat yang membakar. "Rumah itu terbakar setelah aparat pergi. Bisa jadi yang bakar orang lain," ujar Maman Suriaman. "Prajurit TNI dan Polri sekarang ini sudah sangat mengerti hukum. Kita tidak mungkin bertindak yang merugikan rakyat," tambahnya.
Kamra tewas
Syamsuardi (25) seorang anggota Keamanan Rakyat (Kamra) Polisi Sektor (Polsek) Seunagan Aceh Barat, yang diambil sekelompok sipil bersenjata Selasa (2/5) lalu, ditemukan sudah meninggal di sungai Krueng Nagan Jumat (5/5) sekitar pukul 09.00 WIB. Mayat yang mengalami luka tembak itu, dievakuasi oleh aparat keamanan bersama masyarakat setempat sekitar pukul 09.30 WIB.
Mayat anggota Kamra penduduk Desa Krueng Ceko itu, ditemukan tersangkut pada kayu di sungai Krueng Nagan dalam posisi telumkup dengan tangan dibrogol ke depan dan kondisinya mulai membusuk. Karena brogol itu tidak dapat dibuka lagi, meski sudah berusaha mencoba dengan anak kunci yang ada di Polsek setempat, maka brogol tersebut terpaksa dipotong dengan gergaji.
Kasubsektor Aceh Barat Letkol Pol Drs Satriya Hari Prasetya dan Kapolres Letkol Pol Drs Her Aris Sumarman kepada Serambi Jumat (5/5) mengatakan, mayat Syamsuardi anggota Kamra Polsek Seunagan yang diambil oleh kelompok bersenjata Selasa (2/5) lalu, ditemukan sudah meninggal Jumat (5/5) di sungai Krueng Nagan kawasan Desa Lhok Padang sekitar pukul 09.00 WIB.
Jenazah korban sudah dikebumikan di desanya sekitar pukul 13.00 WIB atas permintaan keluarga yang bersangkutan. Apalagi Desa Lhok Padang tempat ditemukan mayat tersebut, merupakan tetangga dengan Desa Krueng Ceko (rumah korban) kata Kasubsektor seraya menambahkan lokasi penemuan jenazah tersebut berjarak sekitar empat kilometer dari tempat kejadian penculikan.(tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Giliran PT PIM Diteror

*Di A Selatan: Polisi Temukan Senjata

Serambi-Lhokseumawe
Aksi penggranatan yang sedang ngetren di Aceh, Jumat (5/5) kemarin, menimpa Kantor PT PIM di Jalan Medan - Banda Aceh Desa Tambon Baroh Kecamatan Dewantara, sekitar pukul 12.05 WIB, atau ketika para karyawan tengah bersiap menuju masjid. Kendati tak ada korban, beberapa bagian kantor mengalami kerusakan ringan.
Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal mengatakan granat rakitan itu jatuh di depan WC Kantor SDM/Pemasaran. Kerusakan yang ditimbulkan pada kipas angin pembuangan udara, loteng WC, dan pintu.
Kendati tidak ada korban, Kapolres sangat menyesali terjadinya aksi tersebut menjelang umat Islam melakukan Shalat Jumat. "Pelakunya benar-benar keterlaluan. Seharusnya mereka menghargai umat yang hendak melakukan ibadah. Jangan malah membuat kekacauan," kata Kapolres yang mengklaim aksi tersebut dilakukan GBPK.
Sementara itu, seorang tersangka pelaku pelemparan granat rakitan ke pos lantas di Pantonlabu Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, ditangkap aparat kepolisian pasca melakukan aksinya, Kamis (4/5) sekitar pukul 23.50 WIB.
Syafei Aksal menyebutkan, tersangka bernama Abdul Rani M Yunuf (41) penduduk Neubok Pidie Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur. Dijelaskannya, granat yang dilemparkan Abdul Rani jatuh di atas benteng pelindung di depan posko. Granat rakitan itu, tambah Kapolres, kemudian mental hingga 10 meter di depan pos lantas.
Para petugas yang berada di pos lantas melepaskan rentetan tembakan ke udara hingga pelaku tiarap untuk menghindari tembakan. "Tersangka lalu menyerahkan diri. Sekarang masih diperiksa untuk pengusutan lebih lanjut," ungkap Letkol Syafei yang didampingi Perwira Penghubung Penerangan Kapten Pol AM Kamal. Tentang adanya rentetan tembakan pukul 23.50 WIB, dibenarkan sejumlah warga yang berdiam tak jauh dari pos lantas.
Disinggung adanya kaitan dengan berbagai aksi penggranatan yang terjadi selama ini, Kapolres menyatakan aparat tengah melakukan perkembangan ke arah itu. "Namun sejauh ini, tersangka belum mau mengakuinya," ungkap Kapolres.
Dengan terjadinya aksi penggranatan tersebut, selama krek-krok-nya situasi keamanan di Aceh Utara, sudah tiga kali pos lantas Pantonlabu dilempari granat.
Senjata
Sementara itu dari Aceh Selatan dilaporkan, pasukan gabungan menemukan delapan pucuk senjata api dan granat beserta 3.000 butir peluru dari berbagai jenis kaliber, Kamis (4/5), dan kini "senjata pencabut nyawa itu" sudah diamankan di markas Polres.
Keterangan yang dikumpulkan Serambi dari Satgas OSR III menyebutkan, senjata api itu disembunyikan di kawasan hutan di Aceh Selatan yang berbatasan dengan Aceh Tenggara. Senjata api yang ditemukan itu, antara lain berupa dua pucuk senjata jenis M-16, satu pucuk pestol FN, satu pucuk senjata panjang yang dilengkapi teleskop yang biasa digunakan oleh sniper, empat buah granat beserta 3.000 butir peluru dari berbagai kaliber.
Penemuan itu, merupakan hasil pengembangan terhadap beberapa tersangka yang telah ditangkap beberapa hari sebelumnya di kawasan Aceh Selatan. Menurut sumber tersebut, empat granat yang ditemukan itu adalah eks Korea. Sedangkan ribuan peluru tersebut masih diidentifikasi pembuatannya. (tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Dalam Pertemuan, GAM Bukan Sebagai Negara
*Hasballah: MoU Akhiri Konflik Dua Pihak

Serambi-Jakarta
Menteri Luar Negeri Alwi Shihab mengatakan pertemuan untuk mengakhiri konflik di Aceh antara pemerintah RI dengan GAM di Jenewa, Swiss, 12 Mei mendatang, bukan berarti Indonesia mengakui GAM sebagai negara.
"Kita akui, bahwa GAM sebagai kekuatan yang ada di Aceh. Selama ini stabilitas di Aceh terganggu sehingga rakyat tak dapat hidup secara layak," kata Alwi kepada pers usai melakukan penandatanganan note kesepahaman RI-Korsel di gedung Deplu Jl Taman Pejambon, Jakarta, Jumat (5/5/2000).
Menurut Alwi dalam pertemuan itu, nantinya diharapkan ada kesepahaman bersama bagaimana menciptakan ketenangan di Aceh. "Dalam implementasinya nanti akan ditandatangani pembentukan komite kecil untuk mengawasi barang-barang bantuan yang selama ini tidak sampai ke tangan rakyat Aceh," ujarnya seperti dikutip detik.com.
Dikatakan, tidak sampainya bantuan ke rakyat dikarenakan di tengah jalan pembawa bantuan tersebut ditodong. "Jadi tidak sampai ke tangan rakyat Aceh," katanya.
Seperti diberitakan kemarin, kesepakatan perdamaian Indonesia-GAM akan ditandatangani di Genewa, Swiss, tanggal 12 Mei mendatang. Secara umum kesepakatan itu menerakan kedua pihak sepakat untuk tidak lagi melakukan pendekatan kekerasan. Dengan kata lain, kedua pihak saling bergencatan senjata.
Di Pontianak, seperti diberitakan ANTARA, kemarin, Meneg HAM Hasballah M Saad menyatakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) harus dilihat sebagai upaya mengatasi konflik dua belah pihak. "Harus realistis bahwa GAM itu memang ada, dan untuk mengatasi konflik yang terjadi harus dilakukan dengan duduk bersama," katanya, Jumat.
Penandatanganan MoU antara RI dengan GAM yang dilakukan pada 12 sampai dengan 13 Mei mendatang, dan berlangsung di Jenewa, Swiss itu, katanya, harus dilihat sebagai upaya dari kedua belah pihak untuk mengakhiri konflik di Aceh. Masih menurut dia, harus ada upaya untuk mengakhiri kekerasan di Aceh, karena telah banyak korban berjatuhan akibat konflik yang terjadi.
Penandatangan nota kesepahaman itu akan dilakukan oleh Dubes Hasan Wirayudha yang mewakili Pemerintah RI dan Zaini Abdullah (Menteri Kesehatan GAM).
Menurut Hasballah, konflik yang terjadi selama 23 tahun telah menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat, karena itu harus segera dicari penyelesaiannya.
Adapun dugaan akan terjadinya penolakan dari faksi-faksi lain ditubuh GAM berkaitan dengan penandatanganan MoU itu, Menteri HAM menyatakan diharapkan hal itu tidak akan terjadi. "Setelah MoU itu ditandatangani RI dan GAM akan segera disosialisasikan kepada semua pihak," tegasnya.

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Korban Tuduhan Keliru, Sipir LP Cedera Dipukul

Serambi-Langsa
Sipir Lembaga Pemasyarakatan (LP) Langsa, Aceh Timur, Irwan Syahputra alias Roy Plincore yang babak belur dibal-bal aparat beberapa hari lalu, hingga Jumat (5/5) kemarin masih dirawat di RSU Langsa. Tuduhan terhadapnya sebagai pelempar granat ternyata keliru.
Kapolres Aceh Timur, Letkol Pol Drs Abdullah Hayati, yang ditanya Serambi, Jumat (5/5), membenarkan Roy sudah terbukti tidak bersalah. Tuduhan terhadapnya dinilai keliru.
Diceritakannya, setelah kejadian pelemparan bom di kantor bupati, Rabu malam, polisi mendapat informasi dari saksi mata bahwa pelaku mengendarai sepeda motor mengenakan baju biru dan celana jeans. Saat itu juga, katanya, seorang anggota Brimob melihat seseorang bersepeda motor di depan SD --sekitar 200 meter dari TKP-- dengan gerak-gerik mencurigakan. "Dia (Irwan -Red) langsung ditangkap. Dipegang tangannya. Nggak lama, tiba-tiba jadi rame. Saya nggak tahu siapa yang mukulin dia," ujar Abdullah Hayati.
Ditanya tentang sejumlah nama oknum aparat yang ikut mukul (sesuai pengakuan tersangka dan saksi), menurut Kapolres, korban hanya sekali dipukul oleh polisi yang sedang emosi. "Saya nggak melihat waktu itu. Saya kira, cuma sekali dipukul," sebutnya. Tentang biaya pengobatan Irwan, Kapolres mengaku belum mendapat informasi dari korban. "Tapi, dia kan pegawai, ada Askesnya," tambah Abdullah Hayati.
Minta Maaf
Irwan, pegawai LP klas II B Langsa itu, kini terbaring lemah dan terus diinfus di ruang utama kamar No 13. Wajahnya membiru. Dada dan kepala korban masih terasa sakit.
Kepada Serambi, Jumat (5/5), Irwan memastikan yang memukulnya adalah aparat kepolisian, baik Brimob maupun anggota Polres Aceh Timur yang sangat dikenalnya. Diantaranya AT, AS, K, dan beberapa lainnya. Bahkan AT ikut membezuknya di RSU sekaligus minta maaf sambil memeluknya.
Irwan menceritakan, malam terjadi pelemparan bom molotov di kantor bupati itu, ia sedang piket di LP. Tak lama setelah terdengar ledakan bom, dia mendapat telepon dari seorang kawannya. Segera ia pergi dengan sepeda motor menuju rumah abangnya di kawasan Kampung Jawa Baru. Tiba-tiba dia dikejar seorang polisi, dan menuduhnya baru melempar bom.
Meski berulang-kali menyangkal, toh Irwan tetap dibawa ke Mapolres Aceh Timur. "Dari mulai ditangkap sampai di kantor polisi, saya terus dipukul, ditendang. Saya tidak bisa melawan," ungkap Irwan. Esok harinya, setelah polisi mendengar keterangan banyak saksi, barulah karyawan LP Langsa ini dilepas dan dinyatakan tidak bersalah.(non/an)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

850 Prajurit TNI Tinggalkan Aceh

Serambi-Lhokseumawe
Sebanyak 850 prajurit TNI dari Pasukan Rajawali yang selama ini di- BKO di Korem 011/Lilawangsa, Jumat (5/5) pagi, meninggalkan Aceh melalui Pelabuhan Umum Krueng Geukueh. Pasukan ini kembali ke kesatuan masing-masing dan digantikan 620 prajurit Yon 327/Kujang, Jawa Barat, yang telah bertugas di Aceh beberapa hari sebelumnya.
Menurut Danrem 011/Lilawangsa Kolonel Inf Syafnil Armen, Pasukan Rajawali sudah sembilan bulan bertugas di Aceh. "Mereka merupakan gabungan prajurit terbaik dari batalyon-batalyon yang ada di Sumatera dan Jawa," kata Danrem kepada sejumlah wartawan menjelang kepulangan 850 prajurit TNI.
Berkurangnya jumlah prajurit yang dikirim untuk menggantikan Pasukan Rajawali, kata Danrem, disesuaikan dengan situasi dan aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat. "Keberadaan pasukan TNI di Aceh hanya untuk membantu polisi."
Sebelum Pasukan Rajawali bertolak meninggalkan Aceh dengan KRI Teluk Langsa 501, Danrem Syafnil Armen mengajak para wartawan mengelilingi bagian dalam kapal. "Coba lihat, barangkali ada motor, mobil, atau barang-barang milik masyarakat yang dibawa. Kalau memang ada, silakan tulis," katanya.
Ketika berbicara di depan Pasukan Rajawali, Danrem Syafnil Armen mengungkapkan kekecewaannya terhadap sejumlah oknum prajurit yang masih mencari keuntungan pribadi di tengah gejolak keamanan. "Sebagai pasukan terlatih, saya kecewa karena di lapangan masih terjadi tindakan yang semestinya tidak terjadi," sesalnya.
Ia mengharapkan selama berada di kesatuan masing-masing, para prajurit melakukan instrospeksi terhadap semua yang dilakukan selama bertugas. "Berakhirnya tugas di Aceh, bukan berarti berakhirnya penugasan prajurit. Sebab di hadapan prajurit terbentang tugas yang tidak ringan. Berakhirnya satu penugasan, pada hakikatnya merupakan awal penugasan berikutnya," jelas Danrem.
Sebagai prajurit yang dididik dengan wawasan kebangsaan yang tinggi, sangat logis bila prajurit merasakan bahwa kerja keras dan disiplin yang tinggi, masih sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan kemelut yang terjadi di Aceh. "Segala upaya damai telah diupayakan, tapi masih ada pihak yang tidak menginginkan Aceh aman. Pihak ketiga inilah yang mengeruk keuntungan dari situasi yang tidak menentu di Aceh. Bila Aceh aman, mereka tidak bisa lagi merampok atau mencari uang dengan cara tidak terpuji," tutur Syafnil Armen.(tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Presiden:
Oknum TNI Aktif Terlibat di Aceh

Serambi-Denpasar
Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan ada oknum TNI yang masih aktif terlibat melakukan tindak kekerasan di Aceh yang menyebabkan situasi di Aceh menjadi tambah runyam. Sehingga untuk menyelesaikan masalah Aceh bukan pekerjaan yang mudah, dan diperlukan waktu cukup lama.
Penegasan Gus Dur tersebut disampaikan menjawab pertanyaan salah seorang jamaah bernama Kartono saat berdialog dengan umat muslim di Kodya Denpasar dan sekitarnya, usai shalat Jumat di Mesjid An Nur Denpasar. Kepala negara berada di Bali serangkaian membuka Muktamar Rotary Internasional Distrik 3400 di Nusa Dua-Bali.
Usai melakukan shalat Jumat, Gus Dur yang didampingi salah seorang putrinya Lisa Alim Abdurrahman Wahid dan rombongan selanjutnya menuju Gedung Jaya Sabha untuk santap siang bersama Gubernur Bali Dewa Made Beratha serta pejabat Muspida setempat.
Menurut Presiden, terkait dengan keterlibatan oknum TNI itu pihaknya sudah memerintahkan Kapolri untuk menangkap sekaligus mengambil tindakan terhadap yang bersangkutan. "Saya mendapat laporan ada oknum TNI yang masih aktif ikut memprovokasi masalah Aceh. Bagaimana kita tidak tahu itu oknum TNI, wong, waktu melakukan aksinya yang bersangkutan masih mengenakan pakaian dinas," kata Gus Dur.
Dijelaskannya, menyelesaikan masalah Aceh bukan pekerjaan yang mudah dan memerlukan waktu cukup lama. Masalah Aceh sangat kompleks, sehingga untuk menyelesaikannya membutuhkan kesabaran dan kearifan. "Terus terang, yang paling bikin saya pusing itu adalah Aceh," ujarnya disambut tawa para jamaah.
Kendati demikian, cucu pendiri NU itu mengatakan, dalam menyikapi masalah Aceh, pendapatnya sama dengan apa yang disampaikan penanya (Kartono-red) bahwa persoalan Aceh menyangkut masalah teritorial negara kesatuan RI yang harus dijaga keutuhannya.
Menanggapi keberadaan kelompok sipil bersenjata di Aceh atau lebih dikenal dengan sebutan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), Gus Dur mengemukakan, menyelesaikan masalah Aceh tidak bisa dilakukan dengan cara kekerasan -- ada pula dengan cara lain.
Karena sebagai bangsa, kata mantan Ketua Umum PB NU itu, "Ada orang-orang kita yang dulu menyiksa orang Aceh habis-habisan melanggar azas-azas kemanusiaan. Oleh sebab itu, harus dilakukan koreksi secara tuntas -- periksa itu pelanggaran-pelanggaran. Kalau tidak bisa rekonsiliasikan".
Selanjutnya, GAM sebagai bentuk protes harus diajak bicara baik-baik. Artinya, apa yang dilakukan GAM selama ini sebaiknya diakhiri saja -- jangan diteruskan. "Tapi, ngajak baik-baik itu kan nggak gampang. Berunding kanan kiri, ngalor ngidul, baru bisa. Dan, semua proses itu memakan waktu yang lama," paparnya.
Dicabut
Ketika membuka Muktamar Rotary Internasional Distrik 3400 di Bali International Convention Centre (BICC) Hotel Sheraton Nusa Indah, di Nusa Dua, Bali, Jumat, Presiden menyatakan tetap pada pendiriannya bahwa TAP MPRS No. XXV/1966 tentang penyebarluasan ajaran komunis, Marxisme dan Leninisme harus tetap dicabut, mengingat UUD 1945 menjamin kebebasan orang untuk mengeluarkan pikiran dan pendapatnya.
"TAP itu hanya melarang tentang penyebarluasan pikiran yang berkaitan dengan segala hal yang menyangkut ajaran komunis baik Marxisme maupun Leninisme, padahal kita tahu bahwa UUD 1945, menjamin orang untuk bebas mengeluarkan pikiran dan pendapatnya," katanya.
Lebih jauh presiden Gus Dur, mengemukakan, jika ingin membangun pemerintahan yang bebas KKN, maka pemerintah harus menjamin berbagai pikiran dan pendapat masyarakatnya untuk berkembang, termasuk pikiran yang paling berbahaya sekalipun, karena kebebasan berpikir dan berpendapat dijamin oleh UUD 1945.
Dicontohkannya, adanya permintaan dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk agar diizinkan mengadakan kongres di Irian Jaya. "Saya katakan kepada mereka, kalau cuma mau berpidato maka silakan saja, tidak ada masalah," kata Kepala Negara seraya mengingatkan, bahwa penyampaian pikiran tersebut tidak boleh meluas hingga menimbulkan tindakan yang membahayakan keamanan serta ketertiban masyarakat.
Penegasan sikap Gus Dur tersebut, disampaikannya pula saat berdialog dengan para jamaah usai sholat Jumat di Mesjid An Nur Denpasar. "Alasan saya mengenai rencana pencabutan TAP MPRS XXV/1966 itu, sebelumnya telah saya sampaikan kepada DPR, dan sebagai presiden RI, saya harus menjunjung tinggi UUD 1945, terutama pada pembukaannya, bukan pada pasal-pasalnya," ujar Presiden menegaskan.(ant)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Pelaku Pelempar Bom Rakitan Diciduk

Serambi-Langsa
Tersangka NZ (19) warga Desa Kemunimg Hulu Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur, babak belur dihajar massa setelah berapa saat ia dan seorang rekannya MT melempar bom rakitan pada rumah M Yusuf, mantan Kades Geudubang Aceh. Tersangka pelempar bom rakitan itu kini telah ditahan di Mapolres Aceh Timur.
Malam kemarin, Kamis (4/5 ) malam, tidak jauh dari rumah Yusuf di Desa Geudubang Aceh itu kebetulan ada acara hiburan yang menggelar pertunjukan musik keybord. Pada malam itu ramai masyarakat terutama para remaja datang ke tempat itu untuk menonton pertunjukan musik.
Sekitar pukul 21.45 Wib, tiba-tiba terdengar suara dentuman bom. Bom itu meledak persis di depan rumah Yusuf mantan Kades Geudubang Aceh itu. Akibat ledakan bom itu, jendela kaca rumah pecah, dan lantai rumah retak. Namun, tidak ada korban jiwa.
Masyarakat yang hilir mudik di kawasan itu melihat pelakunya dua orang mengendarai sepeda motor Honda Cup. Dari sepeda motor itulah masyarakat melihat salah seorang di antaranya melontarkan bom rakitan itu ke rumah Yusuf.
Spontan saja masyarakat mengepung kedua pelaku. Namun, MT yang duduk diboncengan berhasil melarikan diri. Sedangkan NZ yang mengemudikan sepeda motor tidak dapat lagi meloloskan diri dari sergapan massa. Tanpa dikomando lagi, massa yang membludak itu menarik NZ dari sepeda motornya dan NZ pun babak belur terkena bogem mentah massa yang mendarat ke tubuhnya. Setelah NZ bengkak-bengkok, barulah diserahkan kepada pihak yang berwajib.
Kapolres Aceh Timur, Letkol Pol Drs Abdulah Hayati kepada Serambi Jumat (5/5) mengatakan tersangka saat ini masih dalam peroses pemeriksaan. "Tersangka juga mengaku bersama rekannya MT ketika melakukan peledakan rumah Yusuf itu," kata Kapolres.(tam)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Mayat Terjerat Dicampak di Jalan

Serambi-Langsa
Razali Ishak (40), warga Alue Jangat, Idi Rayeuk, Aceh Timur, yang sehari-hari jualan barang-barang kreditan dari desa ke desa, ditemukan tewas terjerat lehernya dan tercampak di pinggir jalan di kawasan Desa Seuneubok Bace, Idi Rayeuk, Kamis (4/5) malam.
Kapolres Aceh Timur Letkol Pol Abdullah Hayati melalui Kapolsek Idi Rayeuk, kepada Serambi Jumat (5/5), mengungkapkan beberapa hari lalu, keluarga korban sempat melaporkan kehilangan Razali ke Polsek setempat.
Menurut keluarganya yang dikutip Letda Basri, korban diduga diculik orang tak dikenal. Mengingat tidak biasanya Razali tak pulang ke rumah semalaman.
Namun, sejauh ini polisi belum berhasil mengungkap pelaku penculikan sekaligus pembunuhan tersebut. Baik ketika diculik maupun saat mayat dicampak di pinggir jalan, tak ada saksi mata yang sempat melihat pelaku.
Mayat Razali ditemukan masyarakat Seuneubok Bace, Kamis malam sekitar pukul 21.30 Wib. Hasil visum dokter, pada leher korban terdapat bekas jeratan tali nylon cukup dalam yang menewaskan korban.(non)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Soal Gaji Guru Dirampok
Guru jangan Mogo, Gaji Segera Dibayar

Serambi-Lhokseumawe
Penggantian gaji guru SLTP 2 Meurah Mulia, Aceh Utara, bulan Mei 2000 sebanyak Rp 12, 3 juta yang dirampok kelompok bersenjata, Senin (1/5) lalu, diusahakan dalam bulan ini juga harus diganti.
"Kami sudah mengirim surat kepada Kantor Perbendarahaan Kas Negara (KPKN) Lhokseumawe, untuk membayar kembali gaji guru yang dirampok tersebut. Namun, KPKN sebelum membayar ganti, insya Allah hari ini akan diperiksa kepala sekolah SLTP bersangkutan," ujar Kakanin Diknas Aceh Utara, Drs Ibrahim Bewa, kepada Serambi Jumat (5/5).
Namun, sebut Ibrahim, para guru yang belum menerima gaji akibat perampokan itu, sebagian kecil sudah dibayar dengan uang kas yang ada di SLTP 2 Meurah Mulia. "Kita tidak membiarkan tenaga pendidik lapar, kalau memang nanti dalam pengurusan atau birokrasi akan memakan waktu sedikit lama, kami akan upayakan cara lain atas petunjuk Kakanwil."
Apa yang terjadi itu, kata Ibrahim, karenanya ia mohon kesabaran para guru. Ia juga meminta jangan ada guru yang mengancam tidak akan mengajar atau mogok sebelum gaji Mei 2000 dibayar. "Kalau bukan musibah seperti gaji bulan Mei ini, setahu saya tidak pernah terlambat, kecuali tangga 1 hari-hari besar," imbuh Ibrahim.
Tertundanya pembayaran gaji guru SLTPN 2 Meurah Mulia, Aceh Utara, karena kepala sekolah tersebut bersama bendaharawan SLTPN 1 Meurah Mulia, Senin (1/5) dirampok kelompok bersenjata di kawasan sepi ketika menuju Jungka Gajah (lokasi sekolah). Waktu itu, mereka baru saja kembali dari mengambil gaji di Lhokseumawe.
Bendaharawan SLTP 1 sempat melarikan diri dan naik RBT yang lagi melintas tidak jauh dari TKP perampokan. Sedangkan Kepala Sekolah SLTP 1 tersebut, tidak sempat lari, sehingga gaji guru dan pegawai disikat perampok. (h)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Rektor Nomensen:
Penyerbuan Kampus Dipimpin Kapolsekta

Serambi-Medan
Rektor Universitas Nomensen Medan Ricson Simarmata mengatakan, penyerbuan ke kampus tersebut yang menyebabkan dua mahasiswa tewas tertembak dipimpin langsung Kapolsekta Medan Timur Kapten Polisi Edy Yulianto dan sejumlah perwira Poltabes. "Saya menyaksikan penyerbuan dilakukan seratusan polisi bukan lima puluhan personil," tegas Simarmata.
Saat ditemui Serambi, Jumat kemarin, Rektor menyatakan sangat menyesalkan sikap aparat kepolisian yang tidak melakukan komunikasi dengan pihak rektorat. Sebenarnya, kata Simarmata, tak akan terjadi korban jiwa dan material bila aparat bersedia berkomunikasi, kalau hanya motivasi penyerbuan itu untuk menyelamatkan dua anggota polisi yang disandera mahasiswanya.
Menurutnya, kedua polisi yang disandera itu dalam keadaan baik dan tidak dianiaya, malah diamankan di ruang biro rektor dan diperlakukan secara baik. Simarmata juga membantah ucapan Kapolda Sumut yang mengatakan ada menghubungi pihak rektorat. "Kapolda Sumut tak ada menghubungi pihak rektorat, apalagi menghubungi saya pribadi," tandasnya.
Selain Kapolsekta, penyerbuan itu turut dipimpin sejumlah perwira Poltabes, termasuk Wakasat Serse Poltabes Medan Kapten Polisi Budiman Sianipar. Bahkan, katanya, sejumlah perwira tadi juga ikut melepaskan tembakan secara beruntun dan terarah terhadap kerumunan mahasiswa, menggunakan peluru tajam. "Bohong itu pakai peluru karet," ujarnya.
Selain melepaskan tembakan, para oknum perwira tadi juga ikut menganiaya mahasiswa yang mereka tangkap. Bahkan, sejumlah dosen yang hendak melakukan negosiasi damai, juga dipukuli polisi, termasuk dirinya sendiri.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UHN Medan Jerry Tobing yang mendampingi rektor dalam memberi penjelasan menyatakan, tindakan aparat menyerbu kampus dan menembaki fasilitas perkuliahan serta menembak dua mahasiswa dinilai sebagai tindakan brutal dan beringas.
Jerry mengakui bahwa mereka menyandera kedua anggota polisi yang sedang melewati jalan di depan Kampus UHN adalah untuk dijadikan barter terhadap tuntutan mahasiswa terhadap Kapolda Sumut untuk melepas 13 mahasiswa UHN yang ditangkap petugas saat melakukan aksi demo di Mapolda Sumut di jalan Medan - Tanjung Morawa, Senin (1/5) pagi.
Semula aksi demo itu dilakukan untuk menuntut pengelepasan teman mereka sesama mahasiswa UHN, Panal Pakpahan yang ditahan di Mapolda Sumut karena dituduh bermain judi. Karena tuntutan itu tak dipenuhi, para pengunjuk rasa melakukan aksi kekerasan dengan melempari petugas dan gedung Mapolda Sumut. Kasus ini berbuntut panjang, 13 mahasiswa UHN ditangkap dan ditahan. Sore harinya, mahasiswa UHN menyandera dua anggota polisi sebagai barter untuk melepas ke-13 mahasiswa yang ditahan di Mapolda Sumut.
Menyusul tragedi Nomensen, kabarnya, Kapolda Sumut Brigjen Pol Sutanto sudah memerintahkan para anggota siaga I. Artinya, semua jajaran Kepolisian di Medan harus berada di markas masing-masing, tak boleh keluar. (lau)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Semen Andalas "Dihadang" Masuk
Harga Semen Padang di Meulaboh Mencekik

Serambi-Banda Aceh
Masyarakat pengguna semen di Aceh Barat menjerit karena harga semen Padang mencekik leher, antara Rp 23.000 - Rp 25.000/sak, padahal jika semen Andalas dapat dipasarkan di kawasan itu, harga ecerannya hanya berkisar Rp 18.500 - Rp 19.000/sak.
Menurut informasi yang dihimpun Serambi dari kalangan pedagang bahan bangunan di Meulaboh, Aceh Barat, saat ini berlangsung permainan kotor dalam perdagangan semen di daerahnya.
Buktinya, meski Pabrik PT Semen Andalas Indonesia (SAI) Lhoknga (Aceh Besar) telah beroperasi optimal sejak awal Maret 2000 lalu, namun sejauh ini produknya tidak dapat masuk pasar Melaboh dan sekitarnya. Semen yang beredar di Aceh Barat saat ini hanya semen Padang yang didatangkan melalui pelabuhan Malahayati Krueng Raya (Aceh Besar).
Sejumlah pedagang mengungkapkan, ada indikasi tindak kekerasan dalam distribusi semen Andalas. Truk pengangkutan semen produksi Aceh itu selalu ditakut-takuti pihak tertentu bila ingin mengangkutnya ke kawasan Meulaboh, sementara semen Padang tidak pernah ada hambatan untuk memasuki pasar Aceh Barat via jalan darat.
Permainan yang sudah menjurus ke subversi ekonomi itu sangat merugikan negara dan masyarakat, khususnya pengguna semen. Soalnya, bila semen cap Gajah bisa dipasok dalam jumlah besar ke Aceh Barat, harga semen di pasaran setempat akan menurun tajam dari yang terjadi saat ini sekitar Rp 23.000 - Rp 25.000/sak (40 kg).
Menurut pantauan Serambi dan laporan pedagang bahan bangunan, harga tebus semen Padang di Banda Aceh saja sudah cukup tinggi, yaitu Rp 19.000/sak, sedangkan semen Andalas hanya Rp 16.750 - Rp 16.800/- sak. Tapi anehnya, meski harganya jauh lebih rendah, semen produksi lokal itu tetap tidak ada pedagang yang berani memasoknya ke Aceh Barat.
Masih menurut para pedagang, bila ada yang berani, diancam bakar oleh kelompok tertentu seperti kejadian di Lampeuneureut Aceh Besar dua bulan lalu. Peristiwa di Lampeuneureut itu, satu truk tronton yang mengangkut ratusan sak Andalas tujuan Sigli dibakar sekelompok sipil bersenjata.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Kanwil Depperindag Aceh, Mukhtar Usman yang ditanyai Serambi kemarin mengakui, pihaknya telah mendapat laporan masalah itu dari Kakandepperindag Aceh Barat, Baharuddin. "Keluhan pedagang dan konsumen di Aceh Barat mengenai tingginya harga semen sudah dirasakan sejak PT SAI berhenti operasi sementara akhir Desember 1999 lalu. Tapi anehnya setelah pabrik kembali beroperasi Maret 2000 lalu produknya tetap tak boleh dipasarkan ke Meulaboh dan Blangpidie," katanya.
Mengutip laporan Kakandepperindag Baharuddin dan hasil investigasi langsung ke beberapa pedagang di kawasan Aceh Barat, Kabid Perdagangan Dalam Negeri itu menyatakan, bahwa sejauh ini tidak ada truk tronton yang berani mengangkut semen Andalas ke Meulaboh karena alasan keamanan. "Akan tetapi bila semen Padang yang dipesan, truk-truk tronton yang nganggur di Banda Aceh berani membawanya ke Meulaboh, meskipun malam hari," katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, kata Mukhtar, pihaknya telah meminta pihak PT SAI dan distributornya mengadakan pembicaraan dengan kelompok-kelompok penekan tersebut. "Bila masalah ini terus berlangsung, konsumenlah yang sangat dirugikan. Akibat tak masuknya semen Andalas ke Aceh Barat, konsumen harus mensubsidi harga semen yang didatangkan dari luar daerah sekitar Rp 3.000 - Rp 5.000/sak," katanya.
Dampak lain dari masalah ini, menurut Kabid Dagri, kualitas proyek pembangunan fisik di Aceh Barat dan sebagian Aceh Selatan akan melorot. Alasannya, perbedaan harga beli semen yang tercantum dalam kontrak kerja proyek dengan yang sebenarnya terjadi di pasaran sudah sangat jauh.
Sofyan dari PT Beuna Setia Kawan Anda, distributor semen Andalas yang dihubungi terpisah mengatakan, bukan distributor yang tidak mau memmasok semen ke Aceh Barat, tapi ancaman pembakaran yang membuat para sopir dan pemilik truk tronton tak berani mengangkutnya.
Menurut Sofyan, kebutuhan semen di Aceh Barat berkisar antara 1.500 - 2.000 ton atau sekitar 37.500 - 50.000 sak per bulan. Dari perkiraan tersebut, dengan tidak masuknya semen Andalas ke Aceh Barat, diprediksikan kerugian masyarakat pengguna semen di kawasan itu mencapai Rp 112,5 juta hingga Rp 250 juta per bulan.
"Masalah ini harus dituntaskan segera oleh pihak terkait. Para kontraktor dan developer sebagai pengguna terbesar semen hendaknya menuntut Pemda Aceh Barat dan Pemda Aceh serta pihak keamanan untuk bisa memberikan jaminan terhadap pengakutan semen Andalas ke Meulaboh," katanya.
Pihak SAI yang dimintai penjelasan mengatakan, tanggung jawab pabrik adalah memproduksi semen, sedangkan masalah distribusi telah diserahkan sepenuhnya kepada distributor. "Salah satu distributor kita PT Beuna Setia Kawan Anda. Tapi menurut pimpinannya, mereka mendapat ancaman pembakaran truk bila mengangkut semen kita ke Aceh Barat, kita juga tak bisa memaksa," ujar seorang staf pemasaran PT SAI.(tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Mahalnya Kenyamanan dalam Perjalanan

Kecelakaan yang terjadi di lintasan Medan - Banda Aceh Desa Loskala Kecamatan Muara Dua, Aceh Utara, Rabu (3/5) siang, menimbulkan kemacetan memanjang. Pada saat yang sama, di tempat itu sedang ada penebalan jalan hingga badan jalan hanya bisa dimanfaatkan separuhnya untuk dilalui kendaraan. Otomatis, antrian kendaraan terjadi di lintasan timur dan barat.
Sebuah panser yang lampunya menyala menjadi isyarat bagi pengendara sebelah barat bahwa ruas jalan hanya bisa digunakan separuh. Dua pemuda yang mengendarai sebuah sepeda motor yang meluncur ke arah barat, nekad melintasi lajur kanan. Tapi tiba-tiba harus berhenti setelah seorang aparat mengacungkan senjatanya.
Dalam keadaan arus lalu lintas yang demikian kacau, anehnya, yang menginstruksikan kendaraan jalan dan berhenti malah TNI. Entah karena salah mengartikan instruksi sang petugas, seorang supir minibus jurusan Bireuen - Lhokseumawe bergerak maju di saat kendaraan dari arah barat meluncur. Tindakan supir itu membuat aparat berang. Dengan tangan kanannya, ia meninju kaca jendela hingga pecah. Sebelum insiden kecil itu berlanjut, seorang petugas Brimob tiba-tiba muncul melerai hingga aksi yang lebih mengkhawatirkan urung terjadi.
Bukan sekali itu para supir mengalami perlakuan yang tidak simpati. Barangkali lebih tidak simpati dari perlakuan para kernek terhadap penumpang saat naik atau turun kendaraan. Dalam sebuah peristiwa di Simpang Empat Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara, seorang supir ditempeli dengan ujung senjata laras panjang di pipinya karena suatu kesalahan yang tak jelas.
Bagi supir minibus jurusan Bireuen - Lhokseumawe pulang-pergi, melintasi Jalan Medan - Banda Aceh bagai mengikuti arena slalom test. Menyinggung salah satu drum yang diletakkan di pinggir jalan, akan mengalami pengurangan nilai yang entah dalam bentuk apa. Di lain pihak, para supir harus cepat sampai di tujuan dengan penumpang penuh untuk mengejar setoran.
Ilustrasi di atas menggambarkan betapa tidak nyamannya melakukan perjalanan di Aceh. Itu baru gambaran kecil yang tidak terlalu menggores luka. Dalam beberapa peristiwa, ada anggota masyarakat yang harus kehilangan nyawa di perjalanan. Misalnya seperti yang dialami mahasiswi Kedokteran Unsyiah, Cut Fatin Hamama (23) yang meninggal tertembak di Indrapuri, Aceh Besar (Kamis, 6/4) silam. Korban sedang dalam perjalanan menuju Banda Aceh.
Kejadian mengenaskan juga menimpa dua dari tiga sales di lintasan Medan - Banda Aceh perbatasan Kecamatan Jeunieb dengan Kecamatan Peudada, Bireuen, belum lama ini. Ketika itu, satu unit truk Brimob sedang meluncur menuju Samalanga. Namun setibanya di Desa Padang Kasab, truk itu diberondong. Saat yang sama, satu unit mobil box tengah meluncur. Tak ayal lagi, dua dari tiga penumpang mobil tersebut menjadi sasaran. Sedangkan truk Brimob luput dari terjangan peluru.
***
Kendati ketidaknyamanan dan marabahaya menghantui, tapi masyarakat tetap melakukan perjalanan. Setiap hari bahkan setiap saat. Sebab perjalanan memang termasuk kebutuhan manusia dalam beraktivitas sehari-hari. Para pegawai dan karyawan dari Bireuen yang berkantor di Lhokseumawe, misalnya, saban hari melakukan perjalanan dengan harap-harap cemas. Terlebih jika ada suatu peristiwa bersenjata yang TKP-nya tak jauh dari jalan raya.
Terkadang, isu yang belum jelas kebenarannya menjadi alasan untuk tidak masuk kerja. Bagi pegawai atau karyawan yang memiliki etos kerja rendah, perjalanan yang tidak aman menjadi alasan paling populer saat ini. Soalnya alasan itu memang sesuai dengan kondisi sekarang hingga tak terbantahkan. Lagipula, mana ada pejabat yang melakukan check and recheck terhadap informasi yang diberikan bawahannya mengenai insiden kecil yang mengakibatkan terlambat masuk kantor.
Perjalanan yang tidak nyaman, juga menjadi alasan bagi mahasiswa untuk tidak masuk atau ketika terlambat kuliah. Diakui Direktur Politeknik Negeri Lhokseumawe, Ir Yuhanis Yunus MT kepada Serambi, banyak mahasiswanya yang berdalih ada sweeping di jalan ketika terlambat masuk kuliah. "Kendati terkadang alasan itu tidak terbukti, kami tidak bisa menindak. Pada akhirnya, situasi seperti ini memang membuka peluang terjadinya pelanggaran disiplin," kata Yuhanis Yunus dalam sebuah kesempatan.
Menurutnya, keadaan seperti ini jika berlarut-larut bisa menurunkan kualitas pendidikan masyarakat. Soalnya jadwal belajar di kampus tidak lagi menurut kurikulum yang ada, tapi harus menyesuaikan dengan situasi keamanan dalam perjalanan.
Ketidaknyamanan dalam perjalanan, menurut seorang pejabat di Pemda Aceh Utara, ibarat seseorang melihat hantu. "Banyak orang mengaku sudah berkali-kali melihat hantu. Tapi saya yang sudah berumur 39 tahun, belum pernah melihatnya. Padahal beberapa tempat angker sudah sering saya lewati," ungkap pejabat eselon IV itu di Pendopo Bupati Aceh Utara.
Demikian juga dengan gangguan keamanan dalam perjalanan. Pejabat itu mengaku sudah ratusan kali melakukan perjalanan -- dekat dan jauh -- untuk berbagai urusan. Bahkan tak jarang ia terjerat sweeping aparat saat pulang atau pergi ke Medan. "Namun sejauh ini belum ada gangguan apapun. Aparat keamanan pun melakukan pemeriksaan dengan simpati. Tidak seperti yang digembar-gemborkan selama ini," tuturnya.
Barangkali pejabat itu memang belum ketemu "hantunya". Namun bila sudah ketemu, sang hantu tidak pilih bulu. General Manager PT Arun, Ir H Sunardi, pun diseruduk tatkala berhenti di Simpang Empat Lhokseumawe saat lampu merah menyala. Ini memang pilihan sulit, seperti makan buah simalakama. Tidak berhenti ditangkap polisi, saat berhenti diseruduk tentara.
Masyarakat yang melakukan perjalanan pun hanya bisa menyerah pada nasib. Kalau "cuaca" sedang baik, nyamanlah perjalanan sampai ke tujuan. Bila cuaca buruk, bukan mustahil ada anggota masyarakat yang jadi korban. Namun, sangat sulit mendeteksi situasi cuaca di tengah situasi keamanan yang serba tidak menentu ini.
Danrem 011/Lilawangsa Kolonel Inf Syafnil Armen sendiri mengaku sulit memprediksikan situasi keamanan belakangan ini. "Semuanya serba tidak menentu. Hari ini kita bilang aman, dua jam kemudian sudah terjadi gangguan," katanya saat upacara di Lapangan Jenderal Sudirman, Senin (1/5). Itulah Aceh saat ini, satu-satunya yang pasti hanyalah ketidakpastian.(j)