: 00.30 Wib Minggu, 7 Mei
2000
TNI
Diberondong, GAM Berduka Komandan Operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Batee Iliek, Tgk
Darwis Djeunieb, mengutuk keras aksi pemberondongan truk TNI di wilayahnya, hari
Sabtu (6/5). GAM juga menyatakan ikut berduka bila ada aparat TNI yang tewas
atau terluka dalam insiden tersebut.
Tgk
Bantaqiah Digranat Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel (Inf) Syafnil Armen, kemarin
diperiksa sebagai saksi di PN Banda Aceh, terkait dengan perannya dalam 'tragedi
Beutong Ateuh'. Sedangkan kedua janda almarhum Tgk Bantaqiah menyebutkan, suami
mereka roboh setelah dihantam dua granat.
Pasar Kuala Geulumpang
Kecamatan Julok Aceh Timur masih sangat
tradisional
Pengungsi
Indrapuri Diserang Flu Sedikitnya 40 orang dari 560 warga Desa Seuot Tunong dan Seuot Baroh,
yang sejak Rabu (3/5) malam mengungsi di Masjid Pasar Indrapuri Aceh Besar, hari
Sabtu (6/5) mulai diserang flu dan filek. Bahkan tiga pengungsi terpaksa dirawat
inap di Puskesmas setempat. Sementara bantuan untuk mereka terus
mengalir.
Pengadilan
Agama Idi Dibakar Kantor
Pengadilan Agama Negeri Idi, Aceh Timur, dibakar orang tak dikenal, Sabtu (6/5)
subuh sekitar pukul 04.30 Wib. Kebakaran itu memusnahkan ruangan kepanitraan
yang berisi arsip dan berkas perkara di kantor tersebut. Tapi, tidak ada korban
jiwa manusia.
Kantor
PA tersebut berdekatan dengan asrama polisi, Posko pasukan Rajawali, Kantor
Telkom Idi, Kantor Lurah, Kantor Kejaksaan Negeri dan Kantor Dinas P dan K.
Kantor itu hanya berjarak sekitar 500 M dari Markas Koramil dan Mapolsek Idi
Rayeuk.
Kepala PA
Idi, Drs M Ali Usman Nyak Qadli, yang ditanyai Serambi, memperkirakan kerugian
fisik --ruang kepanitraan berikut perabot-- mencapai Rp 20 juta. Namun ribuan
dokumen penting seperti arsip surat cerai dan perkara perdata lainnya yang ikut
hangus tidak ternilai harganya.
TNI Diberondong, GAM
Berduka
* Lima Aparat Luka-luka
* Polda Dukung Politik Pemerintah
Serambi-Banda
Aceh
Komandan
Operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Batee Iliek, Tgk Darwis Djeunieb,
mengutuk keras aksi pemberondongan truk TNI di wilayahnya, hari Sabtu (6/5). GAM
juga menyatakan ikut berduka bila ada aparat TNI yang tewas atau terluka dalam
insiden tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Tgk Darwis Djeunieb dalam siaran pers khusus
pasca insiden. Dia mengklasifikasi peristiwa pemberondongan tersebut sebagai
upaya nyata untuk 'menggagalkan proses damai' yang kini sedang
dirintis.
Alasannya,
seluruh pasukan AGAM yang ada di wilayahnya sudah ditarik sejak rencana
perundingan antara pemerintah RI dengan petinggi GAM sebagai Wakil Bangsa Atjeh
digulirkan. "Saat ini, semua anggota pasukannya berdiam diri dan tidak lagi
melakukan penghadangan-penghadangan," katanya.
Untuk itu, tulis Tgk Darwis Djeunieb, GAM
berjanji akan mencari tahu siapa pelaku penghadangan dimaksud. Jika ditemukan,
GAM akan menghukum mereka yang ingin menggagalkan perundingan damai antara
pemerintah RI dan GAM.
Perasaan duka itu, tambah Darwis, muncul karena peringatan para petinggi
AM kepada pasukan GAM yang ada di lapangan. Mematuhi perintah tersebut, dia
telah meminta agar seluruh pasukannya tidak melakukan aksi seperti
itu.
Selain turut
berduka dan menyesalkan musibah itu, Tgk Darwis juga mengimbau agar aparat
TNI/Polri jangan bergerak dengan alasan apa pun. Apalagi melakukan sweeping dan
penyisiran-penyisiran atau operasi rutin. Sebab, masih ada pihak yang
menginginkan situasi di Aceh tetap tidak aman.
Menurut Darwis, saat ini, semua pihak
berbicara tentang damai. Namun jika ada satu pihak saja yang tidak menginginkan,
sangat sulit untuk mencapai cita-cita itu.
Lima luka-luka
Kapolres Aceh Utara Letkol Syafei Aksal
melalui perwira penghubung Kapten Pol. AM Kamal mengatakan bahwa dalam insiden
sekitar pukul 11:00 kemarin di jalan Banda Aceh-Medan, lima anggota TNI
mengalami luka-luka akibat terkena tembakan.
Menurut dia, sebuah truk dan mobil Kijang
yang berisi pasukan TNI dari Batalyon 113/Jaya Sakti, sekitar pukul 11.00 WIB
sedang melakukan perjalanan dari Sigli menuju Bireuen. Ketika tiba di simpang
Nalan, Kecamatan Jeunieb mendadak diberondong kelompok bersenjata, sehingga
terjadi kontak senjata selama beberapa saat.
Akibat pemberondongan tersebut, ban depan
truk meledak dan mobil Kijang yang berada di belakang terperosok, lima anggota
terkena tembakan. "Diduga kelompok itu ingin menyerang truk yang berjalan di
depan Kijang. Tapi, mobil Kijang juga ikut menjadi sasaran penembakan," kata
Kapolres.
Dikatakan,
lima prajurit TNI yang terluka berada dalam Kijang. Kelima anggota yang terkena
luka tembak itu masing-masing Lettu Inf. Heri Setiono R yang luka dibagian paha,
Serda Zulfirman yang terserempet peluru pada bagian kepala.
Selanjutnya, Praka Sumadi luka pada
bahu, Pratu Muspiral juga luka bagian bahu serta selangkang patah akibat
melompat dari truk, Pratu Risfendi mengalami luka di bagian paha. Kelima korban
tersebut langsung dievakuasi ke RS Kesrem Lhokseumawe untuk mendapatkan
perawatan intensif.
Dalam kontak senjata kelompok penyerang menggunakan senjata jenis AK dan
M-16 sesuai jenis peluru yang ditemukan aparat keamanan di lokasi kejadian. Di
TKP, aparat menemukan 28 butir selongsong peluru AK-47, 12 butir selongsong
peluru M-16, tiga butir selongsong peluru 9 mm, dan satu selongsong peluru 45
mm.
Dalam kontak
senjata tersebut, aparat belum dapat memastikan apakah ada korban dari kelompok
pemberondong. Kapolres Syafei Aksal sangat menyesali terjadinya pemberondongan
terhadap truk aparat saat pemerintah dan GAM sepakat meniadakan aktivitas
bersenjata yang memakan korban.
Sementara itu, seorang penumpang bis yang
kebetulan melintas di jalan Banda Aceh-Medan, yakni lokasi kejadian baku tembak
itu menyebutkan jalan negara tersebut macet total selama beberapa jam. Situasi
sekitar kejadian juga dilukiskan sangat mencekam ketika kontak senjata itu
sedang berlangsung.
Temukan mayat
Tenaga Suka Rela PMI Aceh Utara, Sabtu (6/5), kembali mengevakuasi mayat
korban kekerasan dari Desa Alue Liem Kecamatan Blang Mangat, dalam kondisi yang
sudah membusuk dan kepala terpisah dengan badan.
Menurut relawan PMI, temuan itu berdasarkan
informasi masyarakat. "Korban yang diperkirakan berusia 30-an, tinggi 165 cm,
tergeletak dalam semak-semak sekitar lima meter dari jalan elak Desa Alue Liem
atau 150 meter ke dalam dari jalan Medan-Banda Aceh," ujar seorang
warga.
Paramedis RSU
Cut Mutia Lhokseumawe mengatakan korban tanpa identitas itu diantar ke rumah
sakit sekitar pukul 12.00 WIB. Ditubuhnya masih terlilit tali pinggang kulit
warna coklat, memakai celana kain hitam. Selain kepala terpisah dengan badan,
tangan kiri dan kanan, serta perut dan dadanya sudah berbelatung.
Sedangkan dua sosok mayat yang
ditemukan di Desa Ulee Geudong, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Kamis (4/5) malam,
ternyata warga Desa Cot Bada dan Alue Dua Kecamatan Tanah Jambo Aye. Keduanya
diketahui bernama Zulkifli dan M Yasin Nurdin. Jenazah Zulkifli sudah dijemput
keluarga dan dikebumikan, Sabtu (6/5) pukul 04.30 pagi.
Menurut keluarga Zulkifli, Rabu lalu, kedua
korban mengendarai sepeda motor BL 4306 DA dan dihentikan aparat di Desa Alue
Angen Kecamatan Tanah jambo Aye. "Mereka tak terkait dengan GAM. Keduanya
menjadi korban karena masalah pribadi," tuturnya keluarga korban yang berencana
mengadu pelanggaran itu ke Komnas HAM dan ICRC.
Dukung upaya damai
Tentang upaya damai yang sedang
dirintis, Kapolda Aceh Brigjen Pol Drs Bachrumsyah menyatakan, Polri akan
mendukung penuh kebijakan politik pemerintahan. Menurutnya, solusi damai yang
sedang diupayakan oleh pemerintah RI dan pimpinan GAM, merupakan terobosan baru
yang memberi harapan masa depan Aceh lebih baik.
Menurut Bachrumsyah, upaya damai merupakan
pilihan yang paling bermartabat, bermoral, dan sejalan dengan prinsip syariat
Islam. Dan Polri sebagai pelaksana OSR, siap mengaplikasikan 'semangat
perdamaian' itu di lapangan.
"Tapi sebagai penegak hukum, Polri akan selalu siaga. Bagi kami, setiap
kejahatan bermakna serangan terhadap keamanan jiwa dan harta benda rakyat. Dan
Polri sebagai penegak hukum, berkewajiban melindungi keamanan dan kepentingan
publik dari gangguan siapa pun, baik dalam masa damai, maupun dalam kondisi
keamanan yang labil seperti saat ini," katanya.
Karenanya, Bachrumsyah menegaskan, Polri
mengklasifikasikan setiap pelaku kejahatan sebagai penjahat, apa pun profesi,
kelompok, atau latar belakangnya. TNI/Polri, begitu juga kelompok lain yang
bermartabat dan punya cita-cita luhur, pasti tidak akan mentolerir setiap bentuk
kejahatan.
"Jadi
kami, termasuk instrumen keamanan lain seperti TNI, tak pernah memerangi
kelompok mana pun, termasuk GAM. Yang kita lawan adalah setiap bentuk kejahatan.
Bagi yang punya cita-cita sama seperti ini, termasuk GAM, kami siap bersahabat
dan bekerjasama," katanya lagi.
Dalam konteks itu pula, menurut Brigjen
Bachrumsyah, upaya damai punya makna amat strategis. Upaya itu memungkinkan
semua kelompok yang bertikai untuk rujuk, serta mensinergikan potensinya guna
memerangi setiap kejahatan yang mengancam rakyat, serta menghambat kemajuan
Aceh. (tim)
To Indek:
Danrem 011/LW Diperiksa
Tgk Bantaqiah Digranat
Serambi-Banda
Aceh
Komandan
Korem 011/Lilawangsa, Kolonel (Inf) Syafnil Armen, kemarin diperiksa sebagai
saksi di PN Banda Aceh, terkait dengan perannya dalam 'tragedi Beutong Ateuh'.
Sedangkan kedua janda almarhum Tgk Bantaqiah menyebutkan, suami mereka roboh
setelah dihantam dua granat.
Kehadiran Danrem 011/LW yang sekaligus merangkap penanggungjawab operasi
Beutong Ateuh, terasa istimewa. Bukan hanya jumlah pengunjung yang bertambah,
tapi pengamanan di sekitar PN Banda Aceh terasa lebih ketat. Sidang dibuka
sekitar pukul 09.00 Wib, dipimpin oleh ketua majelis hakim Ruslan Dahlan
SH.
Syafnil Armen
terlihat mengenakan pakaian lengkap TNI-AD, memasuki ruang sidang setelah
dipanggil. Dalam catatan Serambi, orang nomor satu di wilayah Korem 011/LW itu
merupakan saksi ke sepuluh sejak perkara itu digelar, 19 April
2000.
Dalam
kesaksiannya, Kolonel (Inf) Syafnil Armen, menguraikan bahwa operasi ke kawasan
Beutong Ateuh, Aceh Barat pada 23 Juli 1999 itu, merupakan perintahnya selaku
Wakil Pelaksana Harian (Wakalakhar) Operasi Sadar Rencong (OSR II). "OSR II itu
di bawah payung Polri," tegasnya.
Dalam operasi ke Beutong Ateuh itu, perintah
untuk menangkap tokoh GPK Tgk Bantaqiah hidup atau mati. "Perintah itu saya
berikan secara lisan dan melalui STR," kata Safnil.
Menurutnya, dalam operasi tersebut dikerahkan
sekitar 215 personil tergabung alam beberapa peleton. "Secara umum komandannya
berada di tangan saya. Tapi komandan lapangan saya delegasikan kepada Letkol
Heronimus Guru dan Letkol Sudjono sebagai pengawas operasi," kata
Danrem.
Menurut
Danrem, setelah operasi berakhir, ia mendapat laporan dari komandan tim, bahwa
Tgk Bantaqiah bersama 31 pengikutnya terbunuh, dan mayatnya sudah dikebumikan di
sekitar dayah. Namun, Danrem berkali-kali menyatakan tidak tahu tentang
dibunuhnya 23 tawanan luka-luka di KM 7 dan 8 lintsan Beutong-Takengon.
"Kejadian pembunuhan terhadap 23 tawanan yang terluka itu tidak dilaporkan
kepada saya," tegas Danrem.
Atas desakan majelis hakim dan JPU, Danrem menyatakan, ia baru
mengetahui adanya tawanan yang dibunuh setelah Tim Penyidik Koneksitas menemukan
hal itu di tempat kejadian. "Sebelumnya saya tidak pernah tahu. Memang ada
diberitakan beberapa koran tentang dibunuhnya tawanan di KM 7 dan 8 itu yang
disebutkan jumlah beragam. Ada yang menyebutkan korbannya 50 orang dan bahkan
ada juga koran yang menulis sampai 100 orang. Walaupun mungkin berita itu ada
kebenarannya, tapi saya berusaha untuk menyelidikinya."
Tapi, penyelidikan Korem belum tuntas, Tim
penyidik Koneksitas Pusat Turun menyidiknya ke lapangan. "Baru dari Tim Penyidik
koneksitas saya tahu adanya korban luka-luka yang terbunuh," kata
Danrem.
Dikatakan,
terbunuhnya Tgk Bantaqiah dan pengikutnya itu, semata- mata karena situasi di
lapangan saat itu yang tak dapat dielakkan. "Pasukan saya waktu itu hanya
membela diri, karena duluan diserang oleh pengikut Tgk Bantaqiah menggunakan
senjata tajam. Tidak ada hubungannya dengan bunyi surat perintah yang saya
keluarkan itu," tegasnya.
Tapi, ketika Majelis hakim, JPU dan Tim pembela terus mengejar tentang
dibunuhnya tawanan di KM 7 dan 8 atas perintah Letkol Sudjono, Danrem menyatakan
"Itu perintah sinting."
Laporan yang diterima Danrem dari komandan tim usai melaksanakan
operasi, juga disebutkan, bahwa pasukan TNI sempat dua kali dihadang oleh
kelompok Bantaqiah dan terjadi kontak senjata dalam perjalanan menuju titik
sasaran.
Kecuali
Danrem, Sidang lanjutan ke-9 kasus Tgk Bantaqiah dan 56 pengikutnya, juga
dihadirkan dua saksi ahli dari Jakarta dan Bandung. Tapi dalam kesaksiannya,
mereka lebih banyak mengungkapkan prosedur teknis pelaksanaan operasi yang
dilakukan TNI.
Digranat
Setelah kedua saksi ahli memberikan kesaksiannya, Jaksa Penuntut Umum
Nuaraini AS membacakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kesaksian kedua janda Tgk
Bantaqiah, yakni Ny Nurliah dan Ny Manfarisyah yang dibuat pada tanggal 21
Desember 1999, di bawah sumpah.
Menurut Manfarisyah, Jumat pagi itu (23 Juli
1999), di dayah sedang dilakukan pengajian yang dihadiri puluhan wanita, lelaki
dewasa, dan anak-anak. Pengajian menjelang Jumat itu merupakan agenda rutin
kegiatan pesantren Tgk Bantaqiah.
Tiba-tiba datang pimpinan TNI dan menanyakan
kepada M Yusuf "Apakah kamu Bantaqiah ?". Setelah dijawab bukan, M Yusuf,
kemudian diperintahkan untuk memanggil Tgk Bantaqiah untuk
menemuinya.
Selanjutnya Tgk Bantaqiah turun didampingi dua santrinya. "Sebelum turun
saya ingatkan Tgk supaya jangan membawa senjata tajam," kata Manfarisyah dalam
BAP kesaksiannya.
Di
halaman dayah, kata saksi, ia melihat telah banyak tentara berkumpul. Wajahnya
mereka telah diberi warna hitam kehijauan. "Saya tidak mengetahui apa saja yang
dibicarakan pimpinan TNI dengan Tgk Bantaqiah, sebab jarak saya waktu itu ada
sekitar 30 meter."
Kemudian anggota TNI merintahkan kepada murid Bantaqiah yang ada di atas
dayah supaya turun. Saat itu anak Tgk Bantaqiah bernama Usman bersama tentara
pergi ke rumah, dan saya lihat Usman dipukul dengan popor senjata oleh seorang
tentara. Usman kemudian dibawa pergi oleh tentara itu.
Ketika menyaksikan Usman dipukul, saya
mendengar Tgk Bantaqiah meneriakkan Allahu akbar dua kali. Pada saat itu pula
terdengar letusan senjata yang diarahkan ke Tgk Bantaqiah. "Setelah ditembak
beberapa kali, ternyata tidak mempan. Kemudian ditembakkan dengan peluru yang
lebih besar dan Tgk Bantaqiah pun roboh."
Menurut saksi, penembakan di dayah itu
menimbulkan korban 17 orang penduduk setempat, sedangkan korban seluruhnya
berjumlah 56 orang yang datang dari berbagai tempat. Bahkan masih ada yang belum
diketahui mayatnya.
Selain korban jiwa, ungkap saksi, banyak korban lain yang kami derita.
Antara lain seluruh dinding rumah di kawasan dayah bolong- bolong ditembus
peluru. Salah satu kedai yang ada di dalam dayah, menjadi korban penjarahan para
tentara. Dua rumah penduduk dibakar dan belum dapat diperhitungkan berapa
kerugian seluruhnya.
Saksi tidak mengetahui apakah ada senjata. Setahu saksi yang ada hanya
pisau dan parang. "Itupun merupakan senjata untuk keperluan pertanian. Tidak ada
senjata api, yang ada hanya gambar senjata di dinding yang dilukis oleh anggota
tentara pada saat itu."
Sedangkan istri pertama Tgk Bantaqiah, Ny Nurliah membuat keterangan
lebih rinci. Setelah bercakap-cakap dengan Tgk Bantaqiah di halaman, ia
mendengar perintah dari tentara agar seluruh lelaki turun dari dayah. Mereka
juga diperintahkan supaya mengumpulkan senjata tajam di halaman
dayah.
Beberapa saat
setelah mengumpulkan senjata, terdengar perintah serbu dari seorang anggota TNI,
dan saat itu hujan peluru berhambur ke arah kelompok Tgk Bantaqiah. "Beberapa
menit berselang saya mendengar suara perintah untuk melemparkan granat. Granat
dilempar dua biji dan meledak di TKP yang menewaskan Tgk Bantaqiah Cs,"
ujarnya.
Mereka yang
masih hidup diperintahkan TNI supaya membuka pakaian hingga tinggal kolor.
Selanjutnya mereka diperintah merayap dari timur ke barat di halaman dayah.
Semua KTP dikumpulkan lalu dibakar disamping dayah. Kemudian mereka dikumpulkan
dan diberi nasehat.
Sekitar pukul 16.00 WIB, TNI memerintahkan masyarakat untuk mengebumikan
semua mayat di komplek dayah pada dua lubang. Satu lubang berisikan 24 mayat
termasuk Tgk Bantaqiah, dan satu lubang lagi berisikan tujuh
mayat.
Usai Kejadian
itu, anggota TNI membawa 20 lelaki pengikut Tgk Bantaqiah dan dinaikkan ke atas
truk warna merah ke arah Takengon. Ternyata di KM 7 dan 8 mereka semuanya sudah
menjadi mayat. Selain itu TNI mengambil lima lelaki pada hari yang sama,
dinaikkan ke truk warna kuning, dan dibawa ke jurusan Takengon. "Katanya untuk
diobati. Tapi sampai saat ini kelima lelaki itu tidak kami ketahui nasibnya,"
tambahnya.
Ketika
keterangan kedua aksi yang dibacakan di persidangan itu, ketua majelis
menanyakan tanggapan terhadap seluruh terdakwa atas kesaksian itu. Terdakwa
Kapten Anton Cs menyatakan, sebagian kesaksian itu tidak benar dan sebagian
dinyatakan benar. Sidang diundurkan sampai Senin 8 Mei 2000 untuk mendengarkan
keterangan para terdakwa. (tim)
To Indek:
Pengungsi Indrapuri Diserang
Flu
* Bantuan Terus
mengalir
Serambi-Banda
Aceh
Sedikitnya
40 orang dari 560 warga Desa Seuot Tunong dan Seuot Baroh, yang sejak Rabu (3/5)
malam mengungsi di Masjid Pasar Indrapuri Aceh Besar, hari Sabtu (6/5) mulai
diserang flu dan filek. Bahkan tiga pengungsi terpaksa dirawat inap di Puskesmas
setempat. Sementara bantuan untuk mereka terus mengalir.
Menurut dokter PTT yang diperbantu di
Puskesmas Indrapuri, dr Andi Lidiawati, dari puluhan pengungsi yang berobat ada
tiga orang terhitung parah, Khatijah (70) Saidah (60) dan Syamsuddin (35).
Ketiganya warga Seuot Baroh.
Dari tiga pasien itu, menurut dr Andi Lidiawati, Nek Khatijah mesti
dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSU-ZA) Banda Aceh. Karena Nek
Khatijah menderita hipertensi (darah tinggi).
Sedangkan pada umumnya para pengungsi yang
berobat di posko kesehatan yang dibuka di sudut masjid adalah diserang flu dan
filek. Menyangkut dengan persediaan obat-obatan untuk para pengungsi, masih
cukup tersedia.
Serahkan bantuan
Sementara itu Bupati Aceh Besar, Sayuthi Is, Sabtu (6/5) siang
menyerahkan bantuan untuk pengungsi melalui koordinator. Bantuan yang diserahkan
Bupati Aceh Besar itu meliputi uang Rp 5 juta yang merupakan sumbangan Kadin dan
Gapensi Aceh Besar masing-masing Rp 1 juta, dari Kanwil Depsos Aceh Rp 2 juta,
dan Dinas Sosial Aceh Besar Rp 1 juta. Juga bantuan dari Palang Merah Indonesia
(PMI) Aceh, berupa termos 60 buah, susu SNM 125 kotak, susu SKM 103 kotak, dan
kain sarung 172 lembar.
Sedangkan sehari sebelumnya, Bupati Sayuthi Is juga telah menyerahkan
bantuan masa panik untuk para pengungsi berupa beras 1,5 ton. Bantuan dari
Gapensi dan Kadin Aceh Besar diserahkan Katua Kadin Zamzami AG. Juga hadir pada
acara penyerahan bantuan itu, Kakanwil Depsos Aceh, Drs Rusli Wachid, Drs Sanusi
Maha dari Ketua PMI Aceh, serta para pejabat Pemda Aceh Besar
lainnya.
Seperti
diberitakan sebelumnya, ekses penyerangan Polsek Indrapuri Aceh Besar Rabu (3/5)
malam, telah menimbulkan ekses gelombang pengungsian sekitar 560 warga Desa
Seuot Baro dan Desa Seuot Tunong yang berdekatan dengan lokasi kejadian. Sampai
tadi malam para pengungsi masih bertahan di masjid pusat pasar
Indrapuri.(mis)
To Indek:
Pengadilan Agama Idi
Dibakar
Serambi-Idi
Kantor Pengadilan Agama Negeri Idi,
Aceh Timur, dibakar orang tak dikenal, Sabtu (6/5) subuh sekitar pukul 04.30
Wib. Kebakaran itu memusnahkan ruangan kepanitraan yang berisi arsip dan berkas
perkara di kantor tersebut. Tapi, tidak ada korban jiwa manusia.
Kantor PA tersebut berdekatan
dengan asrama polisi, Posko pasukan Rajawali, Kantor Telkom Idi, Kantor Lurah,
Kantor Kejaksaan Negeri dan Kantor Dinas P dan K. Kantor itu hanya berjarak
sekitar 500 M dari Markas Koramil dan Mapolsek Idi Rayeuk.
Kepala PA Idi, Drs M Ali Usman Nyak
Qadli, yang ditanyai Serambi, memperkirakan kerugian fisik --ruang kepanitraan
berikut perabot-- mencapai Rp 20 juta. Namun ribuan dokumen penting seperti
arsip surat cerai dan perkara perdata lainnya yang ikut hangus tidak ternilai
harganya.
Menurut
keterangan di kalangan masyarakat sekitar, kebakaran itu baru diketahui setelah
api membesar. Pembakaran itu diperkirakan terhadi sekitar pukul 04.30 Wib, saat
warga sedang lelap tertidur. 30 menit kemudian, api telah menyala besar. Warga
segera memberi pertolongan.
Setelah berhasil membakar satu ruangan, api berhasil dijinakkan
masyarakat dan pegawai kantor yang berdomisi di seputar kantor tersebut. Tidak
ada bantuan dari petugas pemadam kebakaran.
Dipastikan, kantor PA Idi Rayeuk itu sengaja
dibakar. Diduga, pelaku masuk lewat jendela nako bagian belakang gedung.
Selanjutnya menumpuk kertas-kertas dan busa/jok kursi yang ada di ruang
kepanitraan, lalu dibakar. Setelah api membesar, pelaku diduga melarikan
diri.
Kapolres Aceh
Timur melalui Kapolsek Idi Rayeuk, Letda Pol Basri SH, kepada Serambi secara
terpisah membenarkan kantor tersebut dibakar orang tak dikenal. Pelakunya belum
diketahui, dan masih dalam pengusutan pihak kepolisian.(tim)