Update: 00.30 Wib Minggu,  7  Mei 2000

  TNI Diberondong, GAM Berduka Komandan Operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Batee Iliek, Tgk Darwis Djeunieb, mengutuk keras aksi pemberondongan truk TNI di wilayahnya, hari Sabtu (6/5). GAM juga menyatakan ikut berduka bila ada aparat TNI yang tewas atau terluka dalam insiden tersebut.

  Tgk Bantaqiah Digranat Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel (Inf) Syafnil Armen, kemarin diperiksa sebagai saksi di PN Banda Aceh, terkait dengan perannya dalam 'tragedi Beutong Ateuh'. Sedangkan kedua janda almarhum Tgk Bantaqiah menyebutkan, suami mereka roboh setelah dihantam dua granat.

Pasar Kuala Geulumpang Kecamatan Julok Aceh Timur masih sangat tradisional
 

  Pengungsi Indrapuri Diserang Flu Sedikitnya 40 orang dari 560 warga Desa Seuot Tunong dan Seuot Baroh, yang sejak Rabu (3/5) malam mengungsi di Masjid Pasar Indrapuri Aceh Besar, hari Sabtu (6/5) mulai diserang flu dan filek. Bahkan tiga pengungsi terpaksa dirawat inap di Puskesmas setempat. Sementara bantuan untuk mereka terus mengalir.

  Pengadilan Agama Idi Dibakar Kantor Pengadilan Agama Negeri Idi, Aceh Timur, dibakar orang tak dikenal, Sabtu (6/5) subuh sekitar pukul 04.30 Wib. Kebakaran itu memusnahkan ruangan kepanitraan yang berisi arsip dan berkas perkara di kantor tersebut. Tapi, tidak ada korban jiwa manusia.
Kantor PA tersebut berdekatan dengan asrama polisi, Posko pasukan Rajawali, Kantor Telkom Idi, Kantor Lurah, Kantor Kejaksaan Negeri dan Kantor Dinas P dan K. Kantor itu hanya berjarak sekitar 500 M dari Markas Koramil dan Mapolsek Idi Rayeuk.
Kepala PA Idi, Drs M Ali Usman Nyak Qadli, yang ditanyai Serambi, memperkirakan kerugian fisik --ruang kepanitraan berikut perabot-- mencapai Rp 20 juta. Namun ribuan dokumen penting seperti arsip surat cerai dan perkara perdata lainnya yang ikut hangus tidak ternilai harganya.
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

TNI Diberondong, GAM Berduka

* Lima Aparat Luka-luka
* Polda Dukung Politik Pemerintah

Serambi-Banda Aceh
Komandan Operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Batee Iliek, Tgk Darwis Djeunieb, mengutuk keras aksi pemberondongan truk TNI di wilayahnya, hari Sabtu (6/5). GAM juga menyatakan ikut berduka bila ada aparat TNI yang tewas atau terluka dalam insiden tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Tgk Darwis Djeunieb dalam siaran pers khusus pasca insiden. Dia mengklasifikasi peristiwa pemberondongan tersebut sebagai upaya nyata untuk 'menggagalkan proses damai' yang kini sedang dirintis.
Alasannya, seluruh pasukan AGAM yang ada di wilayahnya sudah ditarik sejak rencana perundingan antara pemerintah RI dengan petinggi GAM sebagai Wakil Bangsa Atjeh digulirkan. "Saat ini, semua anggota pasukannya berdiam diri dan tidak lagi melakukan penghadangan-penghadangan," katanya.
Untuk itu, tulis Tgk Darwis Djeunieb, GAM berjanji akan mencari tahu siapa pelaku penghadangan dimaksud. Jika ditemukan, GAM akan menghukum mereka yang ingin menggagalkan perundingan damai antara pemerintah RI dan GAM.
Perasaan duka itu, tambah Darwis, muncul karena peringatan para petinggi AM kepada pasukan GAM yang ada di lapangan. Mematuhi perintah tersebut, dia telah meminta agar seluruh pasukannya tidak melakukan aksi seperti itu.
Selain turut berduka dan menyesalkan musibah itu, Tgk Darwis juga mengimbau agar aparat TNI/Polri jangan bergerak dengan alasan apa pun. Apalagi melakukan sweeping dan penyisiran-penyisiran atau operasi rutin. Sebab, masih ada pihak yang menginginkan situasi di Aceh tetap tidak aman.
Menurut Darwis, saat ini, semua pihak berbicara tentang damai. Namun jika ada satu pihak saja yang tidak menginginkan, sangat sulit untuk mencapai cita-cita itu.
Lima luka-luka
Kapolres Aceh Utara Letkol Syafei Aksal melalui perwira penghubung Kapten Pol. AM Kamal mengatakan bahwa dalam insiden sekitar pukul 11:00 kemarin di jalan Banda Aceh-Medan, lima anggota TNI mengalami luka-luka akibat terkena tembakan.
Menurut dia, sebuah truk dan mobil Kijang yang berisi pasukan TNI dari Batalyon 113/Jaya Sakti, sekitar pukul 11.00 WIB sedang melakukan perjalanan dari Sigli menuju Bireuen. Ketika tiba di simpang Nalan, Kecamatan Jeunieb mendadak diberondong kelompok bersenjata, sehingga terjadi kontak senjata selama beberapa saat.
Akibat pemberondongan tersebut, ban depan truk meledak dan mobil Kijang yang berada di belakang terperosok, lima anggota terkena tembakan. "Diduga kelompok itu ingin menyerang truk yang berjalan di depan Kijang. Tapi, mobil Kijang juga ikut menjadi sasaran penembakan," kata Kapolres.
Dikatakan, lima prajurit TNI yang terluka berada dalam Kijang. Kelima anggota yang terkena luka tembak itu masing-masing Lettu Inf. Heri Setiono R yang luka dibagian paha, Serda Zulfirman yang terserempet peluru pada bagian kepala.
Selanjutnya, Praka Sumadi luka pada bahu, Pratu Muspiral juga luka bagian bahu serta selangkang patah akibat melompat dari truk, Pratu Risfendi mengalami luka di bagian paha. Kelima korban tersebut langsung dievakuasi ke RS Kesrem Lhokseumawe untuk mendapatkan perawatan intensif.
Dalam kontak senjata kelompok penyerang menggunakan senjata jenis AK dan M-16 sesuai jenis peluru yang ditemukan aparat keamanan di lokasi kejadian. Di TKP, aparat menemukan 28 butir selongsong peluru AK-47, 12 butir selongsong peluru M-16, tiga butir selongsong peluru 9 mm, dan satu selongsong peluru 45 mm.
Dalam kontak senjata tersebut, aparat belum dapat memastikan apakah ada korban dari kelompok pemberondong. Kapolres Syafei Aksal sangat menyesali terjadinya pemberondongan terhadap truk aparat saat pemerintah dan GAM sepakat meniadakan aktivitas bersenjata yang memakan korban.
Sementara itu, seorang penumpang bis yang kebetulan melintas di jalan Banda Aceh-Medan, yakni lokasi kejadian baku tembak itu menyebutkan jalan negara tersebut macet total selama beberapa jam. Situasi sekitar kejadian juga dilukiskan sangat mencekam ketika kontak senjata itu sedang berlangsung.
Temukan mayat
Tenaga Suka Rela PMI Aceh Utara, Sabtu (6/5), kembali mengevakuasi mayat korban kekerasan dari Desa Alue Liem Kecamatan Blang Mangat, dalam kondisi yang sudah membusuk dan kepala terpisah dengan badan.
Menurut relawan PMI, temuan itu berdasarkan informasi masyarakat. "Korban yang diperkirakan berusia 30-an, tinggi 165 cm, tergeletak dalam semak-semak sekitar lima meter dari jalan elak Desa Alue Liem atau 150 meter ke dalam dari jalan Medan-Banda Aceh," ujar seorang warga.
Paramedis RSU Cut Mutia Lhokseumawe mengatakan korban tanpa identitas itu diantar ke rumah sakit sekitar pukul 12.00 WIB. Ditubuhnya masih terlilit tali pinggang kulit warna coklat, memakai celana kain hitam. Selain kepala terpisah dengan badan, tangan kiri dan kanan, serta perut dan dadanya sudah berbelatung.
Sedangkan dua sosok mayat yang ditemukan di Desa Ulee Geudong, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Kamis (4/5) malam, ternyata warga Desa Cot Bada dan Alue Dua Kecamatan Tanah Jambo Aye. Keduanya diketahui bernama Zulkifli dan M Yasin Nurdin. Jenazah Zulkifli sudah dijemput keluarga dan dikebumikan, Sabtu (6/5) pukul 04.30 pagi.
Menurut keluarga Zulkifli, Rabu lalu, kedua korban mengendarai sepeda motor BL 4306 DA dan dihentikan aparat di Desa Alue Angen Kecamatan Tanah jambo Aye. "Mereka tak terkait dengan GAM. Keduanya menjadi korban karena masalah pribadi," tuturnya keluarga korban yang berencana mengadu pelanggaran itu ke Komnas HAM dan ICRC.
Dukung upaya damai
Tentang upaya damai yang sedang dirintis, Kapolda Aceh Brigjen Pol Drs Bachrumsyah menyatakan, Polri akan mendukung penuh kebijakan politik pemerintahan. Menurutnya, solusi damai yang sedang diupayakan oleh pemerintah RI dan pimpinan GAM, merupakan terobosan baru yang memberi harapan masa depan Aceh lebih baik.
Menurut Bachrumsyah, upaya damai merupakan pilihan yang paling bermartabat, bermoral, dan sejalan dengan prinsip syariat Islam. Dan Polri sebagai pelaksana OSR, siap mengaplikasikan 'semangat perdamaian' itu di lapangan.
"Tapi sebagai penegak hukum, Polri akan selalu siaga. Bagi kami, setiap kejahatan bermakna serangan terhadap keamanan jiwa dan harta benda rakyat. Dan Polri sebagai penegak hukum, berkewajiban melindungi keamanan dan kepentingan publik dari gangguan siapa pun, baik dalam masa damai, maupun dalam kondisi keamanan yang labil seperti saat ini," katanya.
Karenanya, Bachrumsyah menegaskan, Polri mengklasifikasikan setiap pelaku kejahatan sebagai penjahat, apa pun profesi, kelompok, atau latar belakangnya. TNI/Polri, begitu juga kelompok lain yang bermartabat dan punya cita-cita luhur, pasti tidak akan mentolerir setiap bentuk kejahatan.
"Jadi kami, termasuk instrumen keamanan lain seperti TNI, tak pernah memerangi kelompok mana pun, termasuk GAM. Yang kita lawan adalah setiap bentuk kejahatan. Bagi yang punya cita-cita sama seperti ini, termasuk GAM, kami siap bersahabat dan bekerjasama," katanya lagi.
Dalam konteks itu pula, menurut Brigjen Bachrumsyah, upaya damai punya makna amat strategis. Upaya itu memungkinkan semua kelompok yang bertikai untuk rujuk, serta mensinergikan potensinya guna memerangi setiap kejahatan yang mengancam rakyat, serta menghambat kemajuan Aceh. (tim)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Danrem 011/LW Diperiksa
Tgk Bantaqiah Digranat

Serambi-Banda Aceh
Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel (Inf) Syafnil Armen, kemarin diperiksa sebagai saksi di PN Banda Aceh, terkait dengan perannya dalam 'tragedi Beutong Ateuh'. Sedangkan kedua janda almarhum Tgk Bantaqiah menyebutkan, suami mereka roboh setelah dihantam dua granat.
Kehadiran Danrem 011/LW yang sekaligus merangkap penanggungjawab operasi Beutong Ateuh, terasa istimewa. Bukan hanya jumlah pengunjung yang bertambah, tapi pengamanan di sekitar PN Banda Aceh terasa lebih ketat. Sidang dibuka sekitar pukul 09.00 Wib, dipimpin oleh ketua majelis hakim Ruslan Dahlan SH.
Syafnil Armen terlihat mengenakan pakaian lengkap TNI-AD, memasuki ruang sidang setelah dipanggil. Dalam catatan Serambi, orang nomor satu di wilayah Korem 011/LW itu merupakan saksi ke sepuluh sejak perkara itu digelar, 19 April 2000.
Dalam kesaksiannya, Kolonel (Inf) Syafnil Armen, menguraikan bahwa operasi ke kawasan Beutong Ateuh, Aceh Barat pada 23 Juli 1999 itu, merupakan perintahnya selaku Wakil Pelaksana Harian (Wakalakhar) Operasi Sadar Rencong (OSR II). "OSR II itu di bawah payung Polri," tegasnya.
Dalam operasi ke Beutong Ateuh itu, perintah untuk menangkap tokoh GPK Tgk Bantaqiah hidup atau mati. "Perintah itu saya berikan secara lisan dan melalui STR," kata Safnil.
Menurutnya, dalam operasi tersebut dikerahkan sekitar 215 personil tergabung alam beberapa peleton. "Secara umum komandannya berada di tangan saya. Tapi komandan lapangan saya delegasikan kepada Letkol Heronimus Guru dan Letkol Sudjono sebagai pengawas operasi," kata Danrem.
Menurut Danrem, setelah operasi berakhir, ia mendapat laporan dari komandan tim, bahwa Tgk Bantaqiah bersama 31 pengikutnya terbunuh, dan mayatnya sudah dikebumikan di sekitar dayah. Namun, Danrem berkali-kali menyatakan tidak tahu tentang dibunuhnya 23 tawanan luka-luka di KM 7 dan 8 lintsan Beutong-Takengon. "Kejadian pembunuhan terhadap 23 tawanan yang terluka itu tidak dilaporkan kepada saya," tegas Danrem.
Atas desakan majelis hakim dan JPU, Danrem menyatakan, ia baru mengetahui adanya tawanan yang dibunuh setelah Tim Penyidik Koneksitas menemukan hal itu di tempat kejadian. "Sebelumnya saya tidak pernah tahu. Memang ada diberitakan beberapa koran tentang dibunuhnya tawanan di KM 7 dan 8 itu yang disebutkan jumlah beragam. Ada yang menyebutkan korbannya 50 orang dan bahkan ada juga koran yang menulis sampai 100 orang. Walaupun mungkin berita itu ada kebenarannya, tapi saya berusaha untuk menyelidikinya."
Tapi, penyelidikan Korem belum tuntas, Tim penyidik Koneksitas Pusat Turun menyidiknya ke lapangan. "Baru dari Tim Penyidik koneksitas saya tahu adanya korban luka-luka yang terbunuh," kata Danrem.
Dikatakan, terbunuhnya Tgk Bantaqiah dan pengikutnya itu, semata- mata karena situasi di lapangan saat itu yang tak dapat dielakkan. "Pasukan saya waktu itu hanya membela diri, karena duluan diserang oleh pengikut Tgk Bantaqiah menggunakan senjata tajam. Tidak ada hubungannya dengan bunyi surat perintah yang saya keluarkan itu," tegasnya.
Tapi, ketika Majelis hakim, JPU dan Tim pembela terus mengejar tentang dibunuhnya tawanan di KM 7 dan 8 atas perintah Letkol Sudjono, Danrem menyatakan "Itu perintah sinting."
Laporan yang diterima Danrem dari komandan tim usai melaksanakan operasi, juga disebutkan, bahwa pasukan TNI sempat dua kali dihadang oleh kelompok Bantaqiah dan terjadi kontak senjata dalam perjalanan menuju titik sasaran.
Kecuali Danrem, Sidang lanjutan ke-9 kasus Tgk Bantaqiah dan 56 pengikutnya, juga dihadirkan dua saksi ahli dari Jakarta dan Bandung. Tapi dalam kesaksiannya, mereka lebih banyak mengungkapkan prosedur teknis pelaksanaan operasi yang dilakukan TNI.
Digranat
Setelah kedua saksi ahli memberikan kesaksiannya, Jaksa Penuntut Umum Nuaraini AS membacakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kesaksian kedua janda Tgk Bantaqiah, yakni Ny Nurliah dan Ny Manfarisyah yang dibuat pada tanggal 21 Desember 1999, di bawah sumpah.
Menurut Manfarisyah, Jumat pagi itu (23 Juli 1999), di dayah sedang dilakukan pengajian yang dihadiri puluhan wanita, lelaki dewasa, dan anak-anak. Pengajian menjelang Jumat itu merupakan agenda rutin kegiatan pesantren Tgk Bantaqiah.
Tiba-tiba datang pimpinan TNI dan menanyakan kepada M Yusuf "Apakah kamu Bantaqiah ?". Setelah dijawab bukan, M Yusuf, kemudian diperintahkan untuk memanggil Tgk Bantaqiah untuk menemuinya.
Selanjutnya Tgk Bantaqiah turun didampingi dua santrinya. "Sebelum turun saya ingatkan Tgk supaya jangan membawa senjata tajam," kata Manfarisyah dalam BAP kesaksiannya.
Di halaman dayah, kata saksi, ia melihat telah banyak tentara berkumpul. Wajahnya mereka telah diberi warna hitam kehijauan. "Saya tidak mengetahui apa saja yang dibicarakan pimpinan TNI dengan Tgk Bantaqiah, sebab jarak saya waktu itu ada sekitar 30 meter."
Kemudian anggota TNI merintahkan kepada murid Bantaqiah yang ada di atas dayah supaya turun. Saat itu anak Tgk Bantaqiah bernama Usman bersama tentara pergi ke rumah, dan saya lihat Usman dipukul dengan popor senjata oleh seorang tentara. Usman kemudian dibawa pergi oleh tentara itu.
Ketika menyaksikan Usman dipukul, saya mendengar Tgk Bantaqiah meneriakkan Allahu akbar dua kali. Pada saat itu pula terdengar letusan senjata yang diarahkan ke Tgk Bantaqiah. "Setelah ditembak beberapa kali, ternyata tidak mempan. Kemudian ditembakkan dengan peluru yang lebih besar dan Tgk Bantaqiah pun roboh."
Menurut saksi, penembakan di dayah itu menimbulkan korban 17 orang penduduk setempat, sedangkan korban seluruhnya berjumlah 56 orang yang datang dari berbagai tempat. Bahkan masih ada yang belum diketahui mayatnya.
Selain korban jiwa, ungkap saksi, banyak korban lain yang kami derita. Antara lain seluruh dinding rumah di kawasan dayah bolong- bolong ditembus peluru. Salah satu kedai yang ada di dalam dayah, menjadi korban penjarahan para tentara. Dua rumah penduduk dibakar dan belum dapat diperhitungkan berapa kerugian seluruhnya.
Saksi tidak mengetahui apakah ada senjata. Setahu saksi yang ada hanya pisau dan parang. "Itupun merupakan senjata untuk keperluan pertanian. Tidak ada senjata api, yang ada hanya gambar senjata di dinding yang dilukis oleh anggota tentara pada saat itu."
Sedangkan istri pertama Tgk Bantaqiah, Ny Nurliah membuat keterangan lebih rinci. Setelah bercakap-cakap dengan Tgk Bantaqiah di halaman, ia mendengar perintah dari tentara agar seluruh lelaki turun dari dayah. Mereka juga diperintahkan supaya mengumpulkan senjata tajam di halaman dayah.
Beberapa saat setelah mengumpulkan senjata, terdengar perintah serbu dari seorang anggota TNI, dan saat itu hujan peluru berhambur ke arah kelompok Tgk Bantaqiah. "Beberapa menit berselang saya mendengar suara perintah untuk melemparkan granat. Granat dilempar dua biji dan meledak di TKP yang menewaskan Tgk Bantaqiah Cs," ujarnya.
Mereka yang masih hidup diperintahkan TNI supaya membuka pakaian hingga tinggal kolor. Selanjutnya mereka diperintah merayap dari timur ke barat di halaman dayah. Semua KTP dikumpulkan lalu dibakar disamping dayah. Kemudian mereka dikumpulkan dan diberi nasehat.
Sekitar pukul 16.00 WIB, TNI memerintahkan masyarakat untuk mengebumikan semua mayat di komplek dayah pada dua lubang. Satu lubang berisikan 24 mayat termasuk Tgk Bantaqiah, dan satu lubang lagi berisikan tujuh mayat.
Usai Kejadian itu, anggota TNI membawa 20 lelaki pengikut Tgk Bantaqiah dan dinaikkan ke atas truk warna merah ke arah Takengon. Ternyata di KM 7 dan 8 mereka semuanya sudah menjadi mayat. Selain itu TNI mengambil lima lelaki pada hari yang sama, dinaikkan ke truk warna kuning, dan dibawa ke jurusan Takengon. "Katanya untuk diobati. Tapi sampai saat ini kelima lelaki itu tidak kami ketahui nasibnya," tambahnya.
Ketika keterangan kedua aksi yang dibacakan di persidangan itu, ketua majelis menanyakan tanggapan terhadap seluruh terdakwa atas kesaksian itu. Terdakwa Kapten Anton Cs menyatakan, sebagian kesaksian itu tidak benar dan sebagian dinyatakan benar. Sidang diundurkan sampai Senin 8 Mei 2000 untuk mendengarkan keterangan para terdakwa. (tim)

To Indek:



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Pengungsi Indrapuri Diserang Flu

* Bantuan Terus mengalir

Serambi-Banda Aceh
Sedikitnya 40 orang dari 560 warga Desa Seuot Tunong dan Seuot Baroh, yang sejak Rabu (3/5) malam mengungsi di Masjid Pasar Indrapuri Aceh Besar, hari Sabtu (6/5) mulai diserang flu dan filek. Bahkan tiga pengungsi terpaksa dirawat inap di Puskesmas setempat. Sementara bantuan untuk mereka terus mengalir.
Menurut dokter PTT yang diperbantu di Puskesmas Indrapuri, dr Andi Lidiawati, dari puluhan pengungsi yang berobat ada tiga orang terhitung parah, Khatijah (70) Saidah (60) dan Syamsuddin (35). Ketiganya warga Seuot Baroh.
Dari tiga pasien itu, menurut dr Andi Lidiawati, Nek Khatijah mesti dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSU-ZA) Banda Aceh. Karena Nek Khatijah menderita hipertensi (darah tinggi).
Sedangkan pada umumnya para pengungsi yang berobat di posko kesehatan yang dibuka di sudut masjid adalah diserang flu dan filek. Menyangkut dengan persediaan obat-obatan untuk para pengungsi, masih cukup tersedia.
Serahkan bantuan
Sementara itu Bupati Aceh Besar, Sayuthi Is, Sabtu (6/5) siang menyerahkan bantuan untuk pengungsi melalui koordinator. Bantuan yang diserahkan Bupati Aceh Besar itu meliputi uang Rp 5 juta yang merupakan sumbangan Kadin dan Gapensi Aceh Besar masing-masing Rp 1 juta, dari Kanwil Depsos Aceh Rp 2 juta, dan Dinas Sosial Aceh Besar Rp 1 juta. Juga bantuan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh, berupa termos 60 buah, susu SNM 125 kotak, susu SKM 103 kotak, dan kain sarung 172 lembar.
Sedangkan sehari sebelumnya, Bupati Sayuthi Is juga telah menyerahkan bantuan masa panik untuk para pengungsi berupa beras 1,5 ton. Bantuan dari Gapensi dan Kadin Aceh Besar diserahkan Katua Kadin Zamzami AG. Juga hadir pada acara penyerahan bantuan itu, Kakanwil Depsos Aceh, Drs Rusli Wachid, Drs Sanusi Maha dari Ketua PMI Aceh, serta para pejabat Pemda Aceh Besar lainnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, ekses penyerangan Polsek Indrapuri Aceh Besar Rabu (3/5) malam, telah menimbulkan ekses gelombang pengungsian sekitar 560 warga Desa Seuot Baro dan Desa Seuot Tunong yang berdekatan dengan lokasi kejadian. Sampai tadi malam para pengungsi masih bertahan di masjid pusat pasar Indrapuri.(mis)

To Indek: 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Pengadilan Agama Idi Dibakar

Serambi-Idi
Kantor Pengadilan Agama Negeri Idi, Aceh Timur, dibakar orang tak dikenal, Sabtu (6/5) subuh sekitar pukul 04.30 Wib. Kebakaran itu memusnahkan ruangan kepanitraan yang berisi arsip dan berkas perkara di kantor tersebut. Tapi, tidak ada korban jiwa manusia.
Kantor PA tersebut berdekatan dengan asrama polisi, Posko pasukan Rajawali, Kantor Telkom Idi, Kantor Lurah, Kantor Kejaksaan Negeri dan Kantor Dinas P dan K. Kantor itu hanya berjarak sekitar 500 M dari Markas Koramil dan Mapolsek Idi Rayeuk.
Kepala PA Idi, Drs M Ali Usman Nyak Qadli, yang ditanyai Serambi, memperkirakan kerugian fisik --ruang kepanitraan berikut perabot-- mencapai Rp 20 juta. Namun ribuan dokumen penting seperti arsip surat cerai dan perkara perdata lainnya yang ikut hangus tidak ternilai harganya.
Menurut keterangan di kalangan masyarakat sekitar, kebakaran itu baru diketahui setelah api membesar. Pembakaran itu diperkirakan terhadi sekitar pukul 04.30 Wib, saat warga sedang lelap tertidur. 30 menit kemudian, api telah menyala besar. Warga segera memberi pertolongan.
Setelah berhasil membakar satu ruangan, api berhasil dijinakkan masyarakat dan pegawai kantor yang berdomisi di seputar kantor tersebut. Tidak ada bantuan dari petugas pemadam kebakaran.
Dipastikan, kantor PA Idi Rayeuk itu sengaja dibakar. Diduga, pelaku masuk lewat jendela nako bagian belakang gedung. Selanjutnya menumpuk kertas-kertas dan busa/jok kursi yang ada di ruang kepanitraan, lalu dibakar. Setelah api membesar, pelaku diduga melarikan diri.
Kapolres Aceh Timur melalui Kapolsek Idi Rayeuk, Letda Pol Basri SH, kepada Serambi secara terpisah membenarkan kantor tersebut dibakar orang tak dikenal. Pelakunya belum diketahui, dan masih dalam pengusutan pihak kepolisian.(tim)